Pagi yang cerah gue sambut dengan senyuman termanis, gue lihat kalender tinggal beberapa hari lagi Dimas pulang ke Jakarta. Handphone gue berdering pas gue mau keluar kamar, gue lihat dilayar handphone ada nama Dimas .
"Halo." Ucap gue dengan suara agak serak.
"Pagi sayang."
"Pagi."
"Kamu kenapa? Sakit ya?" Tanya Dimas yang dengar suara gue serak dan berat.
"Nggak, aku nggak apa-apa."
"Terus kenapa suara kamu serak gitu?"
"Aku baru bangun tidur. Gimana kabar kamu?"
"Aku baik-baik aja. Kamu sendiri gimana?"
"Aku juga baik-baik aja. Sayang, satu minggu lagi aku pulang ke Jakarta. Aku sudah nggak sabar mau ketemu kamu, aku kangen banget sama kamu. Udah dulu ya aku cuma mau bilang itu aja sama kamu. Dah sayang..." Dimas telepon dari Semarang cuma mau bilangin itu doang? Kenapa nggak sms aja? ngabis-ngabisin pulsa banget sih, satu minggu lagi Dimas balik ke Jakarta tapi gue ngerasa kok biasa-biasa aja ya? Gue nggak ngerasain kangen kayak Dimas apalagi senang karena Dimas mau pulang, semuanya gue rasain biasa-biasa aja.
Gue keluar kamar lihat nyokap yang baru aja pergi kerja bareng bokap, dan si kembar yang baru aja mau pergi ke sekolah. Gue ambil handphone dikamar berniat mau telepon Denis, belum sempat gue telepon Denis handphone gue udah bunyi duluan.
"Halo." Ucap gue saat telepon dari Denis.
"Pagi Nad. Lagi ngapain?"
"Pagi, lagi nikmati udara pagi. Ada apa ni pagi-pagi udah telepon?"
"Nggak apa-apa pengen dengar suara kamu aja gimana suara kamu kalau baru bangun tidur." Katanya sambil ketawa. "Nad, kamu hari ini sibuk nggak?"
"Nggak, kenapa?"
"Kita jalan yuk."
Kebetulan banget Denis ngajak gue jalan pas gue lagi ada dititik jenuh. "Ayo."
"Bentar lagi aku jemput ya."
Gue duduk diteras tungguin Denis datang, tumben banget Denis lama datang biasanya nggak pernah selama ini. Mungkin dia lagi kena macet, suara klakson mobil gue dengar pas gue baru aja mau beranjak dari duduk gue. Gue lihat Denis udah datang, gue jalan ke arah mobil Denis, pas gue udah didalam mobil Denis senyum-senyum lihat gue.
"Kenapa senyum-senyum? Dandanan aku ada yang salah? Aneh? Atau jelek? Aku ganti ya."
"Nggak, Justru kamu cantik banget. Dimas beruntung banget ya punya cewek cantik kayak kamu."
Sebenarnya gue mau tanya sama Denis kenapa dia datangnya lama banget, tapi gue nggak punya keberanian buat tanya itu sama Denis. Kami sampai di mal, bukan Denis namanya kalau nggak bisa nahan rasa lapar. Untuk kesekian kalinya gue masuk ke kafe yang baru, ini kafe apa lagi ya? Tanpa ada basa-basi Denis langsung pesan makanan sama pelayan yang uda ngikutin kami dari kami masuk ke kafe itu. Gue lihat ke sekeliling kafe itu lumayan ramai, suapan pertama masuk ke mulut gue. Rasanya biasa-biasa aja, dalam sekejap Denis udah ngabisin makanannya dan dia nungguin gue yang masih ngabisin makanan.
Kami keluar dari kafe terus kami muter-muter nggak jelas kayak yang pernah kami lakuin sebelumnya. Gue ngerasa Denis pegang tangan gue dan gue lihat memang bener, Denis pegang tangan gue. Masih gue rasain tangannya yang lembut, agak basah, dia bawa gue keluar dari mal mungkin Denis ke sini cuma numpang makan aja kali ya. Kenapa nggak makan diluar, dipinggir jalan kan banyak makanan murah yang nggak kalah enak dengan makanan resto. Gue diam, ikuti langkah Denis yangberjalan cepat ke basement.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dalam Hati
Teen FictionGue dikenalin Dimas sama Denis sahabatnya sejak kuliah. Waktu Dimas ke Semarang, hampir tiap hari gue jalan sama Denis tanpa sepengetahuan Dimas hingga akhirnya gue jatuh cinta sama sahabat cowok gue sendiri.