epilog

824 52 10
                                    

   Part terakhir scramble, sesuai janji saya untuk menyelsaikan cerita ini. Mungkin ada yng bingung kenapa cerita kaya lompat-lompat dan rada aneh. Ya, karena begitu memang ceritanya. Untuk pembaca terima kasih sudah vote dan komen *walau dikit. Tapi itu sudah buat saya seneng.

Okeh... cukup sekian cuap² gk penting ini. Selamat membaca dan saya harap kalian komen² dibawah ya

Coz.... saya punya lanjutan Lexi Franz part 2. Jadi beri saya saran okeh....

See you....

Dan makasih untuk semua pengikut saya yang rela abisin data buat baca cerita saya......

Lov you......



Di temani secangkir teh dan setoples biskuit beraroma almond, Alexi menikmati sore hari yang menenangkan. Sesekali tanganya memasukan potongan biskuit almond dengan gerakan angun. Sudah menjadi kebiasaanya menikmati senja dengan semilir angin sejuk di belakang rumahnya.

"Sejak kapan kau menyukai teh?"

Satu suara menyentaknya mengembalikan ia kedunia nyata. Pikiran yang awalnya berkelana menjelajah waktu kini kembali pada pukul 5 sore di teras belakang. Masih dengan mengunyah biskuit Alexi menoleh pada sumber suara atau mungkin sumber hidupnya.

"Kau mau?" Sengaja Alexi mengabaikan pertanyaan tadi.

Sosok tadi mendengus sebentar lalu ikut bergabung bersama Alexi. Tangannya mengambil potongan biskuit dari tangan Alexi dan memasukan ke dalam mulut.  Mengabaikan protes Alexi.

"Kau bisa mengambil yang baru!"

"Aku lebih suka mengambil dari mulutmu," jawabnya tak mau kalah.

"Kau selalu saja begitu."

"Karena beginilah aku."

Alexi mengehela napasnya lelah. Sampai kapanpun dia akan tetap sama, walau ia pergi memutari benua sakalipun tak akan ada yang berubah, karena begitulah sikapnya.

"Maafkan aku."

"Jangan meminta maaf jika kau tak pernah mengerti apa kesalahanmu," kata Alexi.

"Kali ini aku mengerti."

"Terima kasih," kata Alexi.

Sosok itu mengenggam tangan Alexi dengan erat seakan jika lengah maka Alexi akan pergi. Dihirupnya angin  sore yang begitu menyejukan jiwa, menerbangkan setumpuk beban yang semula ada di kepalanya.

"Mom..."

Pangilan nyaring itu membuat Alexi menoleh dan langsung bangkit dari tempat duduknya. Ia berjongkok di hadapan malaikatnya.

"Ada apa sayang?" Tanya Alexi.

Bocah kecil itu menatap ibunya dan sosok dibelakang ibunya, senyumnya seketika mengambang.  "Paman Franz!"

Pria yang panggil dengan sebutan paman Franz, membalas senyum dan langsung mengendong bocah kecil tadi. Mengayunkan badannya ke udara, membuat bocah itu kegirangan. Didekapnya dengan sayang bocah yang menyerupai dirinya kemudian ia melirik pada wanita disebelahnya.

"Kapan kau akan mengajarkan anakmu memanggilku 'daddy' ?"

"kau sendiri yang harus mengajarkannya," jawab Alexi.

Alexi melenggang pergi, membiarkan dua orang berbeda usia itu menghabiskan waktu bersama.

Alexi tak pernah tahu hidupnya akan jadi seperti apa, bertemu kemudian berpisah lalu dipertemukan lagi bukankah semua itu indah?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 06, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SCRAMBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang