Perfect Goodbye

160K 11.7K 522
                                    

Jam sudah menunjukan pukul satu pagi, tapi keadaan di kamar itu masih sama seperti beberapa jam yang lalu, televisi yang menyala, lampu yang dimatikan dan seorang gadis yang duduk di atas kursi, menatap tiket keberangkatannya besok.

Dia merasa segalanya mudah jika ia pergi ke luar negeri sana, segalanya mudah jika ia tidak berada di Indonesia, namun ternyata, masih ada yang membuatnya ingin tinggal, masih ada yang membuatnya merasa berat meninggalkan kota ini.

Angel tidak tau sejak kapan, mungkin sejak pertama kali Edo menemukannya menangis di gudang, atau sejak Edo menemaninya mabuk semalaman, atau mungkin sejak Edo melindunginya dari kemarahan Elang beberapa bulan yang lalu.

Yang jelas, jika ada satu nama yang membuatnya tiba-tiba enggan untuk kuliah dan ikut tinggal bersama ayahnya di Manhattan sana, maka Edo adalah orangnya.

Dulu, ia kehilangan Elang karena terlalu ingin memiliki, mungkin inilah sebabnya ia terus berusaha meyakini bahwa hangat yang menjalar ketika ia bersama Edo, bukan lah apa-apa.
Angel takut, takut apabila ia menyadari perasaannya, maka ia akan memaksa Edo untuk tinggal di sisinya, seperti ia memaksa Elang. Angel takut, takut apabila ia memaksa Edo untuk tinggal di sisinya, maka Edo akan mulai berjalan memunggunginya seperti yang Elang lakukan. Ia takut Edo akan menjauh dan pada akhirnya tidak tergapai.

Tapi justru ketakutan itulah yang kini membuatnya kehilangan kesempatan.

"It's okay, Ngel. Lo hanya perlu say goodbye." Angel akhirnya menyerah, ia raih ponselnya yang terletak di samping tiket.

Tadinya, Angel berniat menelfon Edo, tapi ia urungkan karena waktu yang memang sudah terlalu larut, dan hubungan mereka memang tidak sedekat itu, sampai bisa telfon-telfonan tengah malam.

Akhirnya, Angel mengetikan beberapa kata di ponselnya, tanpa berharap akan dibalas malam ini juga.

Angelica Wijaya :

Do, besok gue berangkat, thanks ya buat dukungannya selama ini, pengen sih ketemu dulu buat say goodbye, tp kayaknya ga sempet, pesawat gue besok soalnya. Hehe

Angel baru akan beranjak ke tempat tidur ketika ponselnya bergetar, dengan sekali gerakan di bukanya pesan dari Edo.

Redo Anggara:

Manhattan ya? Gluck Ngel, pesawat jam berapa besok?

Angel melirik tiket di hadapannya sekilas, sebelum membalas pesan Edo.

Angelica Wijaya:

Jam 1 siang.

Sepuluh menit berlalu, tidak ada balasan dari Edo, walaupun pesan itu sudah terbaca sesaat setelah Angel mengirimnya. Angel sudah akan pasrah, mengira tidak ada jawaban, tapi tiba-tiba ponselnya bergetar, membuat senyumnya merekah.

Redo Anggara:

Udah tidur blm? Gue gak bsa tidur, mau gak ketemuan malam ini? Gak usah lama-lama sih, nyari makan aja, itung2 say goodbye hehe

Are You? Really?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang