Pagi yang cerah saat gue baru aja bangun tidur, dari dalam kamar gue nggak lagi dengar suara ayam berkokok tapi suara nyokap yang nyaring manggilin Clara dan Clarisa. Gue buka jendela kamar tanpa permisi sinar matahari langsung masuk ke kamar gue, mata gue dengan cepat melihat jam yang ada disamping tempat tidur gue. Menurut gue wajar aja sih kalau hari gini suara nyokap udah nyaring banget dikuping gue manggilin sikembar, karena sekarang udah hampir jam tujuh. Kaki kanan gue lebih dulu melewati pintu kamar, diruang makan gue lihat semua lagi pada sarapan pagi termasuk si kembar yang terlihat terburu-buru ngabisin sarapannya. Pagi ini gue udah keluarin senyuman pertama gue lihat tingkah lucu si kembar.
Clara dan Clarisa beradu cepat untuk masuk ke dalam mobil dan duduk didepan, sedangkan bokap dan nyokap gue bawa mobil masing-masing. Rumah kembali terasa sepi pas semua sudah berangkat melakukan aktivitas masing-masing. Gue balik lagi ke kamar dan gue dengar handphone berdering dilayar ada nama Dimas kembali hubungi gue setelah tadi malam dia hubungi gue tapi nggak ada jawaban sama sekali.
"Halo." Ucap gue saat menjawab telepon dari Dimas.
"Hai sayang, selamat pagi. Kamu udah bangun?"
"Pagi, aku udah bangun dari tadi kok."
"Hari ini kamu bisa temani aku ke toko buku nggak?"
"Ngapain?"
"Ya beli buku dong, masa' mejeng?!"
Toko buku? Beli buku? Sejak kapan Dimas suka ke toko buku? Bukannya dia nggak suka baca? Apa gue salah dengar? Gue aja malas banget ke toko kalau nggak kepepet banget, apalagi disuruh baca terus ditambah lagi yang gue lihat tulisan semua yang bisa bikin gue mau muntah. Kalau gue tolak pasti Dimas ngambek kayak anak kecil tapi kalau gue temani dia harus berapa lama gue ada di toko buku buat temani Dimas?
"Jam berapa?"
"Nanti sore jam tiga aku jemput kamu." Dimas langsung matiin telepon, sebelum gue ngomong apa-apa.
Sambil nunggu jam tiga sore, gue ngelakuin hal-hal yang gue suka. Mulai dari nonton TV sambil tiduran sampe berenang dan tepat jam tiga sore sebuah mobil sedan merah berhenti didepan rumah gue. Kayaknya mobil ini pernah gue lihat, tapi dimana ya? Sejenak gue memutar otak cuma untuk mengingat dimana gue pernah lihat mobil ini, akhirnya gue ingat kalau gue pernah lihat mobil ini waktu gue main ke rumah Dimas. Mobil ini juga yang antarin gue pulang kerumah, ternyata itu mobil Denis. Terbukti waktu kaca mobil diturunin gue lihat didalam mobil itu ada Dimas sama Denis.
"Udah siap?" Tanya Dimas dari dalam mobil. Gue nggak jawab cuma ngangguk pelan. "Yuk kita jalan sekarang."
Gue naik ke mobil Denis, dimobil itu gue satu-satunya cewek. Perasaan tadi pas Dimas telepon gue, dia bilang minta ditemani ke toko buku. Tapi kenapa Denis juga ikut? Apa gue salah dengar ya?
"Sayang tadi pas habis telepon kamu, Denis telepon aku ngajak ke toko buku. Ya udah sekalian aja sama aku, makanya sekarang aku sama dia. Katanya sih dia mau cari kamus bahasa Spanyol."
Gue baru aja mau tanya sama Dimas kenapa Denis bisa bareng sama Dimas. Dimas seolah bisa tahu isi pikiran gue, dia tahu aja apa yang mau gue tanyain tapi udah dijelasin duluan sama dia. Kami sampai ditoko buku, Denis berjalan cepat dan langsung cari kamus bahasa Spanyol karena sudah dua bulan belakangan ini Denis les bahasa Spanyol. Dimas hanya melihat-lihat majalah otomotif dan gue lihat-lihat buku yang suka bikin gue hampir muntah.
Kami keluar dari toko buku Denis berhasil mendapatkan kamus bahasa Spanyol yang dicarinya, gue sama Dimas nggak beli buku apa-apa. Kalau diingat-ingat tadi Dimas ngajak gue ke toko buku karena ada buku yang mau dia beli, tapi kenapa pas udah sampai ditoko buku Dimas nggak beli buku sama sekali?
"Mas, tadi kamu telepon aku katanya mau beli buku kok kita udah sampai ditoko buku kamu nggak jadi beli buku?" Akhirnya gue tanya juga sama Dimas semua yang jadi tanda tanya diotak gue.
"Tadinya sih gitu tapi bukunya lagi kosong."
"Memangnya kamu mau beli buku apa?"
"Buku otomotif. Den, kita makan yuk perut gue udah keroncongan nih belum makan siang."
Denis diam aja, dia langsung membelokkan mobilnya ke sebuah restauran yang kata kebanyakan orang restauran paling enak. Gue masuk ke restauran itu sambil melihat kiri kanan, lumayan rame juga orang yang makan disini. Gue sama Dimas duduk dihadapan Denis, seorang pelayan datang ke meja kami dan kami memesan makanan. Waktu pesanan kami datang, gue udah nggak sabar dan penasaran banget sama rasanya. Gue langsung melahap makanan yang udah gue pesan dan rasanya kurang menggoyang lidah gue. Heran banget gue sama orang-orang, kenapa restauran kayak gini di bilang restauran paling enak? Enaknya di mana gue juga nggak tahu. Kami keluar dari restauran itu dan gue langsung diantar pulang kerumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dalam Hati
Teen FictionGue dikenalin Dimas sama Denis sahabatnya sejak kuliah. Waktu Dimas ke Semarang, hampir tiap hari gue jalan sama Denis tanpa sepengetahuan Dimas hingga akhirnya gue jatuh cinta sama sahabat cowok gue sendiri.