Hanna POV
Yaallah, itu ciptaan Allah yang kece sangat deh tuh anak, lagi main futsal, cuman satu kata untuk mendeskripsikan ia, iya,kece,lah pokoknya.
Sumpah, keringetan gitu loh, jadi pengen ngelapin. Heh? Dia mau, apa? Ya, enggaklah, lolot.
Pokoknya, sumpah dia tuh, aduh, ga bisa di jelasin lagi dah, bagaimana kecenya.
"Yasudah, bel lima belas menit lagi, kalian masuk saja ke kelas ya" ujar guru olahraga.
Kita pun bersalaman kepada guru olahraga ini. Setelah itu, kita melanjutkan untuk makan.
"Anjir yak tadi anak cowok haha" ucap Rayma, bahas tentang siswa laki-laki bermain futsal tadi
"Duh gua ngeliatin dia mulu anjir, cakeeeep bat yaallah" ucap gue, histeris dengan semangat'45.
"Yeeee, kata move on, mana? jangan niat kalo gabisa" ucap Diva. Well, kata-kata Diva kembali mengusik pikiran gue, lagi.
***
Author POVSekarang, Hanna, Rayma, juga Diva, sudah berganti baju, dari baju olahraga menjadi baju putih biru, seragam khas siswa-siswi Sekolah Menengah Pertama manapun.
"Hannnnaaa! Bawa makanan ga?" tanya Okta, ketika Hanna dkk masuk kelas.
"Ehiya anjir gua lupa! Gua malah beli makan dikantin, lagi hehe" kebiasaan Hanna, lupa kalau ia membawa bekal, dan ia malah membeli makan dikantin.
"Bagi dong, mager kebawaaaahh" jelasnya mengapa ia meminta bekal Hanna.
"Ambil tuh di kolong meja" jawab Hanna.
"Makasihh lohhh hehe"
"Yee"
"Eh han!"
"Apaan lagi, sih?" Gini deh, kalau Hanna lagi kepikiran sesuatu, semuanya jadi diomel-omelin. Hanna masih memikirkan kata-kata Diva tadi, di kantin.
"Ih lu mah kenapa lagi sih?"
"Ga papa"
"Dibalik gapapa ada yang apa-apa, sudah pasti"
"Soktau"
"Ih yaudah, gue cuman mau tanya, ava Rafli sama siapa?"
"Hah?"
"Ih yang pas kartinian"
"Lah? Ngapa nanya gua, nanya Rafli sana"
"Gue cium ada rasa cemburu sih ya"
"Lah? Apasi ta"
"Ih yah salah dah gua, bahas ginian, muka lo lagi lagi tambah cemberut."
Bagaimana tidak tambah cemberut? Kalau misalnya doi lo tuh, fotonya sama orang lain. Sedangkan kemarin Shila, sudah bilang kepada Rafli, kalau Hanna mau foto juga sama dia.
But? Dia bodo amat.
"Gua juga mauuu oktaaaaa huhuuuu" ucap Hanna, sambil mengerucutkan bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FriendZone
Fiksi RemajaMeskipun diriku sudah berusaha, untuk mendapatkanmu. Tapi apapun, yang telah kulakukan untuk 'kita', dirimu tidak pernah memandangku, yang berada di belakangmu. At least.. Were just a FRIEND. Never more. But, apapun yang terjadi, I always love you...