#Chapter 10 : Hospital

48 1 0
                                    

Maaf kalau ada typo bertebaran dimana-mana...

Vote dan comment ya... Jangan lupa!!

=======

Setelah melaksanakan shalat magrib, Intan berniat untuk mengajak ngobrol Davin. Namun setelah ia cari Davin ke setiap sudut rumah ia tidak menemukan Davin hanya ada satu ruangan lagi yang belum dilihat Intan yaitu kamar yang berada didekat dapur

Ia ragu saat ingin membuka pintu itu, tapi ia harus meminta maaf pada Davin karena gara-gara dia minta dijemput oleh Davin pasti Davin tidak akan kehujanan seperti tadi. Dia terkejut saat mendengar suara orang yang sedang batuk didalam kamar itu
Tanpa menunggu lama lagi dia langsung membuka pintu dan ia heran kenapa rungan itu sangat gelap hanya cahya dari luar jendelalah yang menerangi kamar itu. kemudian dia memperhatikan setiap sudut kamar dan matanya berhenti pada sofa yang menghadap jendela lalu suara batuk pun kini terdengar lebih jelas, Intan melangkah ragu untuk mendekat karena ia takut kalau dibalik sofa itu ada 'hal aneh'

"Vin... Davina... Davina" rintih suara yang berasal dari balik sofa. Intan sangat yakin kalau itu suara Davin, tapi kenapa Davin memanggil nama Davina? Dan siapa itu Davina? Hingga membuat Davin mengigau menyebut nama Davina bukan Intan. Intan melangkah dengan pelan

"Davina gue butuh lo sekarang... Gue berharap lo datang sekarang kemimpi gue" tanpa Intan sadari air matanya sudah mengalir dipipinya berbarengan dengan langkahnya

Setelah melihat kebalik sofa itu Intan menarik nafas lega ternyata dibalik sofa itu adalah Davin bukan hal aneh, Davin sedang menggigil sambil terus menyebut nama Davina. Intan memegang dahi Davin dan ternyata Panas, mungkin karena tadi Davin kehujanan jadi ia demam

Intan menggoyangkan badan Davin agar bangun dan pindah kekamar mereka supaya Davin bisa beristirahat diatas kasur

"Ka... Bangun! Jangan tidur sini. Badan kakak panas" dengan perlahan Davin membukakan matanya

"Ngapain kamu masuk kesini? Keluar!!!" bentak Davin

"Tapi ka..."

"Gue bilang keluar!!! Lo nggak denger? Atau lo budeg?" air mata Intan kini kembali mengalir dengan derasnya Ini baru pertama kalinya ia dibentak oleh orang kedua orang tuanya belum pernah membentak Intan sebelumnya. Intan keluar dari kamar itu dengan air mata terus mengalir

'Gue kecewa sama lo Dav... Lo tega bentak istri lo sendiri'

'Tadi gue emosi'

'Gue tau lo kecewa sama dia gara-gara tadi sore. Tapi nggak gini! Dengan kaya gini, lo bisa buat dia menjauh dari lo'

'Gue susul dia dulu'

°°°°°
Didalam kamar Intan menangis terisak anadai saja tadi ia ikut dengan teman-temannya untuk merayakan kelulusan pasti hal ini tidak akan terjadi pada dirinya. Mungkin sekarang ini ia sedang tertawa bersama bukan menangis didalam kamar

"Intan... Bukan pintunya"

"Nggak! Gue kecewa sama lo! PERGI!"

"Tan... Tadi kakak hilaf tan. Kakak mohon buka pintunya"

"PERGI!!! GUE BILANG PERGI!"

"tan maafin kakak"

"KALAU LO NGGAK MAU PERGI, BIAR GUE YANG PERGI" Intan membukakan pintu dan ia langsung berhadapan dengan Davin. Davin memegang tangan Intan namun dengan cepat Intan langdung menepisnya

"GUE DISINI NGGAK ADA GUNANYA. LO CUMAN BUTUH KEBERADAAN DAVINA DISAMPING LO BUKAN GUE"

"Intan? Kakak mohon jangan pergi"

DavIntanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang