#23

971 161 19
                                    

"Pagi..." sapa Jongsuk pada anggota timnya sesaat setelah ia melangkah ke dalam ruangan itu. Ia duduk di mejanya dan langsung membuka buku catatannya. Dibukanya lembar demi lembar buku itu lalu ia berhenti pada halaman tengah dimana ia mencatat tentang Dragon disana. Jongsuk larut dalam pemikiran yang dalam saat Shinhye datang membawa sebuah amplop coklat di tangannya. Ia menghampiri Jongsuk dan menepuk pundak lelaki itu, membuat Jongsuk terkejut dan langsung memandanginya.

"Oh, Shinhye." Panggilnya. Gadis itu mengangguk sekali lalu menyerahkan amplop coklat itu pada Jongsuk.

"Aku mendapatkannya dari pegawai pos. Ia bilang ada kiriman untukmu, jadi ku ambil saja karena kita satu ruangan jadi akan lebih mudah menyampaikan kiriman ini padamu." Jelasnya. Setelah Jongsuk berterima kasih, gadis itu pergi ke mejanya dan duduk disana, menyibukkan diri dengan apa saja yang bisa ia lakukan untuk menghabiskan waktu. Sialnya, tidak ada yang bisa ia lakukan sekarang. Belum ada kasus baru yang harus ditangani hari ini.

Sementara Jongsuk membolak balik amplop coklat itu, tidak tertulis alamat si pengirim sama sekali. Pria itu mengerutkan dahinya dan memutuskan untuk membuka amplop itu. Di dalamnya ada sebuah flashdisk. Tanpa pikir panjang ia membuka isi flashdisk itu dengan laptopnya. Ada sebuah file disana bertuliskan tanggal 6 Januari 12 tahun lalu.

Ada beberapa video di dalamnya. Jongsuk mengerutkan dahinya bingung.Ia membuka video itu dan menontonnya satu persatu, itu adalah video sebuah pembantaian oleh satu orang laki-laki kepada sebuah keluarga. Sebuah rekaman cctv, pikir Jongsuk. Awalnya ia tidak sadar, tapi saat pria yang membantai sebuah keluarga itu selesai dan berjalan menuju pintu luar, ia menyadarinya. Sebuah wajah dan tubuh familiar itu, mungkinkah?

Jongsuk menggelengkan kepalanya, menghapus semua pikiran negatif yang menghamipirnya. Pria itu memberanikan diri untuk memperbesar gambar cctv itu dan melebarkan matanya dengan mulut yang terbuka. Itu ayahnya! Itu adalah ayahnya yang baru saja ia lihat di video pembantaian itu. Jongsuk terkejut saat sebuah email masuk ke laptopnya, ia membukanya dengan tangan yang bergetar, dirinya masih lemas dan tidak percaya pada apa yang dilihatnya sendiri.

"Kau sudah melihatnya? Ya, itu ayahmu. Ayahmu si pecundang bodoh yang menghabisi seluruh keluargaku hanya karena alasan yang sepele. Nikmati videomu Jongsuk. Nikmati selagi matamu masih terbuka dan kau masih bisa bernapas."

Napas lelaki itu memburu, badannya berkeringat. Ayahnya, orang yang dikaguminya, orang yang menjadi superheronya, ternyata sama saja dengan Dragon. Ia merasa kecewa, begitu kecewa. Pria itu mengusap wajahnya dengan kasar dan mengacak rambutnya frustasi. Matanya memerah menahan amarah dan kekecewaan yang begitu besar.

Di lain tempat, Yonghwa sedang memandangi laptopnya. Ia memperhatikan Shinhye yang sedang duduk mengerjakan sesuatu di ruangan itu. Minhyuk memasang kamera itu di ruangan tim mereka setelah Yonghwa mengetahui bahwa Jongsuk adalah anak dari pembunuh keluarganya beberapa waktu lalu. Pria itu terdiam, ia terus mengamati setiap gerakan kecil yang dilakukan Shinhye. Segaris senyum menghiasi wajahnya saat Shinhye tertawa dan bercanda bersama teman kerjanya. Bahkan ia sudah tidak memperhatikan Jongsuk lagi sejak tadi. Kemudian senyumnya memudar saat ia mengingat hari ketika berakhirnya hubungan mereka. Yonghwa bangkit dari tempat duduknya dan pergi begitu saja entah kemana.

***

Pintu terbuka dengan keras saat Jongsuk masih mencoba meredam kekesalannya. Semua orang di ruangan itu memandang ke arah pintu.

"Ada laporan pembunuhan!"

Jongsuk dan timnya terkejut dan segera bangkit dari tempat duduk mereka. Sirine mobil polisi terdengar begitu kencang melewati jalan utama kota Seoul, mobil itu melesat cepat ke daerah dimana dilaporkan terjadi pembunuhan. Jongsuk, Shinhye dan tim mereka sampai tak lama kemudian di tempat itu. Darah telah bercecer di sekitar tubuh korban membuat salju yang putih bersih berubah menjadi merah. Beberapa orang tim forensik kemudian datang dan memeriksa tubuh korban setelah anak buah Jongsuk selesai memasang garis polisi.
Shinhye ikut mengamati tubuh korban dan mengamati keadaan sekitar saat Jongsuk berbincang-bincang pada seorang saksi yang berada disana. Shinhye mengerutkan dahinya saat melihat kumpulan burung gagak yang terbang berkerumun di atas sebuah gedung. Gadis itu membuka lebar matanya ketika menyadari ada bayangan seseorang disana. Orang itu berdiri tepat di pinggir atap gedung tanpa rasa takut dengan kepala menengadah memandangi sekumpulan gagak yang terbang berkerumun itu.

"Shinhye!" Jongsuk memanggil gadis itu saat ia berlari dengan cepat ke arah gedung usang di sudut lapangan bersalju itu. Namun Shinhye tak bergeming, ia terus berlari memasuki gedung itu dan menaiki tangganya menuju atap gedung unuk melihat siapa sebenarnya yang berada disana.

Shinhye terengah dan beristirahat sejenak saat berhasil mencapai atap gedung dan ia terhenyak ketika melihat seseorang yang dikenalnya berdiri sambil memberi makan seekor burung gagak di atap gedung.

"Y..yonghwa.." panggilnya pelan. Dahinya berkerut dan matanya memandang tajam ke arah pria yang sedang memandangnya dengan wajah tak kalah terkejut.

"Shinhye.." gumamnya.

"Kau.. apa kau masih membunuh orang? Apa kau tidak lelah membunuh orang? Kau tidak takut pada Tuhan hah?" Tanya Shinhye dengan marah. Yonghwa terdiam memandangnya, lalu pria itu menoleh ke arah kerumunan di lapangan. Ia menghela napas dan kembali memandang Shinhye.

"Pembunuhnya lari ke belakang gedung tak terpakai di sudut sana. Aku bersumpah bukan aku yang melakukannya. Aku hanya berada disini sejak awal, sejak mereka beradu argumen dan saling berteriak." Jelasnya dengan lembut.

"Lalu kenapa kau diam saja? Kau bisa mencegah pembunuhan ini terjadi, Jung Yonghwa!" Bentak Shinhye.

"Untuk apa aku ikut campur urusan mereka?" Ujarnya datar.

"Kau benar-benar tidak punya hati." Geram Shinhye. Yonghwa hanya tersenyum mendengar itu. Ia duduk di tepi atap gedung tanpa rasa takut sedikitpun.

"Pergilah, Shinhye." Pintanya. "Pekerjaanmu lebih penting daripada menceramahiku kan? Ini kasus pembunuhan, aku hanya akan memberitahumu disini, tidak untuk jadi saksi di pengadilan nanti. Orang itu lari ke arah sana, di dekat sana ada stasiun kereta api. Di sekitar sini banyak tersebar cctv walaupun tempat ini tergolong tempat yang terbengkalai. Kau bisa meminta rekaman cctv ini di tempat kerjamu. Polisi yang memasang cctv disini. Orang itu memakai beanie merah dengan lambang setan di depannya, dan hoodie hitam. Hanya itu yang bisa kuberi tahu dengan pasti." Jelasnya. Shinhye terdiam mendengarnya, gadis itu memandangi wajah tenang Yonghwa yang sedang memandang langit. Ia bermain dengan seekor burung gagak yang bertengger di bahunya.

"Kau bahkan bersahabat dengan burung gagak, bukan dengan hewan lain yang lebih umum untuk dijadikan teman." Ejeknya. Yonghwa terkekeh pelan.

"Mungkin karena auraku sama dengan aura mereka, gelap dan misterius. Bukankah begitu, Shinhye?" Ia tersenyum memandang gadis yang masih sangat dicintainya itu. Shinhye akhirnya tersenyum tipis dan melangkah pergi dari sana. Pandangan Yonghwa berubah sedih. Pria itu mengehela napasnya begitu berat.

"Shinhye.." panggilnya. Ia bersyukur saat Shinhye yang hampir saja menuruni tangga kembali menoleh ke arahnya. Yonghwa tersenyum dan menghampiri gadis itu. Matanya memandang ke arah kalung pemberian darinya yang masih dipakai oleh Shinhye.

"Kalung itu cocok kau pakai. Malaikat." Ujarnya. Shinhye memandang Yonghwa dengan raut wajah bingung lalu tersenyum tipis dan mengangguk.

"Hmm, kalung ini tak pantas dipakai olehmu. Kau membuat keputusan yang tepat dengan memberikannya kepadaku." Sindirnya sarkastik. Namun gadis itu terkekeh setelah mengatakan itu. Yonghwa ikut tersenyum.

"Shinhye.." panggil Yonghwa lagi.

"Hmm?"

Yonghwa terlihat ragu untuk mengatakan apa yang ingin ia katakan pada Shinhye. Ia hanya memandang Shinhye yang sedang menunggu apa yang akan ia katakan.

"Katakan saja Yonghwa, kenapa kau diam?" Desak Shinhye.

"Ah itu,.. begini.." Yonghwa menghela napasnya berat dan memandang Shinhye dengan lekat. "Maukah kau, untuk malam ini saja berkencan denganku? Aku tau aku tidak tau malu memintamu seperti ini. Tapi bisakah sekali saja, hanya untuk malam ini kita tidak menganggap diri kita sebagai penjahat dan polisi? Bisakah untuk sekali ini saja aku hanya seorang Jung Yonghwa, dan kau adalah Park Shinhye, melupakan semua predikat yang kita miliki selama ini?" Yonghwa memandang Shinhye penuh harap.

TBC

[DRAGON]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang