#15

1.2K 152 15
                                    

"Hati-hati dengan sikapmu, Jongsuk-ssi. Kau akan menyesal setelah mengetahui kebenaran tentang ayahmu. Dan jangan lengah. Kau harus mempersiapkan diri, karena Dragon akan datang dan membunuhmu dengan tangannya sendiri." Bisik Yonghwa. Senyuman sinis menghiasi wajah tampannya. Jongsuk terpaku mendengarnya lalu memandang Yonghwa tajam.

"Kau? Apa maksudmu?" Geram Jongsuk. Yonghwa hanya mengangkat bahunya acuh lalu menepis tangan Jongsuk dari kerah jaketnya. Ia pun pergi meninggalkan ruangan itu. Shinhye terdiam, ia tidak tahu apa yang terjadi.

Jongsuk memukul meja dengan keras dan napasnya terengah menahan amarah yang memuncak, apalagi setelah Yonghwa berkata demikian. Sekarang ia lebih yakin, ia tambah yakin bahwa Yonghwa ada hubungannya dengan Dragon. Lalu ia mengingat pesan dan foto yang dikirim ke komputer timnya, sekarang ia tau untuk siapa pesan itu ditujukan. Itu untuk dirinya, dan pembalasan dendam yang dimaksudkan Dragon adalah pembalasan dendam terhadapnya. Tapi kenapa? Ia bahkan tak tau apa yang terjadi antara ayahnya dan Dragon. Apa yang telah dilakukan ayahnya terhadap Dragon sampai ia ingin membalaskan dendam dan memusnahkannya? Dan kebenaran ayahnya? Apa maksudnya? Dan juga kenapa Yonghwa mengetahui niat pembalasan dendam Dragon padanya? Apakah Yonghwa mengenal Dragon? Atau... Apakah Yonghwa dan Dragon adalah orang yang sama? Pertanyaan-pertanyaan itu berputar-putar di kepalanya. Membuatnya merasa pening dan bingung.

Jongsuk membenturkan dahinya pada meja di depannya berkali-kali. Ia terlalu bingung dengan semua keadaan ini. Dan sekarang Shinhye sudah tau tentang perasaannya. Sialan Jung Yonghwa! Geramnya dalam hati. Shinhye menepuk pundak Jongsuk saat ia masuk ke ruangan itu.

"Hentikan, kepalamu akan terluka jika kau terus membenturkannya seperti itu." Ucapnya lembut. Jongsuk mendongak dan memandang Shinhye yang tengah tersenyum kepadanya.

***

Yonghwa berjalan menuju kamar rawat Yeonhee dengan senyum menghiasi wajahnya. Ia terkejut saat tidak menemukan Yeonhee di kamarnya. Seingatnya kemarin Yeonhee masih dalam keadaan koma, yah walaupun Haein bilang gadis itu sudah stabil tapi apakah Yeonhee sudah punya kekuatan yang cukup untuk beranjak dari ranjangnya? Yonghwa mencari Yeonhee dengan panik. Ia segera menghubungi Haein, dokter pribadi Yeonhee. Dengan tetap berlari ia mencari ke setiap sudut rumah sakit. Namun ia tak menemukan Yeonhee di sana. Ia begitu kalut. Ia berhenti karena tidak kunjung menemukan Yeonhee. Haein yang ikut mencari pun berkata demikian. Yeonhee tidak ditemukan dimana-mana.

"Bagaimana, Yong?" Tanya Haein dengan terengah. Tampaknya ia sama seperti Yonghwa yang mencari ke setiap sudut rumah sakit.

"Sebelumnya aku minta maaf jika sudah menghancurkan cutimu yang baru saja dimulai dan maaf karena membuatmu meninggalkan istrimu yang sedang hamil hanya untuk mencari adikku. Tapi aku tak punya orang selain dirimu untuk dimintai tolong karena hanya kau yang kukenal dan tau dengan pasti setiap sudut rumah sakit ini." Ujar Yonghwa panjang lebar. Haein hanya mengangguk. "Aku tidak menemukan Yeonhee dimanapun." Lanjutnya.

"Begitupula aku. Apa kau sudah mengecek semua tempat?" Tanya Haein tak kalah panik dari Yonghwa.

"Aku sudah mengecek semuanya." Jawab Yonghwa frustasi sambil memijit dahinya. Namun kemudian ia terdiam dan memandang Haein dengan serius. "Aku sudah mengecek semuanya, kecuali dua tempat, Hyung. Kita berpencar. Kau ke atap dan aku ke halaman belakang rumah sakit. Tempat itu terlalu sepi, aku takut Yeonhee berada di sana dan melakukan hal yang tidak diinginkan."

Haein mengangguk dan mereka berlari berlawanan arah. Haein menghindari lift karena akan memakan waktu lama untuk menaikinya dan lebih memilih tangga darurat, khawatir jika Yeonhee mugkin berada disana. Sementara Yonghwa terus menyusuri lorong belakang rumah sakit yang sangat sepi sambil meneriakkan nama adiknya. Ia akhirnya sampai di halaman belakang rumah sakit. Tempat itu tidak terawat. Yonghwa mengedarkan pandangannya ke setiap penjuru halaman. Ia menghela napas saat mengetahui dirinya tidak berhasil menemukan Yeonhee. Tiba-tiba ponselnya berdering. Itu dari Haein.

"Ya, Hyung."

Wajah Yonghwa tiba-tiba memucat. Ia segera memasukkan ponselnya ke saku dan dengan cepat berlari ke halaman depan rumah sakit. Banyak orang berkerumun disana. Ia terus berjalan dengan semakin lambat, sambil mencoba menepis semua perasaan buruknya tentang adiknya. Yonghwa menerobos kerumunan orang dan melihat seorang gadis tereletak bersimbah darah di hadapannya. Itu Yeonhee, ia terus berjalan mendekati tubuh gadis itu dan tak mempedulikan pihak keamanan rumah sakit yang menghadangnya.

"Yeonhee-ya."

Yonghwa berlutut dengan mata yang memerah, wajahnya bertambah pucat. Haein yang baru saja sampai di bawah segera berjalan dan berlutut di samping Yonghwa.

"Maafkan aku, Yonghwa-ya. Yeonhee mendengar pembicaraan kita saat itu dan mengetahui kebenaran tentangmu. Maafkan aku, aku tidak sempat mencegah Yeonhee saat ia hendak menjatuhkan dirinya. Maafkan aku, Yong. Maafkan aku." Ucapnya dengan sangat menyesal. Ia memandang Yonghwa dengan rasa bersalah yang sangat besar. Yonghwa tidak menangis, wajahnya terlihat.. entahlah, tak ada ekspresi disana. Pria itu mengangkat tubuh Yeonhee dengan perlahan dan meletakkannya di pahanya sementara kedua lengannya merengkuh tubuh adik kesayangannya dengan perlahan. Jonghyun dan Minhyuk yang juga ditelepon Haein akhirnya sampai dan melihat mereka dari jauh dengan wajah yang sama pucat dengan Haein dan Yonghwa. Yeonhee terlihat sangat.. berantakan. Dengan darah yang memenuhi kepala dan wajahnya. Badannya juga dilumuri darah. Yonghwa tak peduli dan tetap mencoba membangunkan Yeonhee. Bahkan darah Yeonhee telah menempel hampir di seluruh bagian tubuhnya.

"Hei.. Buka matamu, gadis bodoh. Kita harus kembali ke kamar rawatmu, kau harus sembuh. Kenapa kau melompat dari sana, huh?" Ujar Yonghwa lirih sambil mengusap pipi Yeonhee. Ia memandang darah di tangannya dengan kosong lalu kembali memandang Yeonhee. Secarik kertas yang sudah berlumur darah jatuh dan genggaman Yeonhee. Haein segera mengambil kertas itu dan membacanya. Ia menutup mata dan menangis setelah membacanya.

"Yeonhee-ya, kumohon bangunlah. Eoh? Bukalah matamu. Apa kau tidak kasihan pada oppa? Jung Yeonhee. Bukankah oppa sudah berjanji akan membawamu ke tempat dimana semua orang tidak mengenal kita dan hidup disana selamanya? Kenapa kau mengingkari janjimu untuk tetap hidup dan saling menjaga?" Yonghwa terus berkata lirih. Semua orang di sekelilingnya memandang Yonghwa dengan iba. Jonghyun yang berdiri di belakangnya menepuk pundaknya dengan mata yang sudah berair.

"Hyung." Lirihnya.

"Yya, Lee Jonghyun, Kang Minhyuk, Haein hyung, katakan padaku. Yeonhee masih bisa selamat kan? Yeonhee tak akan meninggalkanku seperti eomma dan appa kan? Kumohon katakan sesuatu kepadaku! Kenapa kalian hanya diam? Dan kenapa kalian menangis? Hei, Yeonhee masih bisa diselamatkan, aku akan membawanya ke UGD, defibrilator akan membantu jantungnya untuk berdetak seperti semua. Ayolah, ikut aku eoh?" Desak Yonghwa. Ia terlihat kalut, dengan wajah pucat dan mata yang memerah. Ia tersenyum miris sambil memandang penuh harap pada ketiga orang sahabatnya.

"Jonghyun-ah, Minhyuk-ah, kenapa kalian diam saja? Haein hyung, kau adalah dokter yang hebat. Ayo bantu aku untuk membuat Yeonhee kembali sad..."

"Hentikan, Hyung! Apa kau tidak cukup mengerti dengan keadaan ini? Yeonhee sudah tidak ada! Berhenti bersikap seolah ia akan hidup kembali! Kau terlihat menyedihkan!" Bentak Jonghyun memotong ucapan Yonghwa. Pria itu terdiam karena terkejut. Ia memandang Jonghyun tanpa ekspresi. Minhyuk menarik Jonghyun menjauh untuk melerai mereka namun Jonghyun menepisnya.

"Hyung. Aku mohon, berpikir jernih." Lirih Minhyuk.

Yonghwa memandang kosong pada Minhyuk dan Jonghyun. Haein mengusap airmatanya dan menggendong tubuh Yeonhee. Ia membawa Yeonhee masuk ke rumah sakit dan mengurus jenazah Yeonhee. Yonghwa terdiam, ia memandang kosong ke arah Haein yang membawa Yeonhee semakin jauh meninggalkannya. Ia sendirian sekarang, dan jika bukan karena pria binatang brengsek itu keluarganya tidak akan berakhir seperti ini. Nafsunya memuncak, wajahnya memerah menahan amarah. Ia berdiri dan berjalan melewati Jonghyun dan Minhyuk begitu saja.

"Hyung, jangan pergi. Hyung kau harus mendampingi Yeonhee dan mengantarnya ke peristirahatan terakhirnya!"

Jonghyun dan Minhyuk menghadang Yonghwa yang akan pergi begitu saja dengan wajah dan tubuh yang penuh dengan darah Yeonhee.

"Kumohon, Hyung. Jangan melakukan sesuatu yang akan membahayakan dirimu. Kami disini, kami bersamamu. Kumohon, tahan amarahmu. Kita akan membalaskan semuanya sebentar lagi." Pinta Minhyuk seolah bisa membaca pikiran Yonghwa.

"Aku pastikan akan menghancurkan keluarganya dengan tanganku sendiri." Ujar Yonghwa penuh keyakinan. Jonghyun dan Minhyuk menghela napasnya berat dan memandang Yonghwa yang tampak sangat kacau.

TBC

[DRAGON]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang