Dua Belas

210K 18.5K 510
                                    

Entah kerasukan setan apa, hari ini Cessa berangkat sekolah dengan wajah cerah berseri-seri. Kalau ada yang lihat Cessa, pasti mereka akan kompakan bilang kalo Cessa lagi jatuh cinta. Padahal tidak, dia senang, karena dia baru saja naik satu level diatas Elang.

Tadi malam, akhirnya setelah sekian lama mereka pacaran--atau perang? Elang menelfon Cessa untuk pertama kali. Cessa tidak perduli apapun alasan Elang, yang pasti cowok itu baru saja menjilat ludah sendiri.

"Priiit," Pak Aziz meniup pluitnya, tanda jam mengajarnya sudah berakhir. Cessa, langsung beranjak ke pinggir lapangan. Kelasnya, memang baru selesai jam pelajaran olah raga, tapi masih ada waktu sekitar tiga puluh menit sampai jam pelajaran berikutnya dimulai.

Beberapa cowok kelas Cessa pindah ke lapangan futsal, sebagian ngacir ke kantin, sedangkan yang cewek-cewek, memilih duduk sambil merenggangkan persendian mereka.

"Cess ganti baju yuk," ajak Chika sambil menyikut lengan Cessa.

"Ntar dulu ah Chik napas dulu gue," Cessa tentu saja menolak, dia baru saja lari bulak-balik rebutan bola basket, sekarang Chika udah ngajak naik tangga lagi.

Chika sih nggak ikut ngos-ngosan, berkat jantungnya, Chika cuma boleh ikut pemanasan tiap kali olahraga. Setelah beberapa menit berlalu, Cessa bangkit dari duduknya, lalu mengamit lengan Chika.

"Yuk Chik ganti baju!"

Cessa dan Chika baru saja melewati koridor menuju gedung kelas sepuluh, ketika Elang berdiri menghadang keduanya. Tapi melihat Elang, senyum Cessa tercetak jelas, kemenangan manis itu kembali terasa dilidahnya.

"Lo emang mau kawin sama gue ya?" tanya Elang tanpa basa-basi, mendengar pertanyaan Elang, membuat Chika melotot dan Cessa tersenyum manis.

"Emang! Itu kamu tau sweetheart," jawab Cessa asal. Mendengar Cessa yang memanggilnya sweetheart seperti mommynya, Elang dapat merasakan kepalanya berdenyut.

Semenjak tau kebiasaan mommynya Elang, cewek itu emang doyan banget ngegodain Elang menggunakan kata sweetheart. Orang-orang sih nganggepnya Cessa so sweet, atau terlalu norak. Mereka nggak tau aja, ini anak punya masuk terselubung.

"Hmmm, yaudah kalo emang lo mau kawin sama gue, gue udah nyiapin seserahan duluan kok. Semoga suka yaa, bye," Elang melambaikan tangannya, lalu meninggalkan Cessa dan Chika yang masih mengernyit.

"Kawin apaan Ces? Lo beneran mau merried ama kak Elang? Jangan-jangan, bener lagi yang dibilang orang-orang? Lo sama kak Elang sebenernya dijodohin?" mendengar pertanyaan Chika, Cessa melotot ganas.

"Lo sekarang ikutan jadi tukang gosip Chika?!"

"Abis, itu kawin-kawin apaan dong?" tanya Chika bingung.

"Nggak usah diladenin, namanya juga orang sakit jiwa." Cessa mengibaskan tangannya, lalu kembali melangkah naik ke tangga.

***

Seserahan.

Cessa mengerti sekarang, maksud Elang dengan kata 'seserahan' tadi. Ia berada di kamar mandi sekarang, setelah mengambil seragam putih abu-abunya dari kelas. Cessa harus berkali-kali menahan geram, ketika melihat bentuk roknya yang sudah berubah. Elang benar-benar melakukan balas dendam rupanya.

Cessa menjembrengkan lagi, rok span yang kini ada di hadapannya.

Dasar Elang gila!

Cessa selalu pake rample ke sekolah, dia nggak pernah pake rok span, itu yang pertama. Yang kedua, rok span itu dua nomor di bawah ukuran dia yang seharusnya!

Are You? Really?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang