2.1 - kurang yakin

230 34 1
                                    

Author POV

Berminggu-minggu kemudian, Gifar dan Hanna semakin dekat.

Tapi, Hanna hanya menganggap Gifar hanya sebatas sahabat. Oh, lebih, tepatnya, abang.

Dan, Gifar?

Dia sudah jatuh, kepada Hanna terlalu dalam. Dan ia sudah membulatkan tekadnya, untuk malam ini, ia harus menyatakan perasaan nya.

Dia tidak peduli, hati Hanna hanya untuk seorang rafli.

Ya, Gifar tahu itu, karena Hanna sering curhat kepadanya. Tapi ia tak boleh menyerah, dia harus menjadi sandaran Hanna untuk move on dan menangisi Rafli.

Sekarang, waktunya membuat janji dengan Hanna untuk dinner hari ini.

Free call Hanna?

Free Call

Selang beberapa detik, sudah terdengar suara gadis, yang belakangan ini memenuhi pikirannya, "ya? halo far"

"Haloo Hanna! eh langsung to-the-point aja yah"

"ilah baku amat, ngomong ae ribet u nyet" meskipun di caci maki oleh Hanna, cinta itu buta.

"yaudeh tar malem kita jalan ya, engg... ulang tahun ade gue, nyokap mau ngajak lo makan bareng keluarga gue" Gifar pun berbohong, karena Gifar yakin kalau ada nama 'nyokap' Hanna akan ikut.

"makan dimana nih? wah selamat ulang tahun buat ade lo, berarti dia pulang dari Bandung, dong? wah asyikk" yap, benar, kan?

"gatau dah gua, tar malem kita naik motor yak" jawab Gifar, ah, dia lupa, tempat dinnernya, dimana?

"Key okey!" Jawab Hanna, semangat.

***

Hanna POV

Kok, rasanya aneh, ya?

Kadang, kalau acara nyokapnya Gifar itu, selalu makan siang alias lunch, kok ini dinner?

Ah, mungkin ini lagi kebetulan, makan malam saja kali, ya.

Sekarang sudah adzan Magrib. Tetapi, gue lagi tidak shalat makanya gue sudah dandan dari tadi

Dan gue sekarang sedang menunggu Gifar yang sedang bershalat di masjid dekat rumah kita

Bruumm!

Bunyi mobil berhenti menyaring didepan rumah, sudah pasti itu Gifar

"Assalamualaikum, Hanna!" teriaknya di ambang pintu rumah gue.

"waallaikum salam, iya, tunggu bentar ya" gue pun turun melewati tangga.

Lalu menuju pintu ruang utama, membukakan pintu, untuk Gifar.

Tunggu.

Muka Gifar, kok, kelihatan senang banget ya, mana tumben bajunya cowok banget.

Maksud gue, baju jas hitam, kemeja yang didalamnya berwarna putih, dengan celana bahan hitam panjang, dan wanginya macho banget.

Kesabet apa sih dia? Kok, berubah? Biasa mah, kalau jalan atau makan-makan, doi cuman pake baju polo polos berwarna sama celana jeans.

"Hallo, tumben jadi cewek" ucapnya sambil menekankan kata cewek.

Ya gue akui, gue emang lagi tumben-tumben an banget pake kaus hitam tangan panjang, dengan cardigan warna putih gading selutut, serta jilbab pashmina berwarna abu-abu.

FriendZoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang