Franz berdiri menjulang di hadapan Alexi yang tampak kecil, tangan wanita itu masih saja membetulkan letak dasi yang sebenarnya sudah rapi. Alexi tampak tak rela melepaskan Franz yang akan pergi keluar kota. Padahal sudah seminggu lalu Franz memberitahukan, bahwa ada masalah di cabang perusahan barunya dan ia ditugaskan untuk menyelesaikan masalah tersebut.
"Bukankah masih ada orang lain di kantor, kenapa kau yang harus pergi," rajuk Alexi untuk yang kesekian kalinya, ia merasa tak tenang dengan kepergian Franz.
Franz meletakan tangannya pada kedua bahu Alexi meremasnya pelan, menyakinkan bahwa ia tak akan lama, hanya sampai semua masalah selesai dan ia akan pulang. Franz lalu memeluk Alexi, sejak pernyataan cinta malam itu, hubungannya dengan Alexi berubah, semua, sudah pada tempatnya masing-masing, ia menjadi suami dan Alexi menjadi istri. Mereka terbiasa bersama, semua dilakukan bersama, dan tampaknya seminggu waktu yang sangat lama bagi Alexi melepaskannya.
"Ini hanya sebentar sayang, aku akan cepat kembali, kau mau oleh-oleh apa?" Bujuk Franz.
"Aku mau ikut, ya boleh ya?"
"Tidak."
"Tapi aku asistenmu," ucap Alexi dengan kedua tangan semakin memeluk Franz, mengunci pria itu agar tidak bisa melangkah kemanapun.
"Ya karena kau asistenku, ku perintahkan kau untuk tetap di rumah dan menjaga kesehatan, aku pusing melihatmu memaksakan bekerja."
"Tapi aku bosan jika terus di rumah," ucap Alexi mencoba memenangkan argumennya.
Franz mengusap wajahnya, se-jam lagi waktu keberangkatanya dan dirinya masih terjebak dalam pelukan istri manjanya.
"Kau bisa menemani nenek menonton atau kau bisa membantu ibu memelihara bunga di taman belakang," bujuk Franz lagi.
Alexi mencembikkan bibirnya siap untuk meledak, air matanya sudah terkumpul dipelupuk matanya, "aku tidak mau, aku hanya mau kau menemaniku, ayolah Franz, kau tidak kasihan dengan baby dan aku?"
"Jangan jadikan anak sebagai alasan kau menahanku, kau tahu aku pergi untuk bekerja kenapa kau tak mengerti juga?" ujar Franz menaikan nada suaranya, kesabarannya seakan terkuras sementara waktunya tak banyak untuk membujuk istrinya. Jika tahu kehamilan dapat membuat Alexi menjadi manja, ia akan menundanya.
Alexi melepaskan pelukkannya menatap Franz dengan mata basahnya, "ya sudah pergi sana, pergi kenapa masih disini?"
Franz menatap Alexi sebentar kemudian keluar dari kamar. Setelah Pintu kamar ditutup, Alexi duduk dengan perasaan campur aduk, ia hanya tak ingin Franz pergi, itu saja.
***
Sampai di bandara, Franz segera menelpon Alexi. Tapi istrinya itu tak menjawabnya, mungkin masih marah. Alexi menjadi sangat sensitif dan manja belakangan ini, karena kehamilannya. ia seharusnya mengerti serta menjaga perasaan Alexi, bukan membentaknya seperti tadi.
usia kehamilannya baru sepuluh minggu, dan Franz tak mau sesuatu terjadi pada Alexi dan anaknya. Jika Alexi masih ke kantor itu tak terlalu jadi masalah, tapi sekarang ia harus keluar kota, sangat rawan untuk berpergian membawa Alexi.
"Halo," ucap Franz pada ibunya.
"Hallo, kau sudah sampai di bandara? Alexi sedang hamil seharusnya kau membujuknya pelan-pelan." Franz masih mendengar suara terisak Alexi dibelakang ibunya, hatinya menjadi sakit tapi ia tak punya pilihan lain.
"Iya bu, aku tahu, aku tidak sengaja berbicara keras padanya, aku minta maaf tolong bilang padanya aku sangat menyesal."
"Hm, ya sudah kau hati-hati disana, ibu akan membujuk Alexi, jangan terlalu dipikirkan nanti kerjaanmu tidak berjalan lancar."
KAMU SEDANG MEMBACA
SCRAMBLE
RomanceMendapat gelar sebagai 'ahli cinta' tak membuat seorang Franzious Benson mudah menemukan cintanya kembali. Berawal dari kisah asmaranya yang pupus sebelum berkembang, Franz mulai tak percaya dengan cinta, baginya cintanya sudah hilang ditelan waktu...