Day 7

1K 198 23
                                    

"Kau menyukai Rose?"

Pertanyaan Niall terus berulang dalam pikiranku. Entah kenapa aku mendadak gusar setiap kali suara Niall terngiang dalam pikiranku. Apa benar aku menyukai Rose? Ah, yang benar saja. Aku baru mengenalnya seminggu ini, mana mungkin aku bisa menyukainya dalam waktu sesingkat itu. Walaupun sebenarnya, aku tertarik pada Rose, tapi belum tentu aku menyukainya bukan? Ehm, atau tidak?

Sore Rose datang ke taman lebih awal dariku, karena aku harus mengurus beberapa hal di sekolah musik setelah aku mengajar tadi. Ini mengenai kepindahanku ke Canada nanti. Karena aku merasa tak enak dengan Uncle Rob, jadi aku meminta izin padanya untuk mengundurkan diri dari sekarang. Awalnya ia terus membujukku untuk tetap tinggal, tapi sayangnya keputusanku untuk menuruti kemauan pria bajiangan itu sudah bulat. Aku tak ingin mengecewakan Mum yang masih menyayangi lelaki itu hingga akhir hidupnya.

Aku tau ini keputusan yang terlalu cepat. Bahkan Niall sempat memarahiku karena mengambil keputusan yang terlalu cepat ini. Tapi mau bagaimana lagi? Daripada aku tak bisa kembali lagi ke London dan bertemu dengan teman-teman dan juga orang-orang terdekatku, lebih baik aku menyetujui kemauan pria tua itu bukan?

Saat ini Rose tengah sibuk membolak-balikkan novel yang sejak tadi dibacanya. Mungkin ia sudah selesai membacanya dan sekarang ia tak tau ingin melakukan apa, karena sudah hampir 3 jam kami berada disini. Matahari pun sudah mulai menjingga dan bergerak menuju keperaduannya. Aku tak ingin mensia-siakan kesempatan ini. Sejak awal aku tiba, Rose memang sudah membaca novel. Aku yang hari ini lagi-lagi hanya membawa sketch book pun dengan senang hati menggambar setiap gerak-gerik yang ia lakukan sejak tadi. Bahkan sudah 3 jam berlalu seperti sekarang ini, aku tak tau sudah berapa lembar kertas yang berisi gambar wajahnya.

Sudah setengah dari sketch book ku ini berisi sketsa wajahnya, dan aku tak tau kenapa aku suka sekali menggambar wajahnya. Menurutku, ia lebih dari indah. Dan sesuatu yang indah sangat disayangkan jika tidak diabadikan bukan?

"Hei," teriaknya dari atas rumah pohon. Aku masih menyelesaikan sketsaku yang sedikit lagi selesai. Jadi aku lebih memilih diam dan fokus dengan gambarku ini.

"Hei, bisa kah kau mendengarkan ku sebentar?" tanyanya sekali lagi dengan nada sedikit merajuk. Aku pun mendongakkan kepalaku lalu tersenyum kearahnya. Sejak kemarin, setiap kali aku melihat wajahnya, aku selalu ingin tersenyum entah kenapa.

"Aku ingin curhat, boleh?"

Melihat wajahnya yang memelas, aku menjadi tak tega. Aku pun lebih memilih untuk menutup sketch book ku lalu meletakkan kedua tanganku yang terlipat diatasnya dan mengangguk sebagai tanda kalau aku mau mendengarkan ceritanya. Hitung-hitung, aku bisa mengenalnya lebih jauh bukan?

"Aku bingung," lanjutnya lalu menghembuskan nafas panjang. "Sudah seminggu pacarku tak ada kabar. Aku khawatir dengannya."

Aku tersentak. Oh, damn! She has a boyfriend already. Kenapa aku mendadak malas mendengar ceritanya?

"Menurutmu aku harus tetap menunggunya tanpa melakukan apa-apa atau terus coba menghubunginya?"

Ia yang sejak tadi terlihat tengah menerawang jauh ke langit sore, kini mengalihkan pandangannya padaku. Senyuman tipis yang terlihat menyedihkan itu tergambar jelas diwajahnya. Jauh berbeda dengan senyuman yang selalu ia berikan padaku.

Karena jujur saja aku malas mendengar lanjutan ceritanya tentang kekasihnya yang tak tau diri itu, aku pun lebih memilih untuk kembali membuka sketch bookku dan kembali menggambar. Ku harap ia mengerti kalau aku sudah tak ingin membahas masalah itu lagi.

"Heiii, bagaimana pendapatmu?" tanyanya kesal. Malas untuk kembali menatap wajahnya yang membuatku selalu memikirkan hal yang tak seharusnya ku pikirkan, aku pun hanya mengangkat kedua bahuku sebagai tanda kalau aku tak tau dan tak mau tau dengan masalahnya. Lagipula itu masalahnya dengan kekasihnya, kenapa ia harus bertanya padaku?! Tanyakan saja pada daun maple yang berguguran dihadapannya itu atau mungkin angsa yang tengah berenang di danau!

Kami pun terdiam. Sejak aku tak merespon apapun pertanyaan nya tadi, aku kembali menggambar, atau lebih tepatnya mencorat-coret lembaran kertas paling belakang dari buku ku ini. Mood menggambarku mendadak hilang karena pernyataan dan pertanyaan bodoh, Rose tadi. Dan aku tak tau kenapa aku marah begitu mengetahui kalau ia sudah memiliki kekasih.

"Emm, kau pernah jatuh cinta?" tanyanya memecah keheningan yang tercipta diantara kami. Aku pun mendongakkan kepalaku. Pertanyaannya kali ini membuatku ragu untuk menjawab. Ditambah lagi, ia kini tengah tersenyum hangat kearahku, membuat otakku mendadak beku. Hei, Ada apa denganku?

Aku pun lebih memilih untuk menggeleng, yang tak ku ketahui apa maksud dari gelengan kepalaku ini. Antara aku tak tau, atau aku memang belum pernah jatuh cinta. Oh benarkah?

Melihat responku, kedua mata birunya membulat. Sepertinya ia tak menyangka kalau aku akan menjawab pertanyaannya dengan gelengan. Memangnya kenapa? Apa aku salah hanya menjawabnya dengan gelengan kepala? Namun itu hanya berlangsung beberapa menit, kedua mataku itu kembali menatap hamparan langit sore yang menjingga. Kali ini ia tersenyum. Sebuah senyuman tulus dan bahagia seperti biasanya, namun sayangnya, senyuman itu membuatku merasakan perih tersendiri di dadaku, karena aku tau senyuman itu bukanlah untukku.

"Harry adalah cinta sekaligus pacar pertamaku."

Oh nama nya Harry. Jadul sekali namanya.

"Ia tak pernah seperti ini sebelumnya," lanjutnya masih dengan senyuman yang sama. "Ia adalah lelaki termanis yang ku kenal. Ia juga romantis."

Shit, itu terdengar menyakitkan. Sungguh.

Ingin rasanya aku melompat ke danau dan berenang bersama para angsa sekarang juga daripada aku mendengar kalimat-kalimat pujian yang keluar dari bibirnya itu.

"Aku suka kalau ia sedang memperlakukan ku seperti putri raja."

Hei, aku juga bisa memperlakukanmu seperti ratu dan jauh lebih baik darinya. Bisakah kau menghentikan ini?!

"Aku selalu merasa istimewa dan dicintai. Dia-"

BRUK

Aku muak mendengarnya. Ku banting sketch bookku begitu saja, lalu pergi meninggalkan nya yang sudah ku yakini sedang menatapku bingung.

Harus ku akui, aku cemburu kali ini.

***

Bosen gak sih kalo gue update tiap hari gini???? Takutnya kalian bosen gitu kalo gue update nya tiap hari hehehehe

Anyway, thanks for the last vomments!!!! I lava you guys so much❤

Lots of Love

putripopoh


Unspoken Words // c.h [AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang