part 4

431 13 0
                                    

Tuhan, apa sesakit ini rasanya jatuh cinta pada seseorang yang salah? Apa seberat ini rasanya memendam semua perasaan selama bertahun-tahun? Apa seperih ini rasanya mencintai seseorang dalam diam? Bagaimana caranya dia bisa mengerti perasaanku ini, Tuhan? Sungguh aku tak sanggup bila kenyataannya dia mencintai perempuan lain, bukan aku. Sungguh tidak siap!

***

Via POV

"Lo tadi kemana? Gue jemput kerumah lo tapi katanya lo udah jalan duluan?" Hah? Oiya aku lupa kalau status antara aku dan Rama sekarang itu berpacaran. Berpacaran? Rasanya dalam mimpi terburuk pun aku tidak pernah berpacaran dengan Rama. Apa-apaan masa nyatain perasaan aja belum, udah jadian aja. Memang aneh laki-laki itu.

"Haha sorry sorry, tadi gue lebih dulu dijemput sama Rega"

"Rega siapa?"

"Sahabat gue. Kenapa?"

"Gapapa, yaudah yuk gue anter ke kelas"

"Yaudah mana pesawatnya? Kalo mau anterin gue harus pake pesawat"

"Bener nih?"

"Iya"

Tidak lama tubuhku rasanya terangkat dan huh.... dia menggendongku! Sekarang aku harus menahan malu karena semua mata menatap kami berdua dengan ekspresi berbeda-beda, ada yang kaget, ada yang bilang "Sweet bgt sih", ada yang gak nyangka, ada juga yang bilang lebay, dan lain-lain. Tapi rasanya Rama tidak peduli dengan semua tatapan dan perkataan itu.

"Udah nyampe, Tuan putri"

"Lebay, gara-gara lo, gue jadi malu kan diliatin orang-orang"

"Tadi siapa yang bilang mau dianter naik pesawat?"

"Tapi gak gitu maksud gue. Lagian itu mah bukan naik pesawat, udah kayak diangkat orang gila."

"Halah seneng blg aja. Udah ah gue mau ke kelas, belajar yang bener lo!"

"Bodoamat."

***

Menyebalkan, menyebalkan dan menyebalkan. Kenapa alien itu sangat menyebalkan dan selalu berhasil mengahancurkan mood-ku? Pokoknya kalau bukan untuk membalas Jess, tidak akan sudi aku menjadi pacarnya alien.

Tapi sesampai-ku didalam kelas, perasaan sebal yang baru saja aku rasai tadi, sekarang telah berganti dengan perasaan sedih. Melihat Aulia menangis dan ditenangkan oleh sahabatku yang lain membuatku berfikir bahwa sedang terjadi apa-apa pada Aulia.

"Aulia kenapa?" tanyaku pelan.

"Jadi tadi tuh si Ronald ketauan ngeduain Aulia gitu, Vi. Dan tadi si Ronald mutusin Aulia karena lebih milih cewek pho itu. Ish, gokil banget kan tuh makhluk?"

Oh jadi masalah cowok... Emang sih pasti sakit banget rasanya udah ngepercayain orang untuk jagain hatinya tapi malah dikecewain.

"Yaudaaaah kalo gitu, istirahat kita seraaaaaang Ronald!!!! Enak aja udah bikin sahabat gue hujan sampe kayak badut ancol kecebur laut." ucapku asal dengan semangat 45!

"Hahahahahahahaaaa" tawa mereka meledak dan Aulia hanya mengerucutkan bibir sambil menatapku dengan tampang menahan tawa, tapi gengsi lah ya masa abis nangis ketawa? Sedih banget rasanya ngeliat orang yang kita sayangi terluka. Tapi, bahagia banget saat kita bisa menghapus air mata kesedihan orang yang kita sayang dengan air mata kebahagiaan.

***

KRIIIIIING!

Seperti biasa, bel istirahat memang bel yang ditunggu-tunggu para siswa ketika perut sudah mulai bernyanyi.

"RONAAAAALLLLLDDDDDDD!!!!!!!" Teriak-ku histeris ketika mencari Ronald disekian banyaknya manusia dan akhirnya aku menemukannya. Lebay? Ya udah ciri khas.

"Apaan vi?" tanya Ronald dengan muka polosnya.

"Maksud lo nyakitin sahabat gue apa? Bisa dijelaskan, Tuan Ronald?" Ucapku gemas.

"Iya sorry Vi, kalo gue udah gak ada perasaan sama dia masa harus berjalan terus hubungannya? Lebih baik gue putusin kan biar dia gak lebih parah lagi sakit hatinya?"

"Gak ada mendingnya coy! Lo juga duain Aulia udah lama kan? Halah, dikira gue gak tau!" Ucapku dengan emosi dan tak sengaja tanganku melayang menampar pipi Ronald. Serius ini, nggak terima banget sahabatku diperlakukan seenaknya sama cowok ngga bertanggung jawab seperti ini.

"Kenapa lo yang jadi emosi? Dan... hei? Kasar banget lo jadi cewek!"

Ketika Ronald ingin memukul-ku, ku tutup mataku dan ku rasakan sebuah tangan sudah menghalangi tangan Ronald menyambar pipiku. Ternyata Rama.

"Gausah kasar sama cewek!"

"Udah lah gue males nanggepin orang orang gak penting kayak kalian."

Aaaah! Apa sih maksud Ronald? Gak penting? Pokoknya aku gak terima. Baru aku ingin mencakar mukanya, tetapi dia malah lebih dulu pergi meninggalkan aku yang sedang emosi.

"Lo gapapa?" Tanya Rama khawatir.

"Hmm gapapa"

"Lo kenapa bisa ribut sama cowok itu?"

"Gatau ih dia tuh nyebelin bangeeet. Dasar ya semua cowok emang dasarnya nyebelin."

"Gue juga?"

"Ya!"

"Oh. Terus gimana caranya biar gue gak keliatan nyebelin di mata lo?"

"Jangan kepo."

"Oke deh, yuk kita ke kantin.."

***

Pulang sekolah ini, katanya sih Rega mau menjemputku. Tapi kemana ya? Dari tadi aku menunggunya sampai lumutan karatan dan semacamnya tetapi dia belum kelihatan batang hidungnya juga.

"Yuk naik!" aku sudah sangat senang dan lega mendengar kalimat itu, tetapi ternyata itu adalah suara milik Rama.

"Gak. Lagi nunggu temen."

"Bener gak mau? Yaudah gue balik duluan!"

"Ya"

dan tidak lama, mobil Rama sudah tidak kelihatan lagi. Sudah pukul empat sore tetapi Rega belum juga datang. Kemana ya dia? Apa dia lupa dengan janjinya ingin menjemputku? Sekolah sudah mulai sepi dan aku sudah menunggu hampir dua jam.

Akhirnya, aku memutuskan untuk meninggalkan sekolah dengan mencari taxi. Agak sedikit nyesel juga sih kalau tahu bakal seperti ini, coba tadi aku tidak menolak ajakan Rama. Tapi kira-kira kenapa ya Rega tidak datang? Tidak biasanya, ia lupa dengan janjinya.

"Hahahahaha masih jaman ya pulang sekolah jalan kaki, guys? Aduh kampungan mah emang susah ya! Ups..."

Ok. Mimpi apa aku semalam? Bertemu nenek lampir dengan gengnya ditengah jalan dan teganya mereka melempar minuman Coffe panas ke seragam sekolah-ku. Bisa dibayangkan gimana aku sekarang?

"Kayaknya lo gakpernah ya diajarin sopan santun sama orangtua? Ngaku sekolah, tapi kelakuan gak berpendidikan."

"Udah guys tinggalin aja. Biarin-lah dia berkicau bersama burung yang berterbangan. Hahahahaha"

Kali ini lengkaplah semua penderitaanku. Bukannya aku takut sama Jess, tapi aku sedang malas bertengkar dengannya dipinggir jalan seperti ini dan juga karena sedikit merasa kecewa dengan janji Rega. Karena sesampai aku dirumah pun, dia belum mengabariku alasan dia tidak menjemputku tadi.

Via's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang