18. Treat you better

7.2K 305 4
                                    

Charisa berbalik, menatap Justin dengan tatapan yang sulit diartikan. Justin menahan nafas melihat tubuh Charisa berbalik dan berjalan lurus tanpa memandangnya.

Berbaliklah, kumohon.

Justin diam sambil memejamkan matanya menerima rasa sakit yang seakan menghinanya. Matanya terpejam erat dengan guratan rasa takut disana.

Aku tidak mungkin setegar dirimu, Charisa. Jadi kumohon, kali ini maafkan aku dan kembalilah padaku.

Suara hentakkan keras membuatnya buru-buru membuka mata, gegampan erat pada pingangnya semakin mengerat sampai matanya terbuka menatap Charisa yang memeluknya dengan tatapan berkaca-kaca.

"Aku juga mencintaimu, sangat mencintaimu." isaknya membuat Justin terkekeh. Tangan kanannya langsung mengusap lembut rambut gadis itu.

"Kenapa menangis? Wajahmu semakin besar kalau kau menangis." keluh Justin berpura-pura tidak suka. Charisa langsung memberenggut sambil melepaskan pelukannya pada Justin.

"Apa kau marah?"

"Tidak. Kalau aku marah sekali lagi padamu akan kupastikan kau tidak akan pernah bisa menemuiku lagi." ancam Charisa membuat Justin bergidik.

"Ah, baiklah. Aku tak akan membuatmu marah tapi mungkin... Sedikit, kesal." kata Justin disertai dengan suaranya yang mencicit kecil.

Charisa menahan tawa melihat tingkah Justin yang seperti itu.

"Apa kau sedang mencoba menahan tawamu?"

"Apa aku terlihat seperti menahan tawa?" Justin menganguk cepat. Charisa langsung tertawa kecil.

"Kau terlihat lugu saat menurut denganku. Apakah kau akan begini setiap saat bersamaku? Atau sikap jelekmu itu bisa kembali lagi?" kali ini Justin yang tertawa.

"Aku akan terus bersikap seperti ini selamanya. Bahkan, sampai anak-anak kita mempunyai cucu." Wajah Charisa langsung memerah mendengar penuturan Justin. Dengan pelan Charisa memukul lengan Justin untuk mengalihkan rasa malunya.

"Kita bahkan belum berpacaran bagaimana bisa kau membicarakan seorang anak." ujar Charisa dengan bibir dilipat keluar, seperti merajuk.

"Apa kau tak lihat? Dijidatmu tertulis dengan besar "milik Justin." kau sudah menjadi milikku semenjak pertama kali kau menyukaiku."

"Tak butuh status "pacaran" untuk menjadikanmu milikku, karena jika berpacaran bisa saja kita putus dan aku tidak berniat untuk putus darimu. Aku ingin menghabiskan seluruh hidupku denganmu." Ungkap Justin tulus. Charisa tak bisa menahan rona merah pada wajahnya, debaran jantungnya semakin membuatnya sadar betapa besarnya cinta yang ia milikki untuk seorang Justin.

"Justin.. Apa kau sadar? Kau baru saja melamarku, kau tidak boleh menarik kembali kata-katamu itu. Aku tidak akan pernah mengizinkanmu!" Justin tertawa lebar mendengar penuturan Charisa yang seakan takut bahwa dirinya tengah membohongi Charisa.

"Tenanglah Charisa. Sebelumnya, aku tak pernah seyakin ini." mendengar penuturan Justin Charisa baru dapat bernafas lega dengan senyum bahagia yang menular ke Justin.

"Aku bahagia." gumam Charisa membuat Justin berdebar.

"Aku lebih bahagia karena kebahagianmu berasal dariku."

"Terimakasih Justin." Charisa menatap Justin dalam, membuat Justin salah tingkah. Ah, apakah sebesar ini perasaannya pada Charisa ?

"Untuk apa?"

"Karena membalas perasanku." Justin menyentuh pipi Charisa lantas mengelus pelipis Charisa yang sedikit berkeringat dan tersenyum lebar.

"Harusnya aku yang berterimakasih padamu. Terimakasih sudah mau menungguku. Mungkin, kalau kau sudah menyerah jauh-jauh hari, hari ini aku akan menyesal karena baru menyadari perasaanku padamu. Thank you, baby." Wajah Justin mendekat membuat Charisa mengernyit.

Apalah dia akan menciumku ?
Ah, benarkah ?
Apa ini akan menjadi ciuman kedua kamiLebih baik aku menutup mata saja agar terasa lebih romantis.

Charisa membatin sambil secara perlahan menutup matanya. Sementara Justin menahan tawanya melihat ekspresi Charisa yang hendak menunggu di cium itu.

"Umm, Charisa?" panggil Justin di depan wajah Charisa. Tanpa membuka mata Charisa membalas dengan gumaman.

"Sepertinya kita melupakan sesuatu."

Justin mengambil jeda, melihat Charisa yang masih saja memejamkan matanya.

"Kamar mandi laki-laki di sebelah kiri gedung belum kita bersihkan." bisiknya yang langsung membuat Charisa membuka matanya dengan tatapan terkejut sedangkan Justin tertawa terpingkal-pingkal sambil berlari menghindari Charisa yang terlihat hendak meledak.

"Akan kubunuh kau Justin!" teriak Charisa merutuk Justin berbalik dengan sisa tawanya.

"Maafkan aku, sayang. Aku akan memberikanmu ciuman saat kita sudah diluar seko-"

Charisa memotong ucapan Justin dengan melempar sepatu ketsnya kearah Justin tapi laki-laki itu dapat menghindar dengan cepat.

"Kau sungguh menyebalkan Justin!"

"Tapi kau tetap menyukaiku, kan?" Charisa kembali memerah. Di tatapanya Justin yang berjalan mendekat kearahnya sambil membawa sepatu ketsnya yang ia lempar tadi. Mata mereka bersitatap. Lama mereka saling pandang sampai Justin menunduk dan memakaikan Charisa sepatunya.

Justin berdiri dan menatap Charisa kembali. Justin seperti hendak mengatakan sesuatu, dan benar saja mantra itu kembali terucap dari bibir manisnya.

"I love you."

Bolehkah Charisa berteriak sekarang?

Childish Vs. Arrogant [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang