#16

1.3K 164 29
                                    

Shinhye menghela napas saat melihat acara televisi yang sangat membosankan. Pikirannya dipenuhi dengan Yonghwa. Kenapa pria itu belum juga menghubunginya setelah selesai diinterogasi? Kenapa Yonghwa juga tidak menjemput dirinya di kantor polisi? Ia mengerucutkan bibirnya dan mengganti-ganti saluran televisi dengan kesal.

"Ya ampun, kau akan merusaknya jika memperlakukannya seperti itu Shinhye." Ujar seorang nenek yang baru saja duduk di samping Shinhye. Yah, itu adalah nenek Shinhye. Orang tua Shinhye meninggal saat melaksanakan tugas negara, mendiang kedua orang tuanya adalah tentara pasukan khusus Korea Selatan.

"Iya iya maafkan aku nenek." Pintanya. Gadis itu bergerak masuk untuk memeluk neneknya yang mengurusnya sejak kecil.

Gadis itu terkejut saat ponselnya berdering. Ia segera melepas pelukan neneknya dan mengambil ponselnya. Shinhye tersenyum sumringah dan langsung mengangkat telepon itu tanpa melihat siapa yang meneleponnya. Neneknya hanya menggeleng tak percaya dan mulai menonton drama favoritnya di televisi.

"Yya Yonghwa, kenapa kau baru menghubungiku? Apa kau bermain dengan wanita lain dan melupakan aku? Apa kau tau aku sudah menunggumu sejak tadi siang? Menyebalkan." Shinhye mengerucutkan bibirnya dengan kesal.

"Maaf, aku bukan Yonghwa hyung. Aku Kang Minhyuk, sahabatnya. Aku mendapatkan nomermu dari ponsel hyung. Apa noona bisa kesini sekarang?"

"A-ah, baiklah. M-maaf karena telah memarahimu seperti tadi. Ah dimana Yonghwa sekarang?"

"Kami di tempat penyimpanan abu jenazah di Gangnam. Kami mengharapkan kedatanganmu segera."

***

Shinhye mengenakan kemeja dan rok hitam, ia berlari mencari Yonghwa dan teman-temannya di gedung ini. Gadis itu menghampiri tiga orang pria yang sedang memandang Yonghwa dari jauh.

"Maaf, yang mana yang bernama Minhyuk-ssi yang tadi meneleponku?" Tanya Shinhye. Minhyuk memandang Shinhye dan tersenyum tipis.

"Aku Minhyuk, Shinhye noona. Hari ini adik Yonghwa hyung meninggal bunuh diri. Dan setelah ritual kremasi dan penghormatan terakhir selesai Yonghwa hyung tetap tidak mau pulang. Dia bilang dia akan menemani Yeonhee disini sampai kapanpun. Kumohon, kami sudah tidak bisa membujuknya. Kami harap kau bisa membujuknya." Kata Minhyuk penuh harap.

"Kumohon, dampingi Hyung. Dia sangat rapuh saat ini. Kami bertiga tidak akan cukup untuk menemaninya. Dia butuh.. kasih sayang. Dia.. kesepian. Kami tak bisa membuat dia tersenyum. Kau satu-satunya harapan kami, Shinhye-ssi." Jonghyun ikut angkat bicara. Sedangkan Haein terus mengawasi Yonghwa yang masih saja terdiam di depan tempat penyimpanan abu yang di dalamnya terdapat abu Yeonhee serta kedua orang tuanya. Pria itu mengusap kaca tempat penyimpanan abu itu dengan senyuman tipis.

"Ia tidak menangis sejak tadi, itu yang membuat kami khawatir, Shinhye-ssi. Dia bisa gila jika tidak menangis dan menumpahkan seluruh kesedihannya. Kami mohon, jaga Yonghwa untuk malam ini. Kami akan bersiaga jika Yonghwa melakukan sesuatu yang berbahaya kepadamu atau bahkan kepada dirinya sendiri. Kami mempercayaimu, Shinhye-ssi." Kali ini Haein angkat bicara. Mereka bertiga memandang penuh harap pada Shinhye. Gadis itu mengangguk dan tersenyum tipis.

"Aku akan berusaha, terima kasih karena telah percaya kepadaku." Ujarnya lembut.

"Kalau begitu kami pulang dulu, kami siap kapanpun jika kau perlu bantuan. Kami mempercayakannya kepadamu."

Shinhye mengangguk dan menunduk sebentar kepada mereka bertiga. Mereka pun membalas dan pergi dari tempat itu. Shinhye kembali memandang Yonghwa, ia berjalan mendekati pria itu dan menggenggam tangannya.

"Hei, wajahmu sangat pucat. Aku.. turut berduka atas kepergian adikmu. Aku minta maaf tidak bisa mendampingimu sejak tadi siang, Yonghwa-ya." Shinhye mengusap tangan Yonghwa dengan lembut dan memandangi wajah pria yang mulai bergerak untuk berdiri menghadapnya.

[DRAGON]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang