Anne Adriana melangkahkan kakinya melewati gerbang sekolah barunya, cukup besar. Pikirnya ketika matanya memperhatikan sekolahnya yang bertingkat itu. Dia tersenyum membayangkan betapa menyenangkannya teman barunya. Matanya menangkap sosok laki-laki yang tengah duduk di bawah pohon di depannya.
Laki-laki itu menunduk dengan buku pada pangkuannya. Saat buku tebal itu tertutup, wajahnya terangkat. Memperlihatkan wajahnya yang luar biasa tampan. Anne tersenyum, melangkah cepat menghampiri laki-laki itu.
"Permisi." Anne menyapanya pelan, mencoba untuk mengambil perhatian laki-laki itu. Laki-laki itu ternyata tak berbicara, hanya memandangnya dengan kerutan pada keningnya.
"Bisakah kau menunjukan ruangan kepala sekolah?" tanya Anne sopan, laki-laki itu diam. Memperhatikan Anne, namun tak berbicara. Beberapa detik kemudian, laki-laki itu menganguk. Anne tersenyum bersorak dalam hati.
Langkah pria itu begitu pelan, membuat Anne dapat menyeimbanginya. Dia sangat bahagia sampai rasanya tak sadar sudah berada di depan ruangan kepala sekolah.
"Terimakasih, em?"
"Justin Bieber." kata laki-laki itu kalem lantas melangkah pergi membuat Anne tak dapat menahan senyumnya.
******
Semua orang terlihat sibuk dengan urusannya masing-masing. Kebanyakan dari mereka berlari untuk segera mengisi perut. Sementatmra Justin masih diam, memandangi sisa-sisa salju yang tadi pagi turun. Matanya menatap lurus seorang gadis yang tengah berdiri di depan kerumunan banyak orang itu. Gadis itu terlihat risih, tiba-tiba dia terjatuh dengan tangan yang menyentuh kepalanya. Kerumunan itu semakin banyak, namun tidak satu-pun dari mereka membantu gadis itu.
Justin mengernyit sebal dengan rasa perdulinya yang entah sejak kapan muncul. Dia jadi kesal sendiri karena tiba-tiba melangkah kesana dan menembus kerumunan itu untuk melihat lebih jelas apa yang terjadi.
"Hei. Kenapa kau sombong sekali? Kami tidak akan membunuhmu. Kau tidak perlu takut dengan kami!"
"Sungguh gadis tidak tahu sopan santun."
Ah, sepertinya gadis ini membuat ulah.. Tapi tentu saja dia tidak membela diri dan membuat dirinya malu. Gadis itu menunduk sambil meringgis.
Justin secara spontan berjongkok di depannya, Justin mengulurkan tangannya membuat gadis itu menatapnya lama. Justin tak menyerah dan tetap mengulurkan tangannya, gadis itu pada akhirnya menerima uluran tangan gadis itu. Setelah itu Justin langsung mengendong gadis itu. Dengan tangan kanan berada di tengkuknya, serta tangan kirinya berada di sela-sela kedua kakinya.
"Maaf tapi kalau aku tak mengendongmu kau akan terjatuh, kau terlihat.. Tidak baik." gadis itu menunduk malu. Tangannya ia kalungkan keleher Justin.
"Aku akan membawamu ke UKS."
"Tidak, jangan! Ma-maksudku, aku tidak apa-apa. Bawa saja aku ke taman belakang sekolah ini, ya?" Pintanya cepat. Justin menimangnya sebentar, dia menatap gadis yang berada dalam gendongannya itu.
"Aku tidak bisa berada di sebuah keramaian. Itu terlalu sesak, aku belum terbiasa. Aku hanya butuh udara segar." Jelasnya lagi. Justin baru mengerti dan sedikit geli melihat ekspresi memelas gadis itu.
"Baiklah." Justin melangkah menuju taman belakang. Gadis itu tersenyum.
"Namaku, Anne Andriana."
"Aku mendengarnya."
"Ah, aku baru mengingatmu sekarang. Kau Justin Bieber yang mengantarku ke ruangan kepala sekolah bukan?" Justin membalas dengan anggukan serta gumaman.
"Terimakasih sudah membantuku, dua kali." bibir tipisnya melengkung lebar, membuat pipinya yang berisi itu terlihat penuh. Justin ikut tersenyum tipis melihat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Childish Vs. Arrogant [END]
Dragoste"Aku menemukan sosok pria dingin yang aku idam-idamkan! bahkan hinaannya terdengar seperti pujian untukku, apakah aku gila mengatakan hal ini?" -Charisa "Gadis itu benar-benar gila. bagaimana mungkin dia berada di dekatku 24 jam menjagaku seperti se...