Ujian sudah dimulai. Semuanya terasa berat namun mudah disaat yang bersamaan. Justin merasa lega karena selama ujian tak ada Charisa. Gadis itu benar-benar memberikannya waktu panjang untuk belajar.
Begitu pula dengan hari ini. Hari terakhir Justin ujian. Walaupun merasa sedikit merindukan gadis itu tapi Justin tetaplah Justin. Dia sangat gengsi itu mengatakan hal sejujurnya. Apalagi dengan Charisa, bisa-bisa gadis itu tak mau lepas darinya. Justin bergidik membayangkan itu dan kembali fokus pada soal di depannya.
Orang pintar-pun tetap merasa tegang dan gugup saat ujian. Sebenarnya Justin merasa tidak pintar dia hanya merasa sangat rajin untuk hal-hal pelajaran yang begitu menarik perhatiannya itu.
Dua puluh menit kemudian, Justin selesai mengerjakan soal ujian tersebut setelah beberapa kali memeriksa Justin bangkit meninggalkan teman-temannya yang menatapnya penuh harap. Setelah mengumpulkan pada seorang guru, Justin keluar lengkap dengan tas ranselnya.
"Justin!" teriakkan melengking dari suara seorang gadis yang sangat Justin ingin jauhi untuk hari ini terdengar dari belakang. Justin berbalik dan menatap horror Charisa.
"Ah, akhirnya kau selesai ujian juga! Selamat Justin." Katanya heboh Justin langsung buru-buru menutup mulut Charisa dengan tangannya.
"Jangan ribut. Kau hanya mengangu peserta lain ujian saja!" ketus Justin sambil memelototi Charisa. Gadis itu terkekeh sambil mengaruk-garuk rambutnya.
Justin menarik tangan Charisa. Alhasil sepanjang koridor tangan Charisa di gengam oleh Justin, sepanjang koridor-pun Charisa tersenyum layaknya orang gila.
Mereka berhenti tepat di depan parkiran. Charisa langsung menunjukkan reaksi berlebihannya.
"Apa?" tanya Justin kesal.
"Kau akan mengantarku pulang kan?" Charisa bertanya balik dengan antusias. Justin mengeleng tak percaya sambil berjalan mendekati motornya. Tangan kanannya mengapai helm hitam yang biasa dikenakannya, sementara Charisa hanya memperhatikan Justin dari samping laki-laki itu.
"Bagaimana ada laki-laki tampan dan mengemaskan disaat yang bersamaan?" keluhnya gemas. Justin menatap Charisa dengan tatapan membunuh.
Setelah Justin menaiki motornya Charisa tanpa disuruh naik dibelakang motor Justin. Laki-laki itu menghela nafas, jika sudah seperti ini dia bisa apa?
Charisa selalu menang.
"Justin aku lapar." mulailah renggekan Charisa yang membuat Justin pusing. Sambil menjalankkan motornya dengan kecepatan standar Justin balas bertanya.
"Lalu?"
"Ayo kita makan. Ya, ya? Sekalian untuk merayakan ujianmu yang sudah selesai."
"Tidak."
"Justin."
"Tidak."
"Justin, ayolah. Ya, ya? Justin." baiklah, Charisa adalah perenggek terhandal. Justin memutar bola matanya.
"Terserah." Charisa langsung memeluk Justis erat, Justin tak mengubris itu. Dia hanya larut dalam rasa hangat yang Charisa berikan. Bibirnya melengkung membentuk senyuman tipis. Sangat tipis hingga Charisa tak melihatnya.
*******
Motor Justin menepi di sebuah kedai makanan yang cukup ramai. Justin belum pernah makan disini sebelumnya namun dia memiliki feeling bahwa tempat ini enak.
Mereka duduk di kursi paling ujung. Charisa yang memilih tempatnya. Setelah memesan mereka sama-sama diam. Tapi, Charisa memang tidak bisa diam. Dia mulai berbicara lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Childish Vs. Arrogant [END]
Romance"Aku menemukan sosok pria dingin yang aku idam-idamkan! bahkan hinaannya terdengar seperti pujian untukku, apakah aku gila mengatakan hal ini?" -Charisa "Gadis itu benar-benar gila. bagaimana mungkin dia berada di dekatku 24 jam menjagaku seperti se...