Onslaught

4.6K 466 142
                                    

Untuk mobil Rafa aku kasih nama
* Eagle fire

***

Mata Rafael meamandang ke arah depan, atas dan belakang. Sementara tangannya menekan beberapa tombol untuk kembali memprogram mobilnya.

"Ayolah, boy." Gumam Rafael pada mobilnya, dengan tangan sibuk menekan beberapa tombol di hadannya.

Tapi beberapa detik kemudian wajahnya kembali tenang, bahkan seutas senyum penuh arti tersungging menghiasi wajahnya.

"Good job, boy. Kau memang bisa diandalkan," bisik Rafael pada mobilnya. Pandangannya pun kembali teralih pada Shafira.

"Tenang saja, Fira. Senjata mobilku berfungsi dengan baik, jika harus diperlukan di saat kita tidak bisa menghindari mereka lagi. Itu artinya, mereka bukan apa-apa dan sangat mudah untuk dikalahkan, bahkan melawan mereka akan terasa sangat menyenangkan," lanjut Rafael ambil dengan senyum menenangkan saat kembali melihat mobil yang berjejer menghadang laju kendaraan mereka.

"Menyenangkan katamu? kita sudah bener-benar terkepung, Rafa. Ayolah, jangan bercanda! Mungkin kau bisa segera meminta bantuan," balas Shafira dengan pandangan tak setuju yang ia tujukan pada Suaminya.

"Bantuan? Untuk apa? Percayalah, aku bisa mengalahkan mereka semua sendirian, kau lihat saja nanti!"

"Tapi, Rafa. Mereka bisa saja melukaimu lagi!"

"Tapi mereka tidak akan mungkin membunuhku, Fira. Ini permainan yang seru dan menantang. Aku tidak sanggup melewatkannya, karena ini luar biasa, Eagle fire juga sudah tidak sabar untuk melawan mereka," kata Rafael dengan senyum penuh semangat, sementara tangannya menekan salah satu tombol untuk menambah kecepatan laju mobilnya, hingga kenalpotnya mengelurkan api seperti roket.

Shafira hanya menganga tak percaya, atas sikap Rafael yang sepertinya suka dan senang dengan kondisinya saat ini.

"Permainan di mulai, Eagle Fire. Meluncurlah langkahi mereka!" perintah Rafael pada mobilnya.

Seketika Eagle fire pun, terbang melangkahi mobil-mobil yang berjejer siap menghadangnya.

Kemudian mendarat kembali dengan mulus dibelakang mobil-mobil itu dan kembali meluncur meninggalkan para penghadang.

"Bagaimana, Fira? Kau suka?" Tanya Rafael, saat mereka sudah kembali meluncur di jalanan yang lurus, sementara pengejar di belakang sana, seperti tidak mau menyerah terus mengejar mereka.

"You shit!," jawab Shafira dengan wajah cemberut. Dan hal itu membuat Rafael tertawa lebar.

"Kau..." Fira menggantungkan kata-katanya saat tiba-tiba monitor di atas dashboard menyala dan memberitahukan adanya sebuah sambungan Video call.

Pandangan Rafael melirik ke arah monitor itu, namun tidak melakakukan apa pun, ia mengabaikan panggilan itu.

"Kenapa tidak menjawabnya?" Tanya Shafira.

"Itu panggilan dari Papa. Papa pasti menyuruhku untuk pulang segera, dan aku tidak akan bisa menolak jika Papa sudah meminta sesutu."

"Jangan jadi pengecut, Rafa. Jawab panggilan Papamu dan jelaskan semua yang terjadi diantara kita. Papamu orang baik, pasti beliau akan menerima keputusanmu!"

"Papaku pencinta kebenaran, Fira. Dan saat ini tindakan kita ini salah di matanya! Bukankankah sebelumnya kau pun beranggapan demikian, Fira? Aku seorang pengantin pria yang meninggalkan pengatin wanitanya untuk menikahi wanita lain, apa itu tindakan benar dan bertanggung jawab di mata orang -orang awam?"

The Wedding Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang