Prolog

740 34 3
                                    

Giga Rai berlari di antara rimbunnya pohon. Peluh mengalir di pelipisnya seperti air dari keran. Napasnya memburu, kedua kakinya sudah mulai terasa sakit karena terlalu banyak berlari. Dan sekarang, dia tidak tahu kapan harus berhenti.

Dia bahkan tidak tau ingin lari dari siapa. Tapi, instingnya yang mengingatkan. Dan, lelaki selalu menggunakan insting. Sesuatu di dalam dirinya itu menjerit, mengatakan kalau sesuatu yang paling buruk yang pernah diketahu akan terjadi padanya. Giga mempercayainya, dia tahu kalau insting tidak akan pernah berbohong. Dan dia tidak mau bertindak bodoh dengan hanya berdiam diri dan menunggu hal buruk itu mendatanginya dengan senang hati.

Giga memperlambat langkahnya, betisnya terasa nyeri dan napasnya masih memburu. Dia berpikir, sudah berapa lama dia berlari tanpa ada yang mengejar. Dia menyibak ranting pohon di depannya. Di sana, di balik pohon besar itu ada sungai yang mengalir deras. Cukup deras untuk menenggelamkan seekor gajah. Entah kenapa dia tidak mendengarnya tadi.

Giga melirik ke belakang. Ada sekelebat bayangan di sana. Entah bayangan apa. Suara burung berkaok meninggalkan sangkarnya, memecah keheningan malam, dan menambah kesuramannya juga. Sesuatu di dalam dirinya menjerit, memerintahkan seluruh tubuhnya untuk bergerak secepat mungkin dan lari dari tempat itu. Tetapi, dia terlalu waras untuk langsung melompati sungai dan kabur dari situ. Dia bahkan ragu kalau kakinya masih bisa memberikan satu lompatan terakhir untuknya.

Bayangan di belakang semakin mendekat, dan Giga tak tahu apa yang harus dilakukannya. Sudah lima tahun dia menjadi Guardian dan tak pernah sedikitpun dia merasakan perasaan gentar seperti ini. Tidak pernah sekalipun, bahkan saat dia mengalami tes yang mengubah hidupnya selama lima tahun itu juga. Dan sesuatu ini berhasil membuatnya mengenal apa ketakutan sebenarnya. Sesuatu yang sudah lama dilupakannya. Juga perasaannya.

Giga melemparkan pandangannya ke depan, ke seberang sungai. Tidak terlalu besar, mungkin aku bisa, pikirnya. Giga menarik napas dalam. Membayangkan dirinya melompat dan menyeberangi sungai itu. Dan itulah yang dilakukannya. Dia mengambil ancang-ancang untuk melompat dan mulai berlari. Dia berlari secepat yang dia bisa, secepat di mana sisa energinya bisa membawanya. Saat mencapai ujung sungai, dia melompat. Tanah tempatnya berpijak retak dan angin di sekitarnya berdesir, menimbulkan bunyi seperti jet yang lepas landas. Adrenalin menyebar ke seluruh tubuh Giga. Jantungnya berdebar dua kali lebih cepat dari biasanya. Jika dia jatuh sekarang, tamatlah riwayatnya.

Giga melayang beberapa detik di udara, dia bisa merasakan angin dingin yang menerpa kulitnya yang tak terbungkus apapun. Dia bisa merasakan desiran harapan yang menyebar dan menghangatkan hatinya, sebelum akhirnya mendarat dengan kuda-kuda yang mantap. Dia sudah dilatih untuk hal yang seperti ini. Bahkan untuk hal yang lebih berat dari ini.

Kaki Giga mulai melangkah dengan cepat, kembali berlari menembus hutan. Kembali menyelamatkan dirinya yang bahkan dia tak tahu di mana posisinya. Di ujung tanduk kah? Atau bahkan sudah jatuh? Dia kembali melirik ke belakang. Bayangan itu. Dia masih disana, berdiri di seberang sungai. Seakan dia adalah patung yang selalu dinaungi bayangan malam. Tapi, Giga tak perduli, dia terus berlari sampai kakinya tak bisa diajak kompromi. Di depan ada cahaya kecil, mungkin itu adalah sebuah rumah. Mungkin dia bisa beristirahat sebentar di sana.

Dia terus berlari dan hanya memikirkan bagaimana nasibnya nanti, sehingga ia tidak melihat ada akar yang menyembul dari tanah. Kakinya tersangkut di akar itu. Dan dia terjatuh. Tubuhnya terseret beberapa meter ke depan. Rahangnya mengalami luka kecil, begitu juga dengan tubuh bagian depan yang lain. Dadanya terasa sesak, membuat Giga susah bernapas. Dia berusaha membalikkan tubuhnya dengan susah payah, apalagi dengan napas yang terputus-putus seperti itu. Giga langsung memeriksa rusuknya terlebih dahulu saat dia berhasil berbalik. Tidak ada yang patah. Dia bisa tenang sekarang. Setidaknya itu yang ada dalam pikirannya.

Horoscope GuardianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang