Justin tersenyum melihat Charisa yang masih menyandarkan kepalanya pada bahunya. Tangan Justin terus mengelus rambut Charisa yang hari yang di ikat menjadi satu bagian menambah kesan manis pada gadisnya.
Mata Justin memperhatikan kuku-kuku Charisa yang di cat dengan kuteks berwarna tosca.
"Apakah perempuan memang menyukai hal ini?" Charisa mengernyit bingung.
"Hal seperti apa?"
Justin terkekeh melihat wajah Charisa yang terlihat bingung.
"Mewarnai kuku mereka dengan berbagai warna." kali ini Charisa lah yang terkekeh. Dia tertawa kecil, merasa geli dengan pertanyaan Justin yang menurutnya tidak penting.
"Sebenarnya itu tergantung. Aku hanya sedang ingin mempercantik kuku-ku. Tidak semua perempuan menyukai hal seperti ini." balas Charisa seadanya. Justin menganguk pelan. Lama mereka terdiam sambil memandang danau luas di depan mata mereka.
Sore ini, mereka memutuskan untuk berjalan-jalan ke taman di dekat rumah Charisa yang kebetulan ada danau yang sangat indah disana.
"Apa aku bisa Justin?"
"Hah?"
"Tiga tahun tanpamu, apakah tak bisa lebih cepat?" Justin tersenyum melihat Charisa yang sudah menegakkan badannya.
"Aku akan merindukanmu." hanya itu jawaban Justin yang justru membuatnya semakin sedih.
"Kau bahkan tidak menjawabnya."
"Bagaimana jika kau menemukan sosok perempuan yang lebih segala-galanya dariku? Bagaimana jika kau bosan padaku, bagaimana jika kau meninggalkanku.. Bagaimana jika-" Charisa tak melanjutkan kata-katanya, wajahnya ia palingkan menutupi air matanya yang sudah tumpah.
Justin terkekeh pelan sambil mengusap rambut Charisa lembut. Dia memalingkan wajah Charisa menghadap kearahnya dengan kedua tangannya. Hidung Charisa memerah dengan mata berkaca-kaca, oh. Charisa terlihat seperti anak kecil sekarang. Justin menghapus titik-titik air mata yang jatuh perlahan-lahan ketika Charisa mengerjakan matanya.
"Charisa, dengarkan aku. Diluar sana, akan ada gadis yang lebih cantik darimu, akan ada gadis lain yang mungkin juga menarik perhatianku, akan ada saatnya mungkin aku juga akan bosan padamu, dan pada saat itu yang akan aku lakukan adalah tetap berada disisimu. Aku akan selalu mengingat bagaimana perjuanganmu mendapatkanmu, aku akan selalu mengingat bagaiamana caramu menangisiku hari ini. Aku akan selalu mengingatnya dan kembali mencintaimu."
"Apakah menurutmu mencintai semudah itu Justin?" Charisa merasa sebal dengan jawaban Justin.
"Apa aku berkata salah?"
Charisa mendengus.
"Harusnya kau berkata kau tidak akan bosan padaku!" rengeknya seperti anak kecil.
"Charisa, bosan dalam sebuah hubungan itu adalah hal biasa. Yang perlu kau lakukan hanya kembali pada perasaan awalmu, sebuah hubungan itu tak akan terus berjalan mulus. Aku akan berusaha untuk terus menjaga perasaanku padamu. Aku akan sebisa mungkin untuk mempertahankan hubungan kita."
"Kita ini sebenarnya sedang mempertahankan hubungan atau menunda perpisahan?" pertanyaan Charisa membuat Justin mencelos. Dia sedih sekaligus kesal dengan pertanyaan Charisa yang seakan yang tidak percaya padanya.
"Begini saja Charisa, apa kau percaya padaku?" Charisa menganguk menatap mata Justin dengan nanar. Mereka bersitatap tak ada yang ingin mengalihkan pandangan mereka masing-masing.
"Kau hanya cukup mempercayaiku, oke? Kita akan berusaha sama-sama mempertahankan hubungan ini." Charisa akhirnya mengantuk karena bagaimana pun dia melihat ketulusan dan kejujuran di mata Justin. Entahlah, dia hanya ingin percaya pada Justin saat ini.
Tepat setelah itu Justin menariknya kedalam pelukannya. Justin mencium dalam-dalam aroma vanilla dari rambut Charisa, sangat manis. Charisa melingkarkan tangannya di pinggang Justin.
"Kau menikah saya denganku Justin!" kata Charisa begitu saja membuat Justin melotot terkejut lantas melepaskan pelukannya.
"Apa kau sedang melamarku?" Charisa hanya bergumam membuat Justin sebal, dia berkecak pinggang dengan alis yang menaut.
"Hei, itu kan bagianku! Bagaimana bisa seorang perempuan mengajak laki-laki menikah? Aku yang harus mengatakan itu. Ya tuhan, aku bisa gila jika kau terus seperti ini." tawa Charisa pecah sudah mendengar ocehan Justin. Uh, berlebihan sekali.
"Ya sudah kalau begitu aku akan memberimu cincin ini." Charisa mengeluarkan kota perhiasan berwarna coklat, terdapat dua berlian yang sangat indah disana.
"Yatuhan ini juga bagianku!" pekik Justin gemas tak terima dengan Charisa yang sudah mengambil dua bagian terpenting yang harusnya dia seorang laki-laki yang melakukan, bukan Charisa seorang perempuan yang melakukannya.
Charisa mendengus sebal.
"Ish, lalu mana bagianku?! Semuanya saja bagianmu!" Justin dengan susah payah mengendalikan tawanya yang akan meledak. Ditariknya Charisa mendekat hingga menghapus jarak diantara mereka. Charisa terkejut dengan tatapan intens.
"Ini bagianmu." Justin mengecup singkat pipi Charisa yang langsung merona tanpa di minta. Charisa mengigit bibir bawahnya menahan gejolak kebahagiaan yang meletup-letup dalam dadanya.
Justin tersenyum lebar.
"Justin bisa tidak aku ikut saja denganmu ke London?"
Detik berikutnya Justin melotot.
"Tidak."
"Justin." renggek Charisa lagi. Justin menghela nafas.
"Charisa.."
"Baiklah, baiklah. Aku hanya bercanda." ketus Charisa sambil memanyunkan bibirnya sebal.
Justin menarik pipi Charisa gemas.
"Aku akan sangat merindukanmu." Charisa menatap Justin berbinar. Charisa langsung mendaratkan kecupan ringan di pipi kiri Justin membuat Justin terkejut.
"Charisa apa yang kau lakukan?"
"Kau bilang ini bagianku, kan?" kali ini, Justin yang merona.
Ah, ada-ada saja pasangan yang satu ini.
*********
Insyaallah 3 atau 4 part lagi cerita ini kelar. Makasih yang udah luangin waktu buat baca, komen, vote dan masukkin ke perpustakaan kalian. Makasih banyak, aku ngak nyangka cerita gaje bin aneh ini ada yang sukain. Makasih banyak ya❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Childish Vs. Arrogant [END]
Romance"Aku menemukan sosok pria dingin yang aku idam-idamkan! bahkan hinaannya terdengar seperti pujian untukku, apakah aku gila mengatakan hal ini?" -Charisa "Gadis itu benar-benar gila. bagaimana mungkin dia berada di dekatku 24 jam menjagaku seperti se...