Day 5

1K 205 10
                                    

"BISAKAH KAU MENDENGAR PERKATAANKU SEKALI INI SAJA?!"

"UNTUK APA AKU MENDENGARKAN KATA-KATA DARI BAJINGAN SEPERTIMU?!!!"

For fuck shake!!!! Apa yang dilakukan pria tua ini di rumahku?! Tak puaskah ia menyakiti perasaan Mum dan meninggalkan sisa trauma mendalam untukku selama ini?!!! Dan sekarang ia justru tak henti meneriakiku tanpa rasa bersalah sedikit pun.

Cih, jangan harap aku mau mendengar ucapannya!

"AKU INI AYAHMU!!!!"

Aku tertawa meremehkannya begitu ia berteriak kearahku dan mengaku dirinya adalah ayahku. Hahaha. Aku tak sudi memiliki ayah sepertinya.

"AKU TAK PUNYA AYAH! AYAHKU TAK AKAN MEMBUNUH IBUKU, ISTRINYA SENDIRI!"

Ku dengar ia mendecih. Aku tau ia sebal setiap kali aku membahas tentang kematian Mum yang selalu ku anggap dibunuh olehnya secara perlahan karena sikap bajinga yang dimiliki oleh tua bangka ini.

"AKU TAK MEMBUNUHNYA!" teriaknya tak terima. "IA MATI KARENA SAKIT. BUKAN KARENAKU!"

Setelah lebih dari bermenit-menit berlalu sejak ia meneriaki namaku begitu memasuki rumah ini, aku baru memberanikan diri untuk menatap wajah bedebah ini. Oh, jalangnya itu bekerja dengan sangat baik rupanya, karena ia terlihat jauh lebih gemuk dan segar dari terakhir kali aku menemuinya beberapa tahun lalu.

"DIA SAKIT KARENAMU, KEPARAT!" teriaku kesal sambil menunjuk wajahnya. "ITU ARTINYA KAU MEMBUNUHNYA!"

Kali ini ia yang tertawa sambil mengeluarkan sebuah map coklat dari balik coat yang dikenakannya. "Terserah katamu," ucapnya dengan nada yang lebih tenang dari sebelumnya, namun masih penuh dengan nada mengejek. "Aku hanya memintamu untuk berhenti melukis dan ikut dengan ku ke Canada untuk melanjutkan pendidikanmu!" lanjutnya sambil membanting map tersebut ke atas meja yang berada di hadapanku.

Aku hanya melirik sekilas map coklat tersebut, lalu kembali menatapnya sengit. Apa-apaan ini? Bertahun-tahun menghilang dan sekarang ia dengan mudahnya menyuruhku untuk berhenti melukis?! He must be kidding me!!!

"Kau harus menjadi penerus perusahaan. Hanya 5 tahun, dan kau boleh menjalankan perusahaan itu disini."

Lagi dan lagi aku kembali tertawa meremehkannya sambil mendorong map coklat itu kembali ke hadapannya. "Kau. Tak. Punya. Hak. Untuk. Mengaturku!" ucapku dengan penuh penekanan.

"Aku ini ayahmu! Darahku mengalir di dalam darahmu!" balasnya tak kalah menekankan setiap kata yang ia ucapkan.

"Aku tak peduli," ucapku santai.

Ia bangkit dari duduknya, lalu menatapku sengit. Kedua alis tebalnya dan pandangan mata tajam miliknya yang tak jauh beda dengan milikku, kini terlihat sedang mengintimidasi diriku. Oh begitukah wajahku setiap kali aku sedang mengintimidasi seseorang? Katakan tidak, karena aku tak ingin disama-sama kan dengan lelaki tua bajingan ini!

"Kau tak bisa menolak!" katanya sambil berjalan menuju pintu keluar ruang tamu rumah ini, tanpa menole padaku sedikit pun. "Aku sudah mengurus semuanya. Kalau kau menolak, aku akan membuatmu selamanya menetap di Canada."

"KAU..............."

"TAK ADA PENOLAKAN!" teriaknya dari balik pintu ruang tamu yang dibantingnya seraya ia berlalu meninggalkan ku lagi, sendiri, di rumah ini.

"FUCK YA!!!!"

***

Aku memilih untuk izin mengajar hari ini karena pikiranku yang sedang sangatlah kacau sejak kedatangan pria bajingan itu pagi tadi. Ada banyakla yang kini memenuhi otakku, salah satunya adalah Rose.

Unspoken Words // c.h [AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang