[Author POV]
Yewon terlihat berlari menuju pintu keluar rumah sakit dengan cepat. Wajahnya sudah dipenuhi air mata yang sedari tadi menetes. Tak mau berhenti meski Yewon sudah mencoba menghapusnya berkali-kali."Yewon-ah! Yewon-ah!"
Suara Mingyu perlahan memasukki telinganya. Membuat Yewon semakin mempercepat langkahnya. Ia tak mungkin menunjukkan wajahnya yang seperti ini di depan lelaki itu.
Mingyu bisa saja mengejeknya. Mengatakan ia cemburu atau bahkan menyukai Wonwoo.
Tiba-tiba saja, ia menghentikan langkahnya ketika pikiran semacam itu terlintas di benaknya.
Kenapa ia harus menangis seperti ini? Kenapa dadanya teras sesak hanya karena melihat Wonwoo berciuman dengan seorang perempuan? Kenapa ia harus kabur? Kenapa ia tak bersikap seperti seolah tak melihat apa-apa dan mengantarkan amplop yang dibawanya?
Toh dia hanya hanya Jeon Wonwoo. Sepupu tirinya, seseorang yang seharusnya Yewon anggap sebagai kakaknya. Seseorang yang hanya ia sukai sebagai sepupu, tak lebih.
Yewon menghela nafas dengan kasar. Membuat air matanya kembali mengalir. Gambaran tentang kejadian di ruang kerja Wonwoo kembali terbayang. Membuat air matanya lagi-lagi tak bisa terbendung.
Yewon memukul dadanya berulang kali. Berharap dengan begitu rasa sesak didadanya menghilang. Sungguh, ini terasa begitu menganggunya.
"Yewon-ah, hentikan itu."
Seseorang mencengkram pergelangan tangannya. Mencegah agar Yewon tak memukuli dadanya lebih keras lagi.
Yewon tahu itu Mingyu. Telinganya sudah tak terasa asing dengan suara itu.
"Lepaskan!" Yewon menyentak tangannya. Membuat genggaman Mingyu terlepas. Lalu ia melangkah setengah berlari meninggalkan Mingyu. Tanpa mengangkat kepalanya, tanpa melihat ke arah lelaki itu.
Mingyu mendecak. Lalu kembali melangkah untuk mengejar Yewon. "Yewon-ah. Yewon-ah."
Yewon mempercepat langkahnya sambil mengusap air matanya yang masih saja tak mau berhenti. Ia jelas terisak. Itu bisa dilihat dari bahunya yang naik turun sedari tadi.
"Yewon-ah, Yewon-ah. Berhenti!"
Seruan Mingyu semakin terdengar jelas di telinganya. Keras, memenuhi halaman rumah sakit.
"Yewon-ah! Chamkanman!"
"Oppa!"
Langkah Mingyu ikut terhenti begitu ia melihat Yewon menghentikan langkahnya. Kini, Ia dan Yewon hanya berjarak lima langkah.
Yewon berbalik. Lalu menghela nafasnya dan mengangkat kepalanya. Terlihat matanya sudah sangat sembab karena menangis.
"Berhenti mengejarku! Ini bukan urusanmu--"
Ucapan Yewon terhenti begitu tiba-tiba saja ia merasakan seseorang merengkuh tubuhnya.
"Dasar bodoh!" Kim Mingyu mendekap tubuh Yewon erat. "Bagaimana bisa seorang oppa membiarkan dongsaeng-nya menangis seperti ini."
Yewon terdiam. Masih berusaha menetralkan rasa kaget yang memyelimutinya.
"Ya-Yak! Se-setidaknya katakan sesuatu. Ja-jangan hanya diam seperti ini," Mingyu tiba-tiba saja jadi salah tingkah sendiri karena Yewon tak juga menjawab ucapannya.
Bukannya membalas ucapan Mingyu, Yewon malah menangis keras.
"Ye-Yewon-ah..."
Lalu tiba-tiba saja gadis itu tertawa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love You, Cousin ✔
FanfictionSejak hari meninggalnya eomma, ketika ia memberiku senyuman yang mirip dengan eomma, ketika mata tajamnya menatapku lembut seperti eomma... Aku... Selalu merasa bahwa aku begitu mencintai orang ini. --- Jeon Wonwoo & Choi Yewon's Fanfic. Another cas...