#22

1K 152 12
                                    

"Tak bisakah kau melihatku sekali saja Shinhye? Aku bahkan berkali-kali lipat lebih baik dari si brengsek itu. Kenapa mata dan hatimu hanya berfokus padanya? Seharusnya kau melihatku sehingga kau tidak berubah jadi seperti ini!"

"Hentikan omong kosong ini, Oppa! Biarkan aku sendiri!"

Jongsuk terdiam, begitu terkejut saat Shinhye mengeluarkan amarahnya kepadanya. Ia telah melakukan sesuatu yang salah, memancing kemarahan Shinhye lebih dalam. Shinhye menghela napasnya kasar lalu kembali fokus pada pekerjaannya. Gadis itu melangkah pergi setelah beberapa saat bersama anggota timnya yang lain untuk bergegas menyelesaikan pekerjaannya. Jongsuk tetap terdiam, sambil sesekali memandangi Shinhye yang tampak terganggu sepanjang hari ini. Sampai pada malam hari tiba pun Shinhye masih menjaga jarak dari Jongsuk.

"Shinhye, maukah kau menemaniku berjalan-jalan sebentar malam ini?" Tanya Jongsuk. Shinhye memandang Jongsuk lalu menganggukkan kepalanya perlahan. Jongsuk tersenyum senang. Mereka pun berjalan bersama, angin semakin dingin, akhir tahun ini Seoul kembali diselimuti salju tebal. Shinhye tenggelam dalam lamunannya, ia terus berjalan dengan pandangan kosong. Dahinya berkerut, terlihat dengan jelas bahwa ia sedang memikirkan sesuatu yang sangat rumit. Apa lagi kalau bukan Yonghwa dan perasaannya untuk pria itu?

"Shinhye.." panggil Jongsuk pelan. Shinhye hanya menggumam pelan menanggapinya. Matanya teralihkan pada Jongsuk yang berada di sampingnya. "Ayo kita cari tempat duduk." Ajaknya. Shinhye mengangguk dan mengikuti Jongsuk. Mereka berdua duduk di sebuah kursi di tepian sungai Han. Kesunyian menyelimuti mereka, tak ada seorangpun di antara mereka berdua yang memulai percakapan. Keduanya tenggelam dalam lamunan masing-masing.

"Apa yang terjadi pada kalian? Maksudku, kau dan.. Yonghwa." Tanya Jongsuk pada akhirnya. Shinhye menghela napasnya dan memandang ke langit. Kedua tangannya berada dalam saku mantelnya untuk mencegah udara dingin menguasainya. Ia mengambil napas panjang dan menghembuskannya perlahan, begitu berat. Selama itu pula Jongsuk terus memandangi wajah Shinhye yang terlihat sangat lelah. Seperti beban berat telah menimpanya, padahal beberapa hari yang lalu gadis itu terlihat lebih dari baik-baik saja menurut pandangannya.
"Kami berakhir." Ujarnya singkat. Jongsuk mengerutkan dahinya, "Bolehkah aku tau kenapa kalian bisa berakhir? Maksudku, kalian terlihat baik-baik saja sebelumnya."

"Menurutnya, kami terlalu berbeda. Jadi hubungan ini tidak bisa diteruskan. Sudahlah, aku tidak ingin membahas ini." Jawab Shinhye acuh tak acuh. "Maaf." Kata Jongsuk pelan. Kesunyian kembali menyelimuti mereka.

"Shinhye, aku.. Kau sebenarnya sudah tau kan? Aku men..."

"Bagaimana kelanjutan kasus Dragon? Apa pria itu masih mengirimkan teror kepadamu, Oppa?" Tanya Shinhye memotong ucapan Jongsuk. Gadis itu memandang sungai Han tanpa ekspresi. Jongsuk tertawa dengan kikuk, "Ya, masih. Dia bahkan mengarang cerita bahwa ayahku menghancurkan keluarganya. Membunuh ayah dan ibunya lebih tepatnya. Dan itu yang mengakibatkan dia berbuat seperti ini dan ingin membalaskan dendammya pada ayahku, dan aku, putra semata wayangnya." Jelasnya panjang lebar. Shinhye terdiam sejenak, lalu memandang Jongsuk dengan serius.

"Apa yang akan kau lakukan jika apa yang dikatakannya padamu selama ini adalah suatu kebenaran? Maksudku, tentang ayahmu yang membunuh keluarganya?" Tanya gadis itu. Jongsuk tertawa menanggapinya, "Hei, kau percaya pada pendosa itu? Dia itu pelaku kriminal yang paling berbahaya di Seoul. Oh ayolah Shinhye, membuat bualan seperti itu bukanlah hal sulit untuknya."

"Bukan itu jawaban yang aku inginkan." Kata Shinhye. Mereka saling memandang dengan tajam, kilatan kemarahan melewati mata Jongsuk.

"Aku akan berlutut di bawah kakinya jika ia memiliki bukti tentang hal itu dan meminta pengampunannya atas ayahku. Dan jika ia melawan, aku akan meladeninya sampai darah dalam tubuhku habis!" Jawab Jongsuk tegas. "Ayo! Kuantar kau pulang." Shinhye menghela napas untuk kesekian kalinya.

Jongsuk berjalan mendahului Shinhye menuju halte bis tak jauh dari sana. Shinhye mengikutinya sambil terdiam, sesekali ia memandang ponsel miliknya, mengharapkan satu sms atau telepon dari Yonghwa. Ia kecewa saat tidak ada dari salah satu pilihan itu menghampiri ponselnya.

Tanpa diketahuinya dan Jongsuk, Yonghwa memandang mereka dari jauh. Pria itu menggenggam ponselnya dengan erat. Menahan dirinya begitu kuat untuk tidak menelepon Shinhye. Ia tenggelam di bawah bayangan, mengamati Shinhye dari jauh tanpa terlihat.

Setidaknya untuk saat ini, biarkan aku melihatmu, dan menjagamu dari balik bayangan. Yonghwa bergumam pada dirinya sendiri. Memandangi bis yang membawa Shinhye menjauh darinya. Seulas senyum tampak di bibirnya, ia melihat Shinhye mengenakan kalung yang diberikannya untuk gadis itu. Setidaknya, Shinhye menghargai pemberiannya. Mengetahui hal itu pun Yonghwa merasa begitu senang.

***

Sudah dua hari ini Shinhye berdiam diri di rumah, ia mengambil libur karena merasa tubuhnya sangat lelah. Ia merasa tidak enak badan. Selama di rumah, ia banyak menghabiskan waktu di kamarnya. Entah berbaring, atau memandangi ponselnya. Gadis itu tetap tidak bisa melupakan Yonghwa dengan mudah, sejujurnya Yonghwa malah selalu menghampiri pikirannya bahkan mimpinya. Hal ini sudah berlangsung sejak malam itu, malam dimana Yonghwa memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka. Shinhye larut dalam pemikiran yang dalam saat ia merasakan buliran air mata mulai membasahi pipinya. Ia kembali menangis untuk kesekian kalinya.

"Aku merindukanmu, ini salah. Ini tidak seharusnya terjadi. Harusnya aku membencimu kan?" Ia bergumam dengan terisak beberapa kali sambil memandangi fotonya bersama Yonghwa di wallpaper ponselnya.

Sementara di sebuah bar, Yonghwa duduk terdiam di depan meja bartender. Dentuman beat dari EDM yang menggema di bar ini pun tidak begitu berefek padanya untuk hari ini. Biasanya ia akan berjalan ke lantai dansa untuk melakukan kenakalan yang biasa ia lakukan di bar. Ia akan menari sepanjang malam dengan wanita-wanita seksi yang ada di bar itu sambil menggoda sana sini. Namun tidak untuk malam ini, pikirannya kembali dipenuhi oleh Shinhye, untuk kesekian kalinya.

"Sial!" Geramnya. Ia meneguk liquornya untuk kesekian kalinya. Wajahnya sudah memerah, ia mabuk. Benar-benar mabuk. Dan alasannya hanya satu, karena seorang Shinhye. Karena ia ingin melupakan Shinhye, menghapus kenangan mereka dari memorinya, namun ia merasa frustasi karena tidak bisa menghapusnya. Dan di sinilah ia. Menghabiskan botol kedua minuman keras yang dipesannya.

***

Kembali lagi dengan hari membosankan yang lainnya. Yonghwa berdiri di balkonnya, menggenggam erat foto keluarganya. Di tangan kananya ia menggenggam sebuah flashdisk. Ia terdiam memandang foto kedua orangtua dan adiknya satu-satunya yang sangat disayanginya. Semua akan berakhir segera, kita akan segera bertemu. Aku akan merasa lega setelah membalaskan dendam kalian. Batin Yonghwa terus berkata seperti itu setiap mata Yonghwa memandangi foto dengan noda darah yang sudah mengering itu. Foto itu terlihat begitu usang, ibu jari pria itu membelai foto dengan lembut. Sebuah senyum menghiasi wajahnya. Matanya memandang penuh kebencian pada flashdisk di genggamannya.

"Dengan ini, kita akan bertemu dan semua akan berakhir." Geramnya perlahan. Ia kembali ke kamarnya dan membuka isi flashdisk itu di laptopnya. Senyum sinis menghampiri wajahnya saat melihat semuah video rekaman CCTV rumahnya saat penyerangan itu terjadi. Ia mengkopinya pada flashdisk lain dan menempatkannya dalam sebuah amplop coklat.

"Ayah yang kau bangga-banggakan selama ini hanyalah seorang pecundang berdosa setelah kau melihat video ini, Lee Jongsuk."

TBC

[DRAGON]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang