Cinta Dalam Hati #1

4.5K 50 5
  • Didedikasikan kepada Dendy Dachi
                                    

Kenalin nama gue Nadya, Nadya Natasya lengkapnya. Gue baru aja tamat kuliah jurusan psychology dan sekarang lagi sibuk cari kerja, Bokap gue sih maunya gue kerja di Perusahaan yang udah dibangunnya hampir lima belas tahun. Gue bukannnya nggak mau tapi gue nggak mau selalu bergantung sama orang tua, gue tahu kalau cari kerja di jaman sekarang ini nggak segampang kita balikkin telapak tangan dan gue mau buktiin kalau gue juga bisa. Beda dengan Dimas, cowok yang udah gue pacarin selama lima tahun terakhir ini dulunya sempat ngerasain jadi orang kantoran dan sekarang dia lebih milih buka usaha sendiri dari pada jadi orang kantoran.

Hari ini hari minggu gue ada janji ketemuan sama Dimas, kalau dihitung-hitung frekuensi gue ketemuan sama Dimas hampir tiap hari. Tapi kita jarang banget ke mal, karena yang dilihat itu-itu aja. Waktu gue sampe dirumah Dimas, gue lihat Dimas lagi main basket dihalaman rumahnya yang lumayan luas. Gue duduk diteras sambil lihat Dimas main basket dan Dimas belum sadar kalau gue udah dirumahnya. Permainan basketnya jadi berhenti pas bola basket itu jatuh ke arah gue.

"Sejak kapan kamu disini? Udah lama?" Tanya Dimas pas dia mau ambil bola basketnya.

"Baru aja sampe."

"Masuk yuk." Dimas narik tangan gue sampai gue bangkit dari duduk gue, kami masuk ke dalam rumahnya yang cukup besar dengan kolam renang dibelakang rumahnya dan satu kucing Persia.

 Gue lihat Dimas jalan ke arah dapur dan biarin gue duduk sendiri diruang keluarga sambil nonton TV. Mata gue sesekali ngelirik lihat isi rumahnya ditiap sudut yang belum ada perubahan apa-apa, masih ada koleksi guci nyokapnya dan foto-foto keluarga didinding rumahnya. Rumah yang cukup besar itu terasa sepi cuma ada Dimas dan nyokapnya, sedangkan adiknya tinggal di Jogja sama Bokapnya yang udah cerai sama nyokapnya sejak tujuh tahun lalu.

Dimas balik lagi temui gue yang masih duduk diruang keluarga, ditangannya gue lihat Dimas bawa segelas minuman buat gue. Gue juga lihat Dimas belum ganti baju dan masih pake baju yang dipakainya waktu dia main basket tadi. Dimas duduk disamping gue, dari dekat gue bisa lihat badan dan bajunya basah karena keringat.

Waktu udah nunjukkin jam dua belas siang, itu artinya udah waktunya makan siang. Gue berniat ngajak Dimas buat makan siang diluar, tapi nyokapnya udah keburu selesai masak. Itu jelas terlihat dari ruang keluarga yang bersebelahan dengan dapur dan ruang makan waktu nyokapnya hidang makanan di meja makan.

"Nadya, ayo kita makan." Nyokap Dimas manggil gue buat makan siang bareng, dengan langkah kaki yang berat gue jalan ke ruang makan.

Bukannya apa-apa sih, soalnya tiap kali gue datang ke rumah Dimas, nggak cuma sambutan hangat yang gue dapat tapi nyokapnya sering banget masak makanan kesukaan gue. Pas kaki gue udah masuk ke ruang makan, Dimas udah lebih dulu duduk diruang makan sama nyokapnya. Gue duduk disebelah Dimas, untuk kesekian kalinya gue ngerasain makan nyokap Dimas yang enak banget.

Habis makan siang gue sama Dimas balik lagi ke ruang keluarga, kami nonton TV dan cerita banyak hal. Nggak terasa udah jam lima sore gue harus pulang, Dimas bersiap keluarin mobil yang terparkir manis di garasi. Sebuah mobil sedan merah berhenti didepan rumah Dimas, seorang cowok dengan tinggi 185 cm badannya sedikit bungkuk turun dari mobil sambil membuka kacamata hitamnya dan berjalan ke arah gue.

"Dimas ada?" Tanya cowok itu sama gue tanpa ada basa-basi, gue suka dengar suaranya yang sexy dan serak-serak basah.

Gue nunjuk ke garasi, kasih isyarat kalau Dimas lagi digarasi. Cowok itu melangkah mantap ke garasi, gue ikuti dia dari belakang sampai dia ketemu sama Dimas digarasi pas Dimas hampir masuk ke dalam mobil.

"Mas, mau ke mana lo?" Tanya cowok itu dari belakang Dimas.

"Kapan lo datang? Tiba-tiba udah nongol disini aja."

"Barusan aja, mau ke mana?"

"Mau ngantarin cewek gue pulang, kenalin ini Nadya cewek gue. Sayang, ini Denis teman aku yang sering aku ceritain sama kamu."

"Denis." Ucapnya lebih dulu dengan mengulurkan tangannya dan ngenalin dirinya sama gue.

"Nadya." Ucap gue dan menerima uluran tangannya. Harus gue akui pas gue salaman sama Denis, gue ngerasain tangannya yang lembut dan sedikit basah karena keringat.

Terus terang selama ini gue cukup penasaran banget dengan yang namanya Denis, dan sekarang rasa penasaran itu udah hilang karena Denis udah berdiri di hadapan gue. Hampir setiap hari gue siapin kuping buat dengarin cerita Dimas tentang Denis.  Gue harus mengangkat sedikit kepala gue untuk bisa lihat muka Denis yang mirip banget kayak orang Cina, kulitnya yang putih, dan rambutnya yang spikey.

Ini adalah pertemuan pertama gue dengan Denis, ternyata orangnya jauh lebih ganteng dari apa yang gue bayangin selama ini. Dimas dan Denis teman satu kampus, satu kelas, satu jurusan di Ilmu Komputer. Awalnya mereka nggak sedekat sekarang, mereka jadi dekat sejak Denis sering pinjam buku sama Dimas buat selesaiin skripsinya yang diperlambat sama Dosen pembimbingnya.

"Mas, kita jalan yuk." Ujar Denis sambil menarik tangannya dari tangan gue yang masih bersalaman.

"Gue antar cewek gue pulang dulu ya baru kita jalan."

"Ya udah kalau gitu naik mobil gue aja, biar sekalian kita antar pulang."

"Sayang, kamu nggak apa-apa kan kalau di antar pake mobil Denis? Soalnya habis ngantar kamu, aku mau jalan sama Denis jadi sekalian aja naik mobil dia nggak apa-apa kan?"

"Nggak apa-apa kok."

Gue sama Dimas naik mobil Denis, Dimas duduk didepan sedangkan gue duduk dibelakang.  Selama dalam perjalanan, gue memilih diam dan dengarin cerita mereka yang sama-sama punya hobi otomotif. Tepat didepan rumah gue mobil Denis berhenti, gue turun dari mobil Denis.

"Makasih ya Den, udah antar aku pulang."

"Sama-sama."

Gue masuk ke dalam rumah yang terasa sepi, nggak ada siapa-siapa. Bokap nyokap gue belum pulang jalan-jalan sama adik kembar gue Clara dan Clarisa. Gue jalan ke dapur karena perut gue udah mulai keroncongan, dimeja makan gue lihat cuma ada makanan seadanya karena kalau udah hari minggu nyokap gue suka malas masak dan kami sering makan diluar.

Gue duduk nonton TV sendiri diruang keluarga sambil tiduran disofa sampai gue nggak tahu kapan dan jam berapa bokap nyokap gue juga sikembar udah dirumah. Gue lihat ke kamar bokap nyokap gue udah tertidur pulas, gitu juga dengan sikembar. Gue masuk ke kamar dan lihat handphone ada satu sms dan empat kali panggilan tak terjawab, itu semua adalah Dimas. Gue nggak balas karena gue yakin jam dua pagi kayak gini pasti Dimas udah tidur.

Cinta Dalam HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang