part 6 // Sahabat Kecil (edited)

4.4K 179 1
                                    

"If this is what it's like falling in love then i don't ever wanna grow up"

Semalem Sean nemenin gue, membuat gue bukan gak bisa tidur gara-gara film 'IT' tapi karena dia. Semalem, gue ngerasa dekat sama dia. Seakan-akan masa smp tidak pernah terjadi, seakan-akan kita masih sahabat kecil, well mungkin sahabat kecil dimana salah satu orang diantara mereka jatuh cinta oleh seorang lainnya.

Gue inget banget pertama kali Sean balik dan gue ingin sekali menyapanya tetapi harus mengubur keinginan itu dalam-dalam karena dia bahkan tidak melihat gue saat gue berjalan di koridor.

Gue inget saat-saat gue harus menelan ludah karena melihat dia dengan cewek, saat-saat gue menyayanginya dalam diam (walaupun sekarang masih sama, tetapi dulu gue bahkan gak punya kesempatan untuk mengucapkan sepatah kata padanya.)

Gue inget pertama kali dia bales Line gue, saat dia gak masuk sekolah dan saat jari gue sendiri berkhianat karena menekan tombol send secara tidak sengaja, menanyakan mengapa dia tidak maauk. Meskipun dia menjawabnya dengan singkat dan hanya "Tadi ngapain disekolah?" lalu hanya membaca jawaban gue, gue seneng.

Tapi semalem, hanya dengan beberapa jam dia menemani gue dapat menebus kesalahan dia bertahun-tahun, adilkah?

Setelah sekian lama dia menganggap gue gak ada, menganggap gue orang asing, membiarkan gue menyayanginya dari kejauhan (meskipun dia gak tahu gue sayang), dia masuk ke kehidupan gue begitu saja, tanpa ada kesulitan, seakan memang itu yang gue mau.

Lo menjauh, lalu kembali.

Seakan tak apa lo menyakiti gue, karena gue yakin rasa sayang gue lebih besar daripada kebencian yang lo rasakan saat melihat gue, maka jika akhirnya lo ingin kembali kedalam hidup gue, gue akan segera berlari membukakan pintu yang tak pernah tertutup untuk lo.

Aku akan menjadi pantai untukmu ombak, membiarkanmu berlari menjauh lalu kembali, tak pernah memilikimu seperti lautan, tetapi setidaknya aku tahu kamu akan kembali meski akhirnya pun kamu kembali pergi.

Ciaaa, puitis banget kan gue? Gue menggelengkan kepala lalu mengusap muka gue dengan tangan kanan gue, melihat jam di dinding kamar gue, "Setengah 10?! Pantesan otak gue gesrek, kekurangan tidur nih gue." gue terkekeh, kesambet apa gue?

Gue turun kebawah lalu menyalakan tv karena belum mau mandi, lalu mengambil hape dan buka Instagram, tv hanya dinyalakan karena gue butuh suaranya.

Dulu tv tuh berguna banget buat gue, setengah jiwa gue deh pokoknya, saat gue gak ada kerjaan gue nonton Spongebob tapi sekarang udah gak ada lagi..

Dulu juga nih kalau gue sakit dan gak sekolah atau kalau gue alasan sakit karena gak mau sekolah, gue akan turun setengah jam setelah mami pergi (biasanya beli makanan atau olahraga pagi) lalu nonton Spongebob, sekarang kalau gue di rumah paling juga streaming di laptop nonton Pretty Little Liars atau tv series semacemnya.

Gue menghela napas saat gak ada chat dari Sean lebay banget lo, kemaren ngecall udah macem operator nyaris 5jam (untung gak 24 jam) itu juga udahan karena lowbatt.

Bener sih, kemaren kita call dari jam 7-12, tapi sialan hape gue lowbatt.

"AMORAA?!! UDAH BANGUN?!" Kata mami gue histeris saat gue hendak mengambil cemilan. "Kalau belum bangun aku gak akan berdiri disini mami" lalu gue mengambil kotak macaron yang kemarin Sean kirim dari meja makan,

"Gitu dong, bangun tuh pagi, mami kan jadi ada temen pagi-pagi. Gak cuma ngomong sama Aommy."

Aommy itu kucing Anggora mami yang berwarna abu, "Namanya Aommy lucu kann? Singkatan dari Anak Mommy" kata mami saat pertama kali Membawa Aommy pulang.

Love or Dare [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang