"Hari ini ada meeting dengan perusahaan Ox jam 11 dan dilanjutkan undangan makan siang, itu saja. Berkas meeting sudah saya persiapkan di meja silahkan diperiksa terlebih dahulu," ucap Alexi sambil menutup jurnalnya. Setelah mengikuti seleksi menjadi asisten dan berhasil lolos, Alexi kini sudah resmi menjadi asisten Franz.
Franz diam tak merespon, hanya menatap wajah Alexi yang semakin hari semakin manarik saja. Franz teringat kembali pertemuan pertama, sungguh saat itu ia ingin menerkam Alexi begitu saja.
"Franz!" Geram Alexi menepuk Franz dengan jurnalnya, "Anda tidak mendengarkan saya?"
"He... he..." kekeh Franz mengusap kepalanya, "coba ulangi," pinta Franz tanpa memperdulikan marah Alexi.
"Baca saja sendiri." Alexi meletakkan jurnalnya dan keluar dari ruangan Franz.
Sepeniggal Alexi Franz kembali tertawa lalu mengambil jurnal dan membaca jadualnya sendiri.
Asisten macam apa yang membiarkan bosnya membaca jadual sendiri. Sial!
***
Diluar ruangan Alexi mengipasi wajahnya yang tarasa terbakar. Padahal pendingin ruangan berfungsi sempurna, tapi kenpaa rasanya begitu panas. Masih dengan selembar kertas di tangannya seseorang tiba-tiba lewat di depan wajahnya tanpa menyapa, jangankan menyapa melirik saja tidak.
Dia memang seperti itu bukan.
Selesai dengan kegiatan kipas-kipas, Alexi mulai memeriksa berkas. Tiga bulan sudah ia bekerja sebagai asisten dan orang itu selalu seperti itu padanya.
Alexi menekan keybord dengan keras, menimbulkan suara yang menganggu siapapun. Tapi ia tak peduli sekalipun merusak komputer, ia akan melakukannya. Ia ingin melampiaskan kesalnya.
"Kau bisa menyakiti jarimu, sayang." Franz sudah berdiri di depan meja Alexi menatap wajah istrinya dengan bingung.
Alexi tersenyum kikuk, tidak seharusnya ia mencampuradukkan urusan pribadi dan pekerjaannya, "maaf."
Tangan Franz terulur untuk mengacak rambut Alexi, "makan siang bersama?"
"Seingat saya Anda harus mengahadiri meeting tuan," ucap Alexi sambil mengambil tasnya.
"Ah saya lupa, setelah meeting bagaimana?"
Alexi menimbang lalu mengangukkan kepalanya, "ide bagus."
"Good girl."
***
"Masih kesal dengan Max?" Tanya Franz sambil menyuapkan potongan udang untuk Alexi. Siang ini mereka memutuskan untuk makan seafood di restoran cina yang terkenal.
Alexi mengangguk, meskipun Max sudah memberikan alasan, tapi rasanya tak masuk akal, "ya ampun aku tidak mengerti bagaimana Shanne bertahan dengan suami pencemburu seperti Max sialan itu."
"Kau juga harusnya terbiasa dengan Nasya jangan menatap anak itu seperti kau ingin menguliti dia saja, hal itu membuat Max tidak suka padamu," jelas Franz.
"Sudahlah aku tak mau membahas dia lagi, lagipula kapan aku menatap Nasya seperti itu?" Bantah Alexi.
"Entahlah," ujar Franz mengangkat kedua bahunya. Sebetulnya ia merasa sikap Max tak masuk akal dan bisa dibilang gila.
"Jadi bagaimana kau setuju dengan hasil rapat tadi?" Tanya Alexi membahas meeting yang baru saja selesai sebelumnya.
Franz menghentikan makannya, hal ini yang tidak disuakainya dari Alexi. Membahas pekerjaan saat sedang berdua saja. "Di dalam kantor kau asistenku tapi sekarang kau istriku, mengerti," ucap Franz penuh penekanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCRAMBLE
RomanceMendapat gelar sebagai 'ahli cinta' tak membuat seorang Franzious Benson mudah menemukan cintanya kembali. Berawal dari kisah asmaranya yang pupus sebelum berkembang, Franz mulai tak percaya dengan cinta, baginya cintanya sudah hilang ditelan waktu...