Matthew pov.
Audrey benar, misi ini bukan hanya tugas yang diberikaan atasanku, tapi ini juga sebuah tugas pribadi. Yang mana jika aku berhasil dalam misiku kali ini, maka imbalan yang akan aku dapatkan adalah sebuah restu untuk hubunganku dan Audrey, terutama restu dari Rafael yang merupakan satu-satunya penghalang akan hubungan yang kami jalani selama ini.
Audrey Keisha Verghese kekasihku, dia memang pantas untuk diperjuangkan. Audrey seorang gadis cantik dan unik yang selama lima tahun ini membuatku hampir gila karena jatuh cinta padanya.
Gadis unik yang membuat gila???
Ya!!!
Harus kalian tahu!!!
Walau dia hidup di tahun 2042, lahir dan besar di kota New York, tapi ia masih menjunjung tinggi adat ketimuran yang ditanam ibunya sebagai prinsip hidup yang ia jalani. Dan hal itu justu membuat aku semakin menggilainya.
Dia bukan wanita pertama dalam kehidupan percintaanku, tapi dia adalah kekasih pertama dan mungkin hanya satu-satunya kekasihku yang sulit aku bawa ke ranjangku. Dan sialnya, hal itu membuat aku terobsesi untuk memilikinya dalam ikatan pernikahan.
Prinsip untuk tidak ada sex sebelum menikah yang dipegang teguh dan ia junjung tinggi itu membuat aku semakin tertantang.
Aku memang sangat suka sekali dengan sebuah tantangan. Dan tantangan untuk mendapatkannyalah yang mengawali rasa cinta yang semakin lama semakin tumbuh dan berkembang hingga membentuk gunung cinta di dalam hatiku.
Audrey memang gadis unik dan aku sangat beruntung karena cintaku padanya tak bertepuk sebelah tangan, walau aku hanya bisa menelan salivaku saat melihat wajah cantik dan tubuh seksinya.
What??? Seorang Audrey 'Sexy'???
Mungkin itulah pertanyaan di benak kalian.
Tapi sungguh!!! Aku tidak mengada-ngada. Audrey memang sangat sexy di mataku walau pakaiannya tidak feminin dan terkesan tertutup rapat hingga suatu hal yang sulit untuk bisa melihat kulitnya.
Tapi dia memiliki bentuk tubuh yang sangat indah, tidak gemuk, tidak juga kurus, langsing tapi juga berisi. Ditambah wajahnya yang cantik dengan mata hazel yang indah, rambut hitam yang panjang, bibir mungil tapi merekah seperti kelopak mawar, yang membuat aku harus menelan liurku kala melihat ia tersenyum. (Dan menurutku itu sangat sexy dan menggairahkan) Bahkan juniorku langsung beraksi hanya karena melihat ujung lidahnya mejilat bibir atas yang sensual itu, seperti yang ia lakukan saat ini.
Saat ini, dia duduk di sampingku di dalam mobil terbangku dengan pandangan terfokus pada monitor di atas dasbor, sementara tangannya memegang kapsul mungil yang isinya sudah ia masukan ke dalam mulutnya, walau harus berceceran hingga sebuk putih isi dari kapsul itu harus menodai bibir atasnya yang penuh, ranum dan menggemaskan. Sayang. Aku hanya bisa menatap bibir itu dengan menelan berkali-kali liurku serta bertanya-tanya dalam hati, seperti apa rasanya saat aku mencumbunya.
Aku tidak pernah mencumbu bibir ranum itu selain kecupan-kecupan ringan saat kami hendak berpisah atau menyatakan rasa sayangku padanya. Padahal aku sudah lima tahun menjalin hubungan dengannya.
Menyedihkan, bukan??? Memang!!!
Dan hal itu menghancurkan status Bad Boy yang aku sandang sejak duduk di bangku kuliah dulu.
"Kau perlu banyak energi untuk melawan mereka, Matt. Tapi kita tidak membawa bekal makanan. Dan kau harus puas dengan isi kapsul ini. Tapi jangan salah Papa dan Abangku menciptakan isi kapsul ini dengan sangat luar biasa, satu butir kapsul bisa membuatmu bertenaga dan selalu kuat. Suplemen ini cukup untuk membuatmu bertahan sehari semalam tidak makan dan minum, tapi rasa pembungkusnya kurang enak di lidahku jadi aku selalu membukanya terlebih dahulu, aku rasa kau pun tak akan menyukainya jadi biar aku bukakan untukmu," ujarnya dengan tangan berusah membuka tutup kapsul kecil itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wedding
RomanceCover: By. @HatersOfWorld *** Sequel mandiri dari cerita yang berjudul 'Love' *** "Aku akan membuat sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin." (Rafael Verghese) *** "Ruang dan waktu tidak merubah niatku untuk menunggumu, tapi keadaan merubah niatk...