Forest Roof

3.6K 350 27
                                    


Shafira duduk di tanah yang dilapisi rumput hijau tebal, punggungnya bersandar di bamper mobil Ethan yang sudah hilang fungsi.

Kengeria dan rasa takut saat pendaratan ekstrim itu masih Shafira rasakan, membuat tubuhnya lemas dan sebuah luka lebam yang pedih dan menyengat terlihat merah keunguan menghiasi keningnya.

"Bagaimana rasanya? Sakit?" Tanya Jordie dengan tangan terulur menyibak anak rambut yang menutupi sebagian kening Shafira.

Shafira mencoba menghindar dengan memalingkan wajahnya, untuk menjaga kesopanan ia berusaha mengukir senyum di wajah cantiknya dan ia pun berkata," hanya sedikit luka, bukan apa-apa, nanti juga sembuh sendiri."

"Akan aku cari sesuatu untuk mengobatinya," gumam Jordie mengabaikan perkatan Shafira. Ia pun bangkit mencari sesuatu yang bisa menyembuhkan luka lebam Shafira di dalam mobil Ethan. Dan tak lama ia kembali dengan kotak p3k ditangannya.

Bukan hanya sistem canggih yang diciptakan Rafael untuk melengkapi mobil terbangnya, dan hampir semua mobil ciptaan Rafael dilengkapi juga dengan peralatan untuk pertolongan pertama pada luka yang diakibatkan kecelakaan yang mungkin dialami pengemudi dan penumpang mobil itu, dan peralatan itu pun sama canggihnya dengan mobil itu sendiri.

Bagaimana tidak? Seperti yang pernah diketahui Shafira saat mengobati luka Rafael, obat-obatan yang tersedia di mobil ciptaan Rafael sangatlah cepat bereaksi mengobati setiap luka lebam atau pun luka lecet dengan sangat cepat.

"Biar aku sendiri saja, Jord." pinta Shafira saat Jordie hendak mengoleskan salep luka ke kening Shafira.

"Kau tidak bisa melihat letak lukanya," balas Jordie dengan memajukan sedikit tubuhnya hingga wajahnya begitu dekat dengan wajah Shafira.

Walau ujung telunjuk Jordie mengoleskan salep itu ke luka dikening Shafira, namun pandangannya menyusuri wajah cantik dihadapnnya itu.

"Sepertinya sudah cukup, Jord." Ujar Shafira, saat tangan Jordie tak kunjung juga turun. Padahal cukup hanya dengan satu oles saja luka lebam di kening Shafira akan menghilang dan sembuh seketika.

"Belum Fira, belum cukup."

Shafira mendongakkan wajahnya, dengan meleparkan pandangan tak mengerti.

"Cukup satu oles saja maka luka lebamnya akan menghilang, Jord."

"Tapi mataku belum cukup puas memandang wajah cantikmu, Fira."

"Apa seorang playboy selalu merayu setiap wanita yang berada di dekatnya, dalam kondisi apapun dan tak peduli dia seorang wanita bersuami," ujar Shafira dengan memasang wajah tak setujunya.

"Aku lupa kalau kau sudah bersuami, Fira. Dan mungkin aku akan melupakan kenyataan itu saat melihat wajah cantikmu," balas Jordie dengan seringai di wajahnya.

"Aku istri sepupumu, Jord. Ingat selalu kenyataan itu dan berhentilah merayuku."

"Kalau aku tidak mau, bagaimana?" Balas Jordie.

"Kau harus mau, masih banyak gadis singgel yang belum memiliki suami, untuk kau rayu."

"Tapi aku hanya ingin merayu wanita secantik dirimu," sahut Jordie dengan seringai playboynya.

"Banyak wanita diluaran sana yang jauh lebih cantik dariku, Jord. Berhentilah bersikap berlebihan seperti itu."

"Ya, memang banyak sekali dan aku tidak perlu susah payah merayunya seperti aku merayumu saat ini, mereka akan datang dengan suka hati dan langsung bertekuk lutut dihadapanku. Tapi aku tidak suka mereka, Fira. Mereka terlalu mudah didapatkan terlalu murahan, lain halnya denganmu. Kau tahu? Aku benci wanita murahan, dan rasanya selalu ingin memperlakukan mereka sebagai pemuas nafsu saja."

The Wedding Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang