Suara gumaman seseorang, membuat mata keduanya saling berpandangan. Terlihat jelas kekhawatiran di wajah Shafira.Rafael menangkup wajah itu dengan lembut dan mengeluskan ibu jarinya di sana.
"Kau terlalu manis, Fira. Dan hal itu mengundang para semut untuk datang menghampirimu," ujar Rafael dengan seringai lebarnya.
"Harus berapa kali kubilang, saat ini bukan saatnya untuk bercanda," gumam Shafira.
"Baiklah, kau benar, dan sekarang waktunya kita pergi dari sini, atau mereka akan menemukan kita," jawab Rafael, sementara tangannya meraih pakaian yang semula dikenakan Shafira, dan memasangkan kembali di tubuh telanjang istrinya.
***
Semakin ke dalam, gua itu semakin menyempit, gelap dan menanjak, keduanya sangat kesulitan menempuh medan itu, tubuh Rafael melindungi dan membimbing tubuh istrinya menuju sebuah cahaya yang tidak lain adalah pintu keluar dari gua itu.
Rafael menarik tangan Shafira saat mereka keluar dari mulut gua, dan ternyata gua itu membawa mereka ke sebuah pelataran luas.
Dengan erat, Rafael menggenggam tangan Shafira, saat meraka berjalan ke tempat di mana mobil Rafael terparkir.
Tapi langkah mereka tiba-tiba terhenti, saat tiga orang bodyguard suruhan Alice menghadang langkahnya.
Rafael menyembunyikan Shafira di balik tubuhnya, insting melindunginya begitu kuat, seperti halnya beruang grizzly yang sedang melindungi pasangnnya.
"Saya harap Anda bersedia ikut bersama kami, Sir. Sehingga tidak perlu ada kekerasan atau pun pemaksaan dalam penjemputan ini," ujar salah satu bodyguard yang berpakaian serba hitam itu.
"Walau hanya seorang diri, tapi aku cukup kuat untuk melawan kalian semua," balas Rafael dengan nada suara mengancam, rahangnya terlihat mengeras sementara amarah di matanya terlihat berkobar.
Tiga bodyguard itu mendekat secara bersamaan.
"Raf..." gumam Shafira dengan suara bergetar.
"Tenanglah, Fira. Aku akan membasmi mereka terlebih dahulu sebelum melanjutkan perjalanan ini."
Mata Shafira basah oleh air mata yang tanpa diundang sudah menetes di pipinya. Ia sungguh takut kehilangan Rafael.
"Semua akan baik-baik saja." Selalu itu yang Rafael ucapkan, dengan lembut ia menyapukan ciuman singkatnya lalu membalikan badan menghadang tiga pria bertubuh kekar itu.
Perkelahian pun tidak bisa dihindari, Rafael melawan mereka dengan tangkas dan cekatan, walau beberapa pukulan bersarang di wajah Rafael tapi ratusan pukulan dan tendangan membrondang tiga tubuh bodyguard itu secara bergantian.
Sampai akhirnya seorang bodyguard berhasil menyekap Rafael dari belakang, sementara yang lain bergantian memukul dan menendang wajah dan perut Rafael.
Tapi hal ini bukan suatu kesulitan untuk seorang Rafael Verghese yang ahli dalam bela diri. Tiga orang tidaklah cukup untuk mengalahkannya.
Dengan kekuatan penuh, Rafael mendongakan kepalanya sekencang mungkin, hingga mengenai tulang hidung si penyekap yang berada di belakang tubuhnya dengan tangan melingkari tubuh Rafael.
Seketika lingkaran tangan itu terlepas dari tubuh Rafael dan darah segar pun keluar dari hidung si penyekap. Bukan hanya itu, Rafael pun menghadiahkan pukulan di wajah serta sebuah tendangan di perut hingga bodyguard itu roboh tak sadarkan diri, kedua temannya berusaha kembali melawan Rafael, tapi nasib keduanya tidak jauh berbeda.
Rafael kembali bisa mengalahkan semua tikus-tikus got itu tidak lama setelahnya, walau ia sendiri harus mengalami luka lebam dan lecet di wajahnya. Dengan cepat Rafael menarik tangan Shafira, membawanya lari dari tempat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wedding
RomanceCover: By. @HatersOfWorld *** Sequel mandiri dari cerita yang berjudul 'Love' *** "Aku akan membuat sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin." (Rafael Verghese) *** "Ruang dan waktu tidak merubah niatku untuk menunggumu, tapi keadaan merubah niatk...