#2

4.8K 272 7
                                    

Siang itu Niko terbaring sakit diatas ranjangnya. Akhir-akhir ini ia kehilangan nafsu makan sehingga energi tubuhnya berkurang tiap harinya. Kadang suhu tubuhnya meningkat dan Niko sering mimisan. Padahal, sejak kecil dia tidak pernah mimisan.

Bi Imah khawatir dengan kondisi Niko. Bisa dibilang, sejak kecil Niko jarang terkena penyakit dalam waktu yang lama. Di tambah lagi Niko melarang Bi Imah untuk memberitahu kondisi kesehatannya kepada ayah dan bunda yang sedang tugas di Palembang.

"Niko gak mau jadi beban buat ayah dan bunda. Mereka lagi bekerja untuk keperluan Niko dan Niki. Janji ya, bibi jangan kasih tahu ke ayah dan bunda," kata Niko dengan memohon.

Akhirnya bi Imah memutuskan untuk membawa Niko ke rumah sakit.

"Anda ibunya Niko?" Tanya dokter perempuan yang bernama Andin.

"Bukan dok, saya pembantunya. Orangtua den Niko lagi ada tugas di palembang."

Dokter Andin menghela naps.

"Baik bu, Setelah diperiksa. Ternyata Niko terkena leukimia yaitu penyakit kanker darah. Karena Niko terkena penyakit leukimia kronis jadi Niko masih mempunyai harapan hidup selama satu tahun bahkan sampai lima tahun. Keadaannya akan semakin lemah dan memburuk jika tidak diobati, cara pengobatannya bisa dilakukan dengan operasi sumsum tulang belakang,

"Sambil menunggu donor sumsum tulang yang cocok untuk pasien, sebaiknya Niko meminum obat secara teratur.Kedua orang tuanya harus mengatur kegiatan dan pola makan Niko agar rasa sakitnya tidak sering kambuh." Penjelasan Dokter Andin membuat Bi Imah menangis.

Sementara Niko sibuk dengan pikirannya. Ia takut jika hidupnya tidak lama lagi, ia tidak ingin berpisah dengan Niki dalam waktu yang singkat.

"Bi imah, jangan kasih tahu ayah dan bunda ya. Setelah operasi sumsum tulang belakang, Niko pasti sembuh." Niko memohon kepada Bi Imah untuk tidak memberitahu ayah dan bundanya.

"Oh iya, Niki jangan sampai tahu ya, Bi." Lanjut Niko. Bi Imah hanya mengangguk dan menangis. Entah sampai kapan harus menunggu pendonor sumsum tulang yang belum jelas.

-------

Setelah menerima surat kelulusan,Niko dan Niki berkumpul dengan orang tuanya di ruang keluarga untuk membahas nilai dan sekolah.

"Niko, nilai kamu terlalu standar.Kamu nggak bisa masuk sekolah Negeri sedangkan nilai Niki memenuhi pesyaratan. Sebaiknya sekolah kalian dipisah," ucap Ayah dengan tegas.

"Aku gak mau ayah. Aku mau satu sekolah sama Niko. Kalau Niko gak bisa masuk negeri berarti aku yang harus ikut Niko. Aku nggak masalah sekolah di SMA Swasta," jawab Niki yang mencoba membujuk ayahnya.

Ambisinya untuk sekolah disana memang sangat besar. Tapi dipisahkan oleh kembarannya lebih sulit diterima untuk Niki.

"Gue setuju sama ayah. Kita harus beda sekolah Ki." Perkataan Niko membuat Niki semakin gencar untuk membujuk keduanya.

"Niko, kamu bicara baik-baik dulu deh sama Adik kamu. Kalau sudah dapat keputusan, kasih tahu kami.Kalau debat kaya gini, ayah dan bunda bisa kehilangan waktu berjam-jam padahal ayah dan bunda harus bekerja." Ayah dan bunda beranjak dari ruang keluarga dan masuk ke kamar kerjanya.

Niko melihat wajah Niki yang dilanda dilema.

"Ikut gue." Perintah Niko kepada Niki.Setelah sampai di kamar Niko, ia langsung menutup pintu kamarnya.

"Niko, kita satu sekolah lagi ya. Biasanya lo paling semangat buat satu sekolah sama gue." Bujuk Niki. Sebenarnya Niko tidak tega melihat adiknya sedih. Tapi, mau bagaimana lagi? Jika mereka satu sekolah, Niki pasti akan mengetahui penyakit Niko.

Niko dan NikiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang