Ada beberapa hal yang membuat hati Shafira bertanya-tanya, hari itu. Pertama ia sangat tak mengerti saat Tante Mutia tiba-tiba saja pergi tak lama setelah Rafael pergi. Dan yang membuat Shafira heran, tantenya itu tidak menjawab saat Shafira menanyakan kemana ia hendak pergi, dengan alasan terburu-buru sudah di tunggu tamannya.
Yang kedua adalah saat ia memutuskan untuk menunggu Rafael di kontornya, ia harus mengecek pekerjaan yang cukup lama ia tinggalkan. Dan di saat itu, ia harus kembali merasa heran dan kesal, karena tak satu pun dari staf kantornya berada di tempat.
Akhirnya Shafira mengerjakan beberapa pekerjaan di kantornya seorang diri. Di mulai dari menerima klien, mepersentasikan karya-karyanya, mencatat beberapa pesanan, menghubungi beberapa desainer dan lain sebagainya.
"Okey, jadi ibu pilih konsep yang ini saja?" tanya Shafira pada seorang tamu yang memesan jasanya.
"Ya, tapi saya minta yang lebih glamour, dan untuk bagian kursi yang di sebelah sini, saya ingin di tambah lampu-lampunya," balas ibu itu, dengan tangan menunjuk gambar dekorasi pelaminan dari tablet yang ia pegang.
Shafira melayani semua keinginan klien dengan sabar, dan selama tujuh tahun ia membuka usaha itu, baru kali ini ia merasa lega saat tidak terlalu banyak tamu yang datang.
Dengan lunglai ia memasuki ruang kerjanya, dan ia cukup terlonjak melihat Rafael yang sudah duduk di kursinya.
"Rafa!!!" pekik Shafira, senyumnya pun mengembang saat berjalan menghampiri Rafael.
"Apa yang membuatmu datang tiga jam lebih awal? Bukankah kau baru akan datang pukul empat sore?"
"Tentu saja karena aku sudah sangat merindukanmu," jawab Rafael, tangannya langsung meraih lengan Shafira menariknya, hingga Shafira harus terjatuh ke dalam pangkuannya.
"Selalu saja datang tiba-tiba seperti hantu," gumam Shafira.
"Kulihat kau sedang sibuk mengurus klien, jadi aku tidak ingin mengganggu, dan memutuskan untuk menunggumu di sini," balas Rafael. "Lelah? " tambahnya, dengan lembut memijat lengan atas Shafira.
"Tidak terlalu, tak banyak yang aku kerjakan tanpa stafku. Hanya menerima beberapa klien dan mempelajari beberapa laporan beberapa hari yang lalu."
"Kenapa bekerja sendirian?"
"Mereka semua cuti," keluh Shafira.
Rafael memandannya dengan tatapan iba yang dibuat-buat.
"Hari yang buruk," balas Rafael.
"Tepatnya, hari yang menyebalkan. Karena, mereka cuti tanpa sepengetahuanku."
"Bagaimana kalau sekarang kita terbang? Mungkin itu bisa membuat suasana hatimu membaik," saran Rafael.
"Okay," jawab Shafira bersemangat, ia pun segera beranjak dari pangkuan suaminya, lalu menarik tangan Rafael yang mengikutinya berdiri.
**
Terbang di hari yang cerah dengan panorama pemandangan yang indah, memang obat yang sangat ampuh untuk mengusir kepenatan. Dan Shafira pun terlihat sangat menyukai perjalanan dengan mobil terbang suaminya itu. Bahkan tawanya sangat lebar saat Rafael melakukan sebuah manuver.
"Ini luar biasa, Rafa. Dan juga mengerikan."
"Mau lagi?"
"Boleh. Sedikit lebih ekstrim juga boleh," tantang Shafira.
"Oke, tapi tidak sekarang. Aku harus menunjukkan sesuatu padamu terlebih dahulu."
"Sesuatu? Apa itu?"
"Rahasia"
"Oh.. Ayolah"
"Kau akan melihatnya sebentar lagi, tapi aku harus menutup matamu dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wedding
RomansaCover: By. @HatersOfWorld *** Sequel mandiri dari cerita yang berjudul 'Love' *** "Aku akan membuat sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin." (Rafael Verghese) *** "Ruang dan waktu tidak merubah niatku untuk menunggumu, tapi keadaan merubah niatk...