#11

1.3K 162 10
                                    

"Jadilah kekasihku."

Shinhye terus tersenyum memandang pantulan dirinya di cermin. Ia memegang bibirnya yang baru saja ia poles dengan lipgloss. Kata-kata Yonghwa bahkan masih terngiang di telinganya. Ia begitu bahagia, sampai ia tak bisa menjawab apapun saat Yonghwa memintanya untuk menjadi kekasih pria itu, ia hanya mengangguk dan terdiam saat tengkuknya ditarik perlahan oleh Yonghwa. Bahkan saat bibir tebal Yonghwa berhasil mendarat dengan pas di bibirnya, Shinhye tetap terdiam. Malam itu, selain malam dimana Yonghwa memintanya untuk menjadi kekasihnya juga merupakan malam dimana ciuman pertamanya telah diambil begitu saja oleh pria yang awalnya ia bilang brengsek itu.

"Kau sangat cantik, jadi berhentilah memandang kaca itu. Nanti kau bisa terlambat pergi bekerja Shinhye." Ujar seorang pria. Shinhye tak menghiraukannya, gadis itu lalu berbalik dan memandang pria itu dengan santai. Yonghwa melangkah mendekat, dan mengusap pipi Shinhye dengan gerakan yang sangat lembut. Gadis itu hanya terus tersenyum sambil memandang wajah kekasihnya.

"Berhentilah tersenyum seperti itu, kau membuatku ingin mengulang apa yang sudah kulakukan kepadamu tadi malam." Gurau Yonghwa sambil mulai mengusap rambut hitam Shinhye yang indah.

"Aku tidak keberatan jika memang kau akan mengulanginya." Shinhye balas menggoda Yonghwa. Mereka tersenyum bersama.

"Aku tidak menyangka gadisku begitu nakal setelah aku berhasil mengambil ciuman pertamanya."

Mata Yonghwa menatap lembut kedua mata cerah Shinhye. Gadis itu tersenyum manis. Mereka tetap betah bertatapan, tak ada yang ingin menyudahinya baik Yonghwa maupun Shinhye. Bahkan gadis itu tak akan tau jika suatu takdir yang tak disangka-sangka akan menghampirinya tanpa aba-aba.

***

Shinhye terus saja tersenyum di meja kerjanya, dengan kedua tangan memgangi pipinya dan menopang dagunya. Bahkan ia hanya menatap kosong ke arah laptop di hadapannya. Gadis itu pun tak sadar saat Jongsuk duduk di meja kerjanya yang berada tepat disamping meja kerja Shinhye. Pria bermarga Lee itu memandang Shinhye dengan aneh sambil menggeser kursi berodanya mendekati gadis itu.

"Shin.. Shinhye.." panggilnya. Tetap saja gadis itu terdiam sambil tersenyum sendiri. "Hei Park Shinhye!" Panggil Jongsuk agak keras. Akhirnya Shinhye menoleh ke arahnya dengan wajah yang sangat kesal, namun terlihat imut di mata Jongsuk.

"Apa? Aish, kau mengganggu saja." Protes Shinhye sambil mengerucutkan bibirnya membuat wajahnya semakin terlihat imut.

"Kau ini kenapa? Apa yang terjadi denganmu? Apa kau sakit? Baru kali ini aku melihatmu tersenyum sendiri seperti orang sedang jatuh cinta." Ujar Jongsuk dengan nada khawatir. Lalu tanpa aba-aba Shinhye kembali tersenyum manis, atau bisa juga dibilang gadis itu tertawa kecil membuat kerutan di dahi Jongsuk terlihat semakin jelas. Pria itu sudah benar-benar bingung saat melihat Shinhye tersenyum sendiri dengan pipi yang merona, apalagi sekarang gadis itu menatapnya sambil tersenyum.

"Bagaimana kau tau, Oppa? Aku memang sedang jatuh cinta." Shinhye mengakui perasaannya dengan sedikit candaan terhadap Jongsuk. Sontak jantung pria itu berdegup kencang, mengura bahwa ia lah pria yang telah membuat Shinhye jatuh cinta.

"Siapa? Ah.. Mm.. Maksudku, kepada siapa kau jatuh cinta?" Tanya jongsuk dengan rasa penasaran yang sudah memuncak hingga ke ubun-ubunnya. Shinhye tertawa kecil menanggapinya, membuat Jongsuk semakin gemas melihatnya.

"Pria yang membuatku jatuh cinta adalah pria tampan yang kubilang telah membantuku di minimarket waktu itu. Pria brengsek yang tak kukira akan benar-benar menjadi kekasihku setelah mengungkapkan semua bualan manisnya setiap kami bertemu. Pria yang selalu kuceritakan kepadamu, Oppa."

Seketika ekspresi Jongsuk berubah, wajahnya memucat, semburat merah yang sedari tadi hampir saja menghiasi pipinya tiba-tiba hilang saat Shinhye menggambarkan seorang pria yang sedang dicintainya saat ini. Dia, Lee Jongsuk yang diidolakan, seorang pangeran di kantor polisi ini telah kalah. Apalagi yang mengalahkannya hanya seorang pria brengsek yang selama ini selalu diceritakan Shinhye kepadanya. Ia mengetahui segalanya tentang pria itu, pekerjaannya, bualannya manisnya, sifatnya, bahkan namanya pun ia tau. Dan ia tidak menyangka bahwa pria itulah yang ternyata dipilih Shinhye untuk berada di hatinya.

"A-ah, Jung Yonghwa huh?" Tanya Jongsuk yang lebih mengarah pada dirinya sendiri daripada kepada Shinhye. Dengan semangat Shinhye mengangguk, diiringi senyum yang sedari tadi tidak lepas dari wajah cantiknya. Jongsuk mengangguk lemah lalu menghela napasnya berat.

"S-selamat Shinhye-ya. Akhirnya adik kecilku ini memiliki pelindung selain aku."

Jongsuk tersenyum dengan sedikit memaksakan. Matanya memanas menahan sesak di dadanya. Jelas.. pria itu patah hati.

"Aku keluar sebentar, kita akan bergerak pukul 8 nanti. Kau yang memimpin hari ini. Kasus rahasia ini harus segera terselesaikan. Jangan lupakan juga kasus pencurian berlian di bank itu. Kita juga harus menyelesaikannya." Jongsuk memberi instruksi dengan tegas. Sisa sisa tenaganya masih tersimpan setelah ia merasa lemas tadi saat mendengar Shinhye jatuh cinta pada lelaki lain -bukan dirinya. Pria itu segera pergi setelah melihat Shinhye mengangguk dan memberi hormat kepadanya. Ia menyembunyikan dirinya di dalam toilet. Dengan tangan bergetar ia membuka kran dan membasuh mukanya dengan air dingin berkali-kali. Ia mengatur napasnya yang terasa sesak. Bahkan ia memandangi wajahnya sendiri di kaca toilet itu dengan pandangan yang lebih ke arah menyedihkan. Lalu ia tersenyum miris meratapi keadaannya saat ini.

***

"Kau yakin, Hyung?" Tanya Jonghyun setelah menjejalkan sepotong pizza ke mulutnya. Ia memandangi Yonghwa yang juga sedang menyantap pizzanya dengan lahap.

"Tentu saja." Jawab Yonghwa singkat dan tidak jelas. Mulutnya bahkan penuh dan sangat sibuk mengunyah pizza dengan topping kesukaannya itu. Ia lalu mengangkat tubuhnya dan pergi untuk mengambil sekotak jus jeruk dingin di lemari es dan sebuah gelas. Kenapa hanya satu? Bukan karena Yonghwa ingin menghabiskan jusnya sendiri, tapi mereka bertiga memang sudah terbiasa menggunakan barang bersama-sama, kecuali barang yang bersifat 'pribadi' dan berada 'di dalam'. Yah kalian tau barang apa itu. Dan wanita, tentunya. Mereka tidak berbagi wanita. Oh baiklah ini tidak penting, kembali ke topik awal.

"Kau benar-benar yakin pada rencanamu, Hyung?" Kali ini Minhyuk membuka suara, setelah ia menelan pizza yang baru saja dikunyahnya. Pria imut itu mengambil gelas yang baru saja digunakan Yonghwa dan menuangkan jus jeruk ke dalamnya lalu meminumnya. Yonghwa hanya mengangguk tanpa bernafsu menjawab dengan kata-kata yang panjang ataupun menjelaskannya.

"Oh ayolah, Hyung. Seriuslah kali ini." Protes Jonghyun saat melihat sikap cuek 'kakak'nya itu.

"Baiklah baiklah." Yonghwa membiarkan potongan terakhir itu diambil oleh Minhyuk. Ia meneguk jus jeruk dingin yang menggiurkan itu sebelum melanjutkan kata-kata yang baru saja ia gantungkan. "Aku serius, aku yakin pada rencana dan keputusanku. Sudah jelas?"

Jonghyun mengangkat alisnya meminta penjelasan lebih, sedangkan Minhyuk mendengus kesal.

"Oke oke. Hilangkan ekspresi menyebalkan seperti itu. Aku akan menjelaskannya." Perintah yonghwa sambil menunjuk wajah Jonghyun dan Minhyuk bergantian. Keduanya mengalah. "Kalian serahkan saja semuanya kepadaku. Percayalah! Aku akan menyelesaikannya dengan baik lalu kita pergi dari sini ke tempat yang baru dimana tidak seorangpun mengenali kita dan dapat menemukan kita."

"Kau yakin akan mengambil resikonya sendiri dan tidak membiarkan kami ikut campur kali ini, Hyung? Sungguh, aku dan Minhyuk khawatir kepadamu." Ujar Jonghyun sungguh-sungguh. Yonghwa mengangguk mantap.

"Kau benar-benar yakin dialah anak dari pria yang menghancurkan keluargamu itu, Hyung?" Kali ini Minhyuk yang bertanya.

"Ya, aku yakin. Sudahlah, percaya padaku. Semua data yang kita temukan bersama ini benar-benar mengarah kepadanya. Dan aku bahkan sudah menjalankan rencanaku sekarang." Kata Yonghwa. Wajahnya benar-benar serius saat ini. "Pertama, yang harus kuhancurkan adalah hatinya. Lalu secara perlahan kuhancurkan semua yang dimilikinya. Bahkan dirinya sendiri pun akan kuhancurkan tanpa bekas."

Jonghyun dan Minhyuk saling berpandangan. Mereka tidak bisa mencegah Yonghwa jika pria itu sudah benar-benar yakin pada keputusannya.

"Baiklah, kami akan membiarkanmu melakukan semuanya sendiri. Tapi izinkan kami untuk mengawasi dan melindungimu, Hyung." Pinta Jonghyun. Yonghwa mengangguk mengiyakan. Lalu pria itu mengambil foto yang sudah sangat usang dari dompetnya.

"Ayah, Ibu, Yeonhee, kupastikan untuk menghancurkannya dalam waktu dekat. Akan kubalaskan perbuatannya kepada kalian." Gumam Yonghwa dalam hatinya.

TBC

[DRAGON]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang