7

4.3K 533 10
                                    

Siyeon menghampiri Jeno yang sedang duduk di kantin ketika pagi hari.

"Apakah kau sudah membuat suratnya?" Tanya Siyeon.

Jeno mengangguk. "Tentu saja sudah"

"Bagus. Ini surat untuk Mark sunbae, sunbae letakkan di lokernya" kata Siyeon sambil memberikan Jeno gulungan kertas.

"Ini untuk Somi" kata Jeno sambil memberikan sebuah gulungan kertas.

"Tunggu. Bagaimana caranya kita memasukkan kertas ini ke loker mereka? Kita kan tak punga kuncinya?" Tanya Jeno.

"Ah kau benar juga" Jawab Siyeon. "Ah begini saja. Sunbae meminjam kunci loker Mark sunbae. Bilang saja menitip buku atau apalah itu" balas Siyeon.

Jeno mengangguk senang. "Aku senag punya rekan kerja sepertimu"

Mereka pun bertos ria.

-

Mark berjalan menuju pintu depan sekolahnya. Dan tiba-tiba ia bertemu dengan Mina.

"Hmm berjalan bersama?" Tanya Mina.

Mark mengangguk setuju. Merekapun berjalan menuju kelas mereka bersama.

"Hmm selamat hari valentine" ucap Mina.

"Aku tak merayakannya. Aku tak percaya valentine" balas Mark.

"Oh aku kira kau percaya. Kalau begitu sama denganku" ucap Mina.

"Kita memiliki banyak kesamaan ya" kata Mark.

"Mungkin jodoh?"

Mark menoleh kepada Mina.

"Aniya. Aku bercanda. Itu masih jauh" kata Mina.

Mereka berjalan beriringan dan merekapun bertemu dengan Somi. Somi hanya memandang mereka tak percaya.

"Mark benar-benar menjauhiku. Apa aku menyerah saja ya?" Kata Somi sambil menunduk.

-

Somi membuka lokernya untuk memasukkan kembali buku-bukunya. Lalu ia melihat sebuah gulungan kertas.

"Huh? Apa ini?" Tanya Somi.

Somi membuka gulungan kertas itu.

Ada hal yang harus kubicarakan. Aku tunggu kau di stadion.

-Mark Lee

Jantung Somi berdebar cepat ketika membacanya. Ia pun mengembangkan senyum di wajahnya.

"Omo... aku akan menemuinya!" Ucap Somi riang.

Sementara itu, Mark juga membuka lokernya dan dikagetkan oleh banyak coklat.

"Hhhh aku benci coklat" ucapnya sambil membuang coklat itu ke tong sampah.

Lalu ia menemukan gulungan kertas. Ia pun membaca golongan kertas tersebut.

Sunbaeee ayo bertemu di stadion!

-Jeon Somi

Mark tersenyum membacanya. "Aku harus meminta maaf padanya"

Mark berjalan menuju stadion dan duduk di salah satu kursi yang kosong. Ia menanti Somi.

Tak lama kemudian, Somi muncul dan menghampiri Mark yang sedang duduk.

"Hmm sunbae mau membicarakan apa?" Tanya Somi.

Mark mengerutkan keningnya. "Bukankah kau yang mengajakku kemari?"

Somi memandang Mark heran. Ia mengeluarkan kertas dari saku bajunya. "Ini darimu kan?"

Mark membacanya. "Aniya"

Mark mengeluarkan kertas dari sakunya. "Ini darimu kan?"

Somi menggeleng. "Aku tak menulis itu?"

Mark mendengus. "Haish... jadi siapa yang membuat permainan bodoh ini"

"Apakah kau menemukannya di loker?" Tanya Somi.

Mark mengangguk.

"Sama denganku"

Mark langsung menghentakkan kakinya. "Ah! Aku tahu pelakunya!"

"Aku juga tahu" kata Somi.

"Lee Jeno" ucap Mark.

"Park Siyeon" ucap Somi.

Mark mendengus kesal. "Bodohnya aku percaya pada permainan bodoh ini"

"Hmm Somi-ya" panggil Mark.

"Ne?" Jawab Somi sambil duduk di kursi penonton di sebelah Mark.

"Aku minta maaf karena aku membentakmu kemarin. Aku sedang di mood kurang baik" lanjut Mark.

"Gwencana. Aku memahami itu" kata Somi.

Mark tersenyum. Begitu pula Somi.

"Omong-omong bukankah besok pertandinganmu? Apakah tangan sunbae sudah sembuh?" Tanya Somi yang melihat tangan Mark tak di gips lagi.

"Sudah. Kata dokternya ini bisalah untuk bertanding. Tapi aku tetap harus check up lagi setiap minggu" Jawab Mark.

"Ah syukurlah" kata Somi yang merasa lega.

"Kajja" ajak Mark sambil berdiri.

Somi menatap Mark heran. "Kemana?"

"Pulang bersama" jawab Mark.

Somi mematung. Ternganga. Kaget. Mark membunyikan jarinya untuk menyadarkan Somi. Namun Somi tak sadar juga.

Mark langsung menarik tangan kiri Somi dan mereka berjalan bersama. Sungguh Somi tak dapat menyembunyikan kesenangannya.

Mereka berjalan beriringan. Somi berjalan sambil memperhatikan jalan sekitar. Sedangkan Mark hanya menunduk sambil menyimpan kedua telapak tangannya di balik saku celana.

"Apa yang kau pikirkan?" Tanya Mark.

"18 hari lagi. Waktuku untuk mengejar cintamu" Jawab Somi.

Mark terdiam. Semuanya berjalan secara tidak terasa. Mark saja masih bingung dengan perasaannya terhadap Somi.

"Ini hari ke 12 aku mengejar cinta mu dan hanya satu perkembangan. Yaitu bisa berbicara dekat denganmu. Selebihnya tidak. Ntahlah apa aku harus menyerah, atau aku tetap berjuang" lanjut Somi.

Oh tidak. Kalau Somi menyerah, tandanya ia tak akan dekat lagi dengan Somi. Itu pertanda buruk bagi Mark.

"Semua akan baik-baik saja" kata Mark. "Kau tak mungkin menyerah segampang itu. Kau harus berusaha lagi" kata Mark.

Somi hanya menghela nafasnya lalu tersenyum. Tak lama kemudian mereka sampai di rumah Somi.

"Sampai jumpa besok ajhumma!" Kata Mark sambil melambaikan tangannya.

"Baiklah ajhussi! Besok aku akan mendukungmu!" Kata Somi sambil membuka pintu pagarnya.

"Kirim salam untuk pacar masa depanku! Evelyn!" Ucap Mark.

"Pedofil!" Balas Somi sambil berjalan masuk ke rumahnya.

Setelah Somi masuk, Mark tersenyum.
"Ntah sampai kapan aku harus mengakhiri permainan ini. Aku terlalu gengsi" gumam Mark dalam hati.

30 days of love →marklee&somi←Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang