"SURPRISE apa yang sudah kau siapkan untukku, Alice? Jujur aku sungguh penasaran sampai aku harus memajukan kepulanganku, dan membatalkan beberapa petemuan penting," tanya Rafael tak sabar, setelah berusaha selembut mungkin melepaskan ciuman Alice."Benar apa kata mama dan papamu, Rafael. Kau tidak bisa bersabar kalau sudah penasaran. Dan trik ini berhasil memancingmu datang lebih awal," ujar Alices dengan senyum mengembang.
"Rupanya ini sebuah siasat?" sahut Rafael, dan membalas senyuman Alice dengan seringai takjubnya.
"Ya, tapi bukan sebuah kebohongan. Aku benar-benar sudah menyiapkan surprise itu. Dan aku yakin kau akan senang dengan surprise yang sudah aku siapkan," Alice berusaha membela diri.
"Kalau begitu tunjukan padaku kejutan seperti apa yang akan kau berikan padaku, apakah benar akan membuat aku senang?"
"Kebetulan kejutannya ada di sini, dan ini dia surprisenya," ujar Alice, memutar badannya menghadap gadis yang tertunduk dan mengepalkan sebelah tangannya yang terluka akibat sayatan gunting di jari telunjuknya, Alice menujuk gadis itu dengan kedua telapak tangannya.
Pandangan Rafael kembali tertuju pada gadis yang sejak ia mendaratkan mobilnya tadi, gadis itu sudah menjadi pusat perhatiannya.
Seorang gadis manis dengan rambut hitam panjang yang ia ikat membentuk ekor kuda di kepala bagian belakangnya, beberapa helai rambut mehiasi pelipis dan pipi bagian sampingnya.
Mata gelap sehitam malam itu terlihat jernih menghiasi wajah cantik yang saat ini tersenyum ke arah Rafael, dengan menampakan dua lesung pipit di kedua belah pipinya.
"Siapa gadis itu Alice? kenapa kau menjadikannya sebuah kejutan untukku?" tanya Rafael.
'Rafael tidak mengenaliku, dia benar-benar melupakanku' keluh Shafira dalam hati, dan kenyataan itu membuatnya sesak napas.
"Mungkin kau tidak mengenalinya, Rafa. Karena menurut orangtuamu kalian terpisah selama tujuh belas tahun. Dia Shafira sahabat dimasa kecilmu, papa dan mamamu bilang dulu kalian kerap bersama, kalian sudah seperti kakak dan adik "
"Jangan bercanda, Alice. Shafira sudah meninggal," tegas Rafael. Namun pandangannya memandang lurus ke wajah Shafira.
"Aku benar-benar Fira, Rafa. Aku selamat dari ledakan itu," kata Shafira berjalan ke arah Rafael dan Alice.
"Senang bisa bertemu denganmu lagi, Rafa." ujar Shafira dengan mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan Rafael.
Rafael mengabaikan uluran tangan Shafira, dia menatap wajah Sahafira lekat, seolah ingin memperjelas penglihatannya. Lalu tanpa diduga, dia menarik tubuh Shafira ke dalam pelukannya. Menekan kepala Shafira di dadanya hingga pipi Shafira menempel sempurna di dada bidang Rafael.
"Aku sangat bersyukur kita dipertemukan kembali, Fira." ujar Rafael tanpa melepaskan pelukannya.
Pandangan Shafira jatuh pada sosok Alice yang berdiri di samping Rafael, hal itu mengingatkan Sahafira kalau Rafael sudah ada yang punya.
Dan kenyataan itu membuat Shafira mendorong perut Rafael yang terasa keras di tangannya, walau baju Rafael menghalangi sentuhannya itu.
"Aku pun sama bersyukurnya denganmu, Rafa. Karena bisa berjumpa kembali dengan sahabat masa kecilku," ujar Shafira saat ia menjuhkan tubuhnya dari dekapan Rafael.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wedding
RomanceCover: By. @HatersOfWorld *** Sequel mandiri dari cerita yang berjudul 'Love' *** "Aku akan membuat sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin." (Rafael Verghese) *** "Ruang dan waktu tidak merubah niatku untuk menunggumu, tapi keadaan merubah niatk...