#30 (END)

792 117 8
                                    

"Dokter! Suster! Tolong, istriku akan melahirkan!" Pekik Yonghwa sesaat setelah ia menginjakkan kakinya di lobi rumah sakit. Beberapa suster segera menyiapkan ranjang dan membawa Shinhye ke ruang melahirkan.

Menit demi menit berlalu, Yonghwa terus berjalan bolak balik dengan gelisah. Minhyuk dan Jonghyun yang baru saja sampai pun duduk menemani nenek dengan wajah yang sama khawatirnya dengan Yonghwa. Beberapa kali Yonghwa menghela napas dalam dan menghembuskannya dengan berat. Matanya kembali menatap pintu ruang operasi selama beberapa kali. Dia benar-benar gelisah.

Yonghwa terkejut saat tangisan bayi menggema. Semuanya berlangsung cepat, Shinhye sudah dipindahkan ke ruang rawat. Yonghwa terus menggenggam tangan Shinhye-nya yang masih berbaring lemas. Shinhye mengeratkan genggamannya di tangan Yonghwa saat pria itu mengucapkan terima kasih berkali-kali kepadanya dan mencium dahinya dengan lembut. Di tengah ketidakberdayaannya Shinhye tersenyum lemah. Tangisnya pecah saat suster menyerahkan putranya kepada dirinya untuk menyusu. Raut kebahagiaan tercetak jelas di wajah mereka. Yonghwa mengusap airmatanya dan membelai wajah putranya sambil memeluk Shinhye. Rasanya semuanya sudah lengkap bagi Yonghwa. Dia merasa begitu bahagia dikelilingi oleh orang-orang yang berharga baginya.

"Hyung, biarkan aku lihat keponakanku." Pinta Minhyuk. Laki-laki itu merengek sejak tadi.

"Minhyuk, putraku baru saja tidur. Tidak bisakah kau menunggu sebentar?"

"Ah hyung, kumohon. Hanya melihatnya sebentar, hmm? Boleh ya?" Rengeknya lagi.

Jonghyun hanya menggeleng-geleng pelan melihat tingkah adiknya yang masih seperti anak kecil itu. Sejak tadi ia sibuk mencarikan makanan untuk mereka dan saat kembali dari restoran ia melihat adiknya yang merengek seperti anak kecil. Sungguh, jika ini bukan rumah sakit maka Jonghyun sudah memarahi adiknya itu habis-habisan.

"Minhyuk-ah!" Geram Jonghyun pelan, ia berupaya untuk tetap dalam suara pelan agar tidak membangunkan Shinhye dan Dae-ryong yang masih terlelap dengan damai di ruangan rawat inap ini.

Minhyuk dan Yonghwa yang sedang berdebat sontak menoleh pada Jonghyun. Yonghwa tersenyum melihat Minhyuk menunduk patuh dan berjalan menghampiri Jonghyun. Ia yakin walaupun sambil berbisik, Jonghyun sedang memarahi adiknya yang kekanak-kanakan itu. Nenek hanya tersenyum lalu membela Minhyuk sambil mengusap kepala pria itu.

Yonghwa mendekatkan kursinya ke ranjang Shinhye, menggenggam tangannya erat dan mencium punggung tangan gadis itu. Matanya menatap lembut ibu dari anaknya itu. Ia tersenyum dan kembali menciumi tangan Shinhye berkali-kali.

"Terima kasih, sayang. Aku mencintaimu," gumamnya.

***

"Appa kan sudah berjanji!"

Anak lelaki sekitar umur 8 tahun itu terus saja merengek pada ayahnya. Entah menginginkan apa, tapi sepertinya ayahnya tidak bisa memenuhinya. Jadilah ia terus merengek sejak tadi. Sang ibu yang sedang memasak menggelengkan kepalanya dan menghela napas. Selalu saja seperti itu setiap hari.

"Appa harus bekerja, Ryong-ah," keluh sang ayah. "Setelah appa pulang saja oke?"

Mendengar pernyataan ayahnya, Jung Dae-ryong mengerucutkan bibirnya. Dengusan kesal meluncur bebas darinya. Sang ayah berjongkok untuk memegang kedua bahu putra semata wayangnya itu. Ia tersenyum hangat.

"Dengar, paman Minhyuk pasti kesulitan di restoran. Appa harus datang untuk membantunya."

"Kenapa tidak paman Jonghyun saja? Appa kan pemilik restoran, kenapa Appa harus bekerja juga?" Rengeknya lagi. Yonghwa terus tersenyum, ia mengusap puncak kepala putranya lembut.

[DRAGON]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang