Sudah seminggu sejak Elang dan Cessa putus, tapi belum sempat para penggemar Elang merayakan bebasnya sang pujaan hati, seseorang sudah kembali berdiri di samping cowok itu. Bukan Cessa, bukan Angel, namun anak baru bernama Anindita.
Entah bagaimana hubungan keduanya, yang jelas Dita selalu berangkat dan pulang bersama Elang, kadang keduanya duduk bersama di kantin. Hal itu tentu saja membuat SMA Taruna gempar.
Para murid, khususnya yang perempuan mulai sibuk berasumsi. Asumsi pertama, Dita dan Elang selingkuh, makanya Cessa memutuskan hubungan mereka di lobby seminggu yang lalu. Kedua, Dita adalah mantan pacar Elang yang dulu bikin Elang stay single selama tiga tahun, yang ini hampir benar, walaupun tentu saja tetap salah. Ketiga, karena Cessa memutuskan Elang di depan umum, akhirnya Elang berniat balas dendam dengan Dita sebagai pelarian.
Semua asumsi itu tentu saja salah, tapi Elang dan Cessa sama sekali tidak berniat mengoreksi apapun.
Jika ada yang bertanya bagaimana keadaannya setelah putus dari Cessa, ia ingin mengatakan bahwa ia baik-baik saja, bahwa ia mampu melupakan gadis itu semudah membalikan telapak tangan.
Tapi kenyataannya adalah sebaliknya, tenggorokannya selalu tercekat acap kali ia melihat Cessa, tubuhnya selalu membeku tiap kali tatapan mereka bertemu, dan yang paling menyiksa adalah keinginan untuk menghubungi gadis itu tiap kali rindu dan gelisah menghampirinya.
Suatu siang Edo pernah berkata padanya, ada tiga tahap dalam melepaskan. Tahap yang pertama; menolak kenyataan.
Itulah yang Elang lakukan sampai dua hari yang lalu.
Ada masanya ketika Elang menatap handphonenya, berharap benda itu akan berdering dan menunjukan nama Cessa sebagai penelpon. Ketika mereka berpapasan, ada harapan yang melekat dalam benaknya, bahwa Cessa akan berbalik dan menyapanya.
Ketololan-ketololan itu terus berlanjut, membuat Elang semakin merasa bahwa ia akan gila.
Tahap kedua; kemarahan.
Itulah yang sedang terjadi pada Elang saat ini.
Berkali-kali ia mencoba menghapus semua kenangan bersama Cessa, namun ingatan bukanlah kertas coretan yang mampu dibakar habis begitu saja.
Tiap kali tatapan mereka tidak sengaja bertemu, gadis itu akan menundukan wajahnya, membuat dada Elang berdenyut ngilu, saat itu Elang juga akan mengalihkan pandangannya, berusaha tidak perduli pada Cessa, walau tentunya itu adalah hal yang sia-sia.
Dalam tahap ini, Edo dan Bimolah yang sering kali harus siap menjadi bahan pelampiasan sekaligus penjaga Elang. Pelampiasan, dalam bentuk penyiksaan mengerjakan soal Fisika atau bermain futsal sampai tengah malam. Penjaga, dalam bentuk siap sedia di sisi kanan dan kiri Elang, memberi kode pada setiap orang yang berada di sekitar Elang untuk tidak mengganggu ketentraman cowok itu.
Sedangkan, tanpa Elang ketahui, Cessa telah lebih banyak melalui banyak pergolakan. Berat badan Cessa turun sampai hampir tiga kilo dalam kurun waktu sesingkat itu, wajahnya yang biasanya cerah berseri kini tampak layu tanpa warna, binar matanya kini tampak redup, ditambah cekungan berwarna hitam di bawah matanya.
Chika dan beberapa teman Cessa tentu menyadari hal itu, namun tidak ada yang berani bertanya, karena mereka mengira satu-satunya penyebab Cessa tampak seperti mayat hidup adalah berselingkuhnya Elang dengan Dita, yang lagi-lagi hanya spekulasi.
Lenyapnya Elang dari hidup Cessa memang cukup berpengaruh pada hidup gadis itu, seringkali Cessa ingin berlari kearah cowok itu ketika mereka berpapasan, kadang kala, ia ingin egois dan meminta Elang kembali, lalu menceritakan alasan dibalik putusnya mereka dan meminta perlindungan pada Elang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Are You? Really?
Teen Fiction#06 TeenFiction (23 Januari 2017) Pemenang The Wattys 2016 kategori Cerita Luar Biasa. Kita adalah sama, mencintai dalam luka. Aku baik, namun dalam sudut yang tidak kasat mata, aku lebih dari terluka. Kamu baik, tapi dalam sisi yang tidak tersentuh...