Mulut Leo hampir saja membuka lebar seperti orang bodoh. Di sana, tepatnya di atas sana, Don tergantung dengan kepala yang menghadap ke bawah. Di pipi sebelah kiri Don terdapat luka gores, entah kenapa. Dan, matanya terbuka lebar.
Leo mematikan bunga api di tangannya. Simbol Leo di tangannya pun juga ikut menghilang. Dia merapalkan satu mantra, mulutnya berkomat-kamit tak jelas.
Cahaya merah berpendar di depan tubuh Leo. Lama kelamaan pendar itu berubah menjadi lambang horoscope Leo-bulatan dengan garis meliuk-berwarna merah. Dari simbol itu muncul bilah besar yang terbuat dari besi. Bilah itu keluar secara perlahan, seperti benda yang keluar dari dalam air. Pegangan pedang itu mulai terlihat. Dan semua bagian pedang telah nampak dengan jelas. Sebuah pedang dengan bilah sebesar pintu lemari di asrama Leo, dengan pegangan yang mempunyai ukiran singa di pangkal bilah pedang. Pedang itu berbobot lebih berat daripada meja yang terbuat dari kayu jati. Tapi, Leo sudah dilatih memegang pedang besar itu dengan satu tangan.
Leo menyambar pedang itu, melompat, dan langsung memotong tali di kaki Don. Tali itu terputus dan Don terjatuh dengan suara berdebuk yang keras. Don meringis, ia ingin protes pada Leo. Tapi, begitu dia melihat pergerakan di belakang tubuh temannya itu. Dia tidak punya pilihan lain, selain memberitahukan Leo dengan suara yang keras.
"Leo! Di belakangmu!"
Leo menoleh ke belakang. Tapi, dia terlambat. Sosok di belakangnya sudah lebih dulu menyabetkan senjata. Dada Leo terkena sabetan pisau, membuat satu goresan panjang di tempat itu. Leo mengerang kesakitan. Pedang di tangannya terjatuh. Tubuhnya terdorong ke belakang, tapi Leo masih bisa mempertahankan kuda-kudanya.
Darah menetes dari dada Leo. Warna merah pekat itu mengotori kaus dalamannya yang berwarna hitam. Leo meraba luka di dadanya, sedikit meringis saat tangan kasar miliknya menyentuh luka itu.
Leo melongok kesana-kemari mencari keberadaan musuh yang sedang mengitainya. Di belakang Leo, Don sudah melepaskan ikatan di tangannya dan berdiri tegap bak tentara perang. Padahal, Leo tahu bahwa sesekali dia meringis kesakitan karena luka di wajahnya.
"Dia lari," kata Don, "kalau aku tidak salah lihat, dia berlari ke semak semak di sana." Don menunjuk semak di samping Leo.
"Apa kau yakin?"
"Tidak," kata Don tanpa beban. "Tapi mungkin saja, kan?"
Leo menghela napas. Dia membuka rompi kulitnya dan melemparkan benda itu ke dekat kakinya.
"Lihat. Ini adalah hasil dari ulah makhluk itu," kata Leo kesal, sambil menunjuk luka di dadanya. "Apa kau bisa memanggil Lia kemari? Mungkin dia bisa membantu."
"Baiklah."
Don memejamkan matanya. Tangannya terangkat, dari telapak tangan Don keluar berkas cahaya berwarna cokelat. Di langit terbentuk lambang Lingkaran Penuh Horoskop. Tapi, lambang Capricorn-lah yang paling bersinar--tanda bahwa Guardian dari rasi bintang itulah yang dipanggil.
Don menurunkan tangan ke samping tubuhnya, dan lambang Lingkaran Penuh Horoskop di langit pun memudar dengan cepat, seakan habis di terpa angin.
"Sekarang kita hanya harus menunggu."
Leo mengangguk. Sedetik kemudian, Leo kembali melirik Don, karena teringat sesuatu.
"Di mana kau letakan bandanamu?"
Don mengernyit, dia meraba kepalanya dan menemukan bahwa hanya ada rambut hitamnya yang dipangkas cepak yang ada di sana.
"Sialan," umpat Don. "Padahal aku baru membelinya semalam."
Don mengelus janggut tipis di dagunya, memikirkan di mana ia meletakan benda itu.
Semak di samping Leo bergerak. Leo dan Don segera menyiapkan posisi siaga, jika mereka harus bertarung nantinya. Leo bergerak pelan ke samping, lalu dengan sigap memungut kembali pedang jumbonya yang tadi terjatuh.

KAMU SEDANG MEMBACA
Horoscope Guardian
FantasySebuah kejadian membuka ingatan yang tersimpan rapat dalam ingatannya. Kejadian lainnya menguak misteri yang tak pernah tersentuh. Sementara lembaran-lembaran tersebut membuka dendam lama. Dia Leo, seorang Guardian, Sang Penjaga Bintang, dan dia Pa...