1.8 - okey! try move on.

267 39 1
                                    

Keesokan harinya, Hanna langsung melihat Rafli, tapi kali ini, ia tak memerhatikan gerak-gerik Rafli. Melainkan tangannya, tangan kiri, tangan kanan, kiri, kanan.

Well, benar, kan? Tidak, dipakai? Okey, Fine!

Hati Hanna, ya, remuk, ia menyesal. Mengapa? Tekad ini awalnya dengan berani, tapi dengan kelanjutannya, tekad ini menjadi pengecut.

Ah, intinya, Hanna kesal! Kenapa, harus Rafli yang ia pilih menjadi doinya? Ya, alasannya, tidak ada.

Perasaan itu datang sendiri, dan perasaan ini pula, yang meminta untuk pergi. Dengan istilah, move on.

"HANNNNAAA!" tanpa sadar, ternyata sudah terpapang jelas, Nada berada di samping Hanna. Sampai sebegitunya ia memikirkan perasaan ini, Hanna sampai tidak menyadari.

"Apa? Hehe" Hanna hanya menjawab, dilanjutkan cengengesan.

"Ga sedih, kan? Jangan sedih, ya, Han" ucap Nada.

"Hah? Ga, kok, iya, ga" Hanna menjawab dengan ambigu. Raut mukanya berubah, menjadi raut muka yang menyedihkan, menyesal, intinya, kayak orang sedih gitu, deh.

Langsung saja, Nada memeluk Hanna. Ia ikut merasa sedih. "Han, cari yang lain, yang bisa berjuang sama-sama, bareng, ga cuman lo aja, cari yang lebih baik, dari Rafli" Nada mengecilkan suaranya, saat menyebut nama Rafli.

"I'll try it" jawab Hanna, dengan sesegukan. Oh, tidak disangka, Hanna menangis.

"Han, jangan nangis, ih, lebay ih" Nada bercanda.

"Ga, kok, gua ga nangis sih" jawab Hanna, dengan muka tengil.

"Tau dah ah"

***

Flashback on

"lo suka sama dia?" tanya Adit, yang notabene nya adalah sahabat dekat Hanna, Putri, Azhira dan juga Arka.

"iya, gue, bahkan sayang sama Hanna" jawab Arka, dengan pelan, namun pasti.

Tanpa Adit dan Arka sadari, dua meja belakang mereka, adalah meja Hanna, Azhira, juga Putri.

"Tapi kan.."

"Iya gue tau itu, makanya, itu yang bikin kesel" potong Arka langsung, ia berbicara dengan nada tegas.

SREEETT!!

Bunyi kursi digeser, dengan kasar, dan, holyshit, itu adalah Hanna, yang berlari menuju keluar kantin, mungkin, menuju kelas. Azhira, dan Putri, mengejar Hanna juga.

"SHIT!" umpat Arka, namun ia merasa, tidak usah mengejar Hanna, takut tambah bermasalah.

Ditempat lain, dalam waktu yang sama.

"Gue, ga abis pikir, loh" Ujar Hanna. Sekarang mereka sudah berada di kelas. Maksudnya, Hanna, Azhira sama Putri.

"Udah, ah, jangan galau, ga asik muka lo, ditekuk" ucap Azhira. Ia mencoba menenangkan Hanna.

"Hanna, apa yang salah, sih?" tanya Putri. Ia merasa bingung.

"gue kan, udah janji, put, udh janji, kalo gue, lagi gamau ada urusan sama cowok dulu sekarang, siapapun, gua takut kejadian kayak Ricky" jawab Hanna. Oh, ya, maksudnya jelas Hanna.

Ricky -cowok yang nyakitin Hanna dari kelas 6 SD, dulunya ia selalu, selalu mem-baperkan Hanna, yang membuat Hanna sayang kepadanya, selama satu tahun.

Tapi Ricky? Ia malah jadian sama yang lain, dan cuman menganggap Hanna sebagai sahabatnya.

Bestfriendzone.

"Okey, ini pilihan lo, gue cuman mau kasih tau, terima aja dia, dia kan baik pinter dan gajelek- jelek amat" ucap Azhira, dengan terkekeh.

"Haha iya juga sih" Hanna langsung menghapus air matanya, dan ketawa.

HAHA. Ketawa fake, gitu, deh.

Setelah insiden itu, Arka merasa ia harus menjauhi Hanna untuk sementara waktu.

Sekarang juga, Arka dan Hanna tinggal menunggu waktu untuk bisa bersahabat lagi.

Flashback off

"Argh, kenapa, sih, flashback mulu?" Tanya Hanna, pada dirinya sendiri.

"Gue, kangen, sama, lo Ka, maafin gue, ka, maaf, gue minta tolong sama lo, kita bersahabat lagi ya?" Tanya Hanna, lagi-lagi dengan diri sendirinya.

"Siapa, ya, yang bisa jadi temen curhat, gue?" Hanna masih bicara sendiri.

'Ahaaa!' Mungkin kalau di film-film kartun, sudah muncul tanda lampu didekat kepala Hanna.

"Semoga, dia bakal jadi temen curhat yang asik!" Ucap Hanna, senang.

***

Hayo, siapa, hayo? Yang bisa tebak, dapat goceng dah.

Tbc

FriendZoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang