Hari demi hari gue makin dekat dengan Denis sampai gue hampir lupa dengan status gue yang masih pacar Dimas. Suatu hari gue jalan sama Denis sampai nggak terasa waktu udah nunjukkin jam empat sore, Denis antar gue pulang ke rumah.
"Turun dulu yuk, Den."
"Lain kali deh Nad."
"Kenapa sih kamu nggak pernah mau mampir ke rumah biarpun cuma sebentar?"
"Aku bukannya gak mau tapi aku benar-benar harus pulang mau antar Mama ke rumah temannya."
"Ya udah deh kalau gitu hati-hati ya." Waktu gue masuk ke dalam rumah, gue dapat kejutan yang luar biasa ternyata Dimas udah di Jakarta. Kok Dimas nggak bilang sama gue kalau dia mau pulang hari ini? Bukannya kemarin dia bilang pulangnya minggu depan? Untung Denis nggak jadi mampir, nggak kebayang kalau tadi Denis jadi mampir terus dia ketemu sama Dimas. Dimas lihat nggak ya gue pulang ke rumah diantar sama Denis? Tapi gue yakin banget kalau Dimas nggak tahu kalau gue baru aja jalan sama sahabatnya.
"Kamu dari mana?"
"Kamu sudah lama sampai?"
"Pertanyaan aku kok nggak dijawab malah balik tanya? Jawab pertanyaan aku, kamu habis dari mana?"
"Dari mal."
"Sama siapa?"
"Sendiri. Kamu sendiri kapan datang?"
"Aku baru aja sampai, habis dari bandara aku belum ada pulang ke rumah tapi langsung ke sini."
"Nadya, Dimas datang ke sini untuk melamar kamu sayang." Kata nyokap.
Kejutan apalagi ini? Belum juga rasa kaget gue hilang karena Dimas yang tiba-tiba sudah datang, sekarang gue harus terima kejutan kalau Dimas mau ngelamar gue.
"Kamu kok nggak bilang sama aku kalau kamu pulang hari ini? Kamu juga nggak bilang kalau kamu mau lamar aku."
"Iya, aku sengaja mau bikin kejutan sama kamu."
Kejutan? Dia datang tiba-tiba aja udah bikin jantung gue mau copot ditambah lagi dia mau ngelamar gue, habis ini kejutan apalagi yang harus gue terima dari Dimas? Gue sama Dimas memang udah lama pacaran, tapi kenapa pas Dimas datang ngelamar gue nggak ngerasain senang sama sekali ya? Harusnya kan gue senang Dimas akhirnya ngelamar gue setelah sekian lama kami pacaran.
Denis sudah sampai rumah belum ya, kok dia nggak sms gue kalau dia sudah dirumah? Kemarin-kemarin habis antar gue pulang, dia sms kalau sudah dirumah. Kenapa sekarang Denis nggak ada sms ya? Minimal bilang kek dia sekarang lagi dimana, lagi ngapain. Apa dia lagi sibuk ya? Atau jangan-jangan Denis tahu kalau Dimas udah di Jakarta. Kok gue jadi mikirin Denis terus sih? Masa' iya gue suka sama Denis, gue kan sudah mau dilamar sama Dimas.
"Kasih aku waktu ya buat jawab semuanya."
"Tapi jangan lama-lama ya." Kata Dimas sambil cium kening gue. Anehnya pas Dimas cium kening gue, gue malah ngebayangin kalau yang cium sambil pegang tangan gue itu Denis.
"Kamu sudah makan belum?" Tanya Dimas yang merasa perutnya sudah mulai keroncongan.
"Belum." Jawab gue pelan. Belum dua kali maksudnya, gue kan baru aja makan sama Denis kenyangnya aja masih terasa sampai sekarang. Kalau kayak gini terus badan gue bisa gendut ni.
"Kita makan yuk, aku sudah lapar banget ni dari tadi belum makan." Dimas tarik tangan gue sampai gue beranjak dari duduk ngikutin langkah Dimas yang sama sekali gue nggak tahu dia mau ngajak gue makan dimana?!
"Kita nggak naik mobil?" Tanya gue pas sebuah taksi berhenti didepan kami.
"Kamu lupa ya? Aku kan tadi bilang dari bandara aku langsung ke rumah kamu. Koper aku aja masih ada dirumah kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dalam Hati
Novela JuvenilGue dikenalin Dimas sama Denis sahabatnya sejak kuliah. Waktu Dimas ke Semarang, hampir tiap hari gue jalan sama Denis tanpa sepengetahuan Dimas hingga akhirnya gue jatuh cinta sama sahabat cowok gue sendiri.