Cinta Dalam Hati #Ending

875 10 0
                                    

Gue terbangun tepat dijam enam pagi, suara nyokap manggilin si kembar mulai gue dengar lagi. Sinar matahari yang cerah berhasil menerobos masuk ke kamar gue, handphone gue berdering pas gue baru aja mau telepon Dimas.

"Halo."

"Halo sayang, kamu udah bangun?"

"Udah, kamu udah sarapan?"

"Udah ni baru aja selesai, sayang bentar lagi aku jemput ya."

"Memangnya kita mau ke mana?"

"Kamu lupa ya undangan kita kan udah selesai hari ini, jadi udah bisa kita ambil."

Mata gue terbuka lebar pas lihat kalender, nggak terasa udah satu minggu itu artinya undangan pernikahan gue sama Dimas udah bisa diambil hari ini.

"Kalau gitu aku siap-siap dulu ya."

Dimas sampai dirumah pas gue baru aja mau buka pintu dan duduk diteras buat nungguin dia.

"Kamu udah siap?"

"Seperti yang kamu lihat."

"Ayo kita pergi sekarang."

Gue sama Dimas pergi ke tempat gue cetak undangan, gue lihat undangan kami sudah selesai dicetak dan kami langsung pulang ke rumah gue. Sampai dirumah gue duduk diruang keluarga sambil lihat undangan yang baru aja diambil. Sebuah undangan berwarna biru muda dengan desain yang gue buat sendiri. Kenapa gue makin lama gue makin nggak senang ya? Gue benar-benar nggak ngerasain senang sama sekali, padahal gue udah tunangan sama Dimas dan sebentar lagi gue mau nikah sama dia. Kira-kira sekarang Denis lagi ngapain ya? Aduh, kok gue jadi mikirin Denis lagi sih?

"Sayang, mendadak besok aku harus balik lagi ke Semarang karena ada yang harus diselesaiin. Aku pergi nggak lama kok cuma dua hari aja, aku minta maaf banget ya nggak bisa bantuin kamu sebar undangan."

"Nggak apa-apa kok, kan bisa pakai kurir buat sebar undangan. Ngapain capek-capek?"

"Sebagian undangannya aku bawa ya, sekalian aku minta tolong sama kamu kasih undangan ini sama Denis."

Apa? Gue harus kasih undangan ini sama Denis? Nggak salah ni? Perasaan gue makin nggak karuan aja.

"Iya deh, nanti aku kasih undangannya sama Denis."

"Besok kamu ikut antar aku ke bandara kan?"

Gue diam dan mengangguk pelan. "Aku pulang dulu ya sayang."

Pagi-pagi banget gue udah siap-siap buat ngantar Dimas ke bandara, sebenarnya gue nggak mau ikut tapi Dimas maksa gue buat ikut. Kali ini Dimas diantar Pak Tomi, tapi Mamanya nggak bisa ikut ngantar.

"Mama kamu nggak ikut Mas?"

"Mama ada rapat jadi nggak bisa ikut ngantar. Sayang, kamu langsung pulang aja ya nggak usah tungguin aku."

"Ya udah deh kalau gitu aku pulang dulu, nanti kalau udah sampai telepon aku ya."

"Kamu juga kalau udah sampai di Semarang telepon aku."

Gue pulang ke rumah diantar sama Pak Tomi, rasanya gue udah nggak sabar pengen cepat-cepat ketemu sama Denis. Sampai dirumah gue langsung hubungi Denis.

"Halo." Ucap Denis pas jawab telepon dari gue.

"Den, ini aku Nadya. Kamu lagi dimana?"

"Dirumah."

"Bisa ketemuan nggak? Aku ada perlu ni sama kamu."

"Mau aku jemput jam berapa?"

"Kalau sekarang bisa nggak?"

"Ok, aku jemput kamu sekarang ya."

Gue ambil satu undangan yang udah disiapin Dimas buat Denis dan gue masukkin ke tas. Butuh waktu lima belas menit buat nungguin Denis sampai dirumah untuk jemput gue.

"Ayo kita jalan sekarang." Kata Denis dari dalam mobil.

Gue naik ke mobil Denis, gila ini cowok makin lama makin ganteng aja. Sejenak suasana diantara kami terasa hening nyaris nggak ada yang dibicarain sama sekali.

"Den, kita mau ke mana?"

"Harusnya aku yang tanya sama kamu, kita mau ke mana?"

"Sebenarnya aku nggak mau ke mana-mana Den, aku cuma mau kasih ini sama kamu."

"Apa ini?" Tanya Denis pas dia udah terima undangan dari gue dan menghentikan mobilnya dipinggir jalan.

"Itu undangan pernikahan aku sama Dimas."

"Oh, jadi kalian udah mau nikah? Selamat ya."

"Makasih ya Den, kamu datang ya jangan sampai nggak datang."

"Pasti aku datang. Apa sih yang nggak untuk kamu?"

"Denis, dalam undangan ini ada nama aku dan nama Dimas. Undangan ini bilang kalau aku sama Dimas bakal nikah dan kamu sudah tahu itu. Satu hal yang perlu kamu tahu melalui undangan ini juga aku mau bilang kalau aku cinta sama kamu, biarpun kamu nggak bisa aku miliki tapi aku tetap cinta sama kamu walau hanya didalam hati."


THE END

Cinta Dalam HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang