Via POV
Good Via Good!! Sepertinya hari ini aku sangat sial. Bangun telat, perjalanan menuju sekolah macet, sampai sekolah terlambat, lupa membawa buku pr dan harus dihukum mengelilingi lapangan. Oh iya satu lagi. Aku harus melihat beberapa kejadian menyakitkan hari ini.
Jam istirahat, seperti biasa aku dan ke-empat sahabatku menempati kursi langganan kami dipojok. Aku yang kedapetan jadwal untuk memesan makanan pun segera melesat ke barisan antrian bakso. Saat sedang mengantri, aku melihat meja yang diduduki sahabat-sahabatku sudah ramai dengan anak-anak yang lain. Aku yang penasaran, segera meninggalkan antrian dan buru-buru kesumber keramaian.
"Happy Birthday to you, happy birthday to you, happy birthday happy birthday happy birthday to you"
Rega menyanyikan sebuah lagu selamat ulangtahun yang sebenarnya lagu itu biasa saja, tapi karena mungkin ketulusannya jadi terlihat -sedikit- romantis.
"....cie"
"So sweet banget sih"
"Kapan ya gue sama doi bisa begitu?"
Dan masih banyak lagi komentar-komentar yang keluar dari mulut mereka, membuat telingaku panas saja.
"Woyyy bubar bubar, kalian belum cukup umur buat ngeliatnya!!" Teriak-ku histeris yang mendapat tatapan kesal dan sorakan karena sudah mengganggu tontonan gratis super sweet mereka. Mungkin bagi mereka itu so sweet dan semacamnya tapi menurutku itu sangat menyakitkan. Apalagi saat melihat Rega mengasih boneka pororo itu kepada Aulia. Oh ternyata boneka itu untuk Aulia. Jadi dia memintaku memilihkan boneka untuk Aulia? Bodoh sekali harapanku kemarin. Selama kami bersahabat, ia tidak pernah melakukan hal yang membuat aku sakit seperti ini. Biasanya aku selalu nyaman bila disamping dia, biasanya dia alasan kebahagiaanku. Tapi sepertinya, sosok Rega yang dulu lambat laun akan menghilang. Rasanya hatiku seperti ditusuki ribuan jarum, sakit sekali.
"Hahaha dasar lo bisa aje bikin mereka bubar" Ucap Rega setelah kondisi sekeliling mereka normal lagi.
"Iya. Makasih lo sama gue. Makan gratis nih kayaknya kita" Ledekku sambil melirik kearah Aulia, yang dilihat hanya senyum-senyum.
"Lo aja kemaren gak traktir traktir, Vi. Wooo" ucap Aulia membela diri.
"Bener tuh Au, dia aja kabur gak masuk, alesan sakit lagi hahaha." Ucap Rega tanpa berdosa. "Kayak Aulia dong masuk, rugi kalo gak masuk nanti gak ketemu abang Rega"
"Emang gue sakit, kalian aja gak ada yang peduli." Entah bagaimana kalimat itu yang keluar dari mulutku "Gue kekelas deh."
"Viaaaaa jangan ngambek dong!!!!" Teriak Sasya, Tina, Fiya dan Arum berbarengan. Tapi aku tidak mempedulikannya dan terus berjalan meninggalkan mereka.
"Kamu sih Reg ngomongnya gitu, ngambek kan Via-nya" ucap Aulia sambil mengerucutkan bibirnya.
"Yaudah nanti aku minta maaf sama dia, lagian kok dia lebay banget. Kan cuma bercanda"
***
Ketika aku sedang menunggu Rama didepan gerbang sekolah, tiba-tiba ada yang menepuk pundakku.
"Nih permen buat sahabat gue yang lagi ngambek"
Coba kalian bayangkan bagaimana bisa aku marah kepada orang yang bertahun-tahun aku cintai datang kepadaku membawa permen lollypop sambil cengar-cengir nggak jelas. Bayangkan!!!! Eh jangan dibayangkan juga, nanti yang jomblo pada envy lagi......
"Siapa yang ngambek?"
"Itu sahabat gue yang cantik. Tapi kalo lagi ngambek, jadi jelek."
"Gue selalu cantik"
"Yeeee pede banget lo, nek bro! Hahaha gue dimaafin gak nih? Ambil permennya nih."
"Dibilang gue gak marah. Yaudah sini permennya."
"Hahaha dasar, balik sama siapa lo?"
Baru aku ingin menjawab pertanyaannya tiba-tiba saja ada sebuah Line masuk.
Rama : Maaf banget aku td balik duluan, mendadak dpt kabar mama masuk rumah sakit. Take care sayang :)
Vianca : Oh iya gpp, salam buat mama-mu ya cepat sembuh.
"Kalo ditawarin bareng sih gak nolak."
"Yeee hahaha gue cuma nanya sih, dasar ya sahabat gue yang satu ini kalo abis ngambek maunya banyak banget."
"Kalo nanya gitu berarti mau nganterin pulang."
"Haha yaudah buruan naik!"
***
"Reg itu Aulia bukan sih? Berhenti bentar coba deh."
Rega yang mendengar ucapanku langsung mengerem motornya.
"Aul?" aku seolah tidak percaya kalau wanita yang sedang duduk dihalte dengan tampang kacau ini adalah sahabatku. "Lo... ngapain disini?" tidak mendapat respon, yang diajak bicara hanya diam saja.
Ngga perlu nunggu lama, Rega langsung memeluk tubuh Aulia tanpa memperdulikan aku. Mereka lupa bahwa ada aku disini. Ya, mungkin Aulia lebih butuh Rega saat ini. Tapi aku benci kenapa harus melihat kejadian yang tak seharusnya ku lihat. Lebih baik aku tidak tau apa-apa kalau kenyataannya sesakit ini.
Setelah Aulia merasa lebih tenang, akhirnya ia mengeluarkan suara "Makasih ya kalian udah nemenin gue."
Aku tidak boleh terlihat lemah didepan mereka. Aku harus kuat dan terus tersenyum, "Itu emang tugas gue sebagai sahabat lo kan? Harusnya gue gak biarin lo nangis sendiri disini."
"Gue cuma cewek lemah, Vi. Cewek bodoh. Tadi gue liat Ronald sama ceweknya nongkrong sama temen-temennya, gue liat Ronald sama ceweknya ngerokok. Lo tau kan Ronald selama pacaran sama gue gak gue izinin ngerokok? Cewek itu gak baik Vi, dia cuma bawa dampak buruk doang ke Ronald. Entah kekuatan darimana, gue berani samperin Ronald dan ngebuang rokok itu. Disitu gue dimarahin abis-abisan sama Ronald, bayangin gue dimarahin didepan temen-temen dia dan ceweknya. Sakit Vi."
Baru aku ingin menenangkan Aulia, tapi telat. Rega terlalu peka terhadap perasaan Aulia. Dia kembali memeluk Aulia dan mengatakan... mengatakan apa? Telingaku rasanya sudah tidak berfungsi lagi untuk mendengar perkataan itu.
"Gue siap gantiin Ronald kok kalo lo mau."
Aku tau Rega refleks mengatakan itu. Tapi bisa saja itu merupakan ungkapan hati Rega yang sesungguhnya. Rasanya tulangku nyeri, tubuhku melemah, sudah tidak kuat menahan semua beban... Untuk menapakan kaki saja rasanya berat sekali. Sia-siakah penantianku selama bertahun-tahun ini?
"Udah kalian mending balik gih, capek kan? Gue udah gapapa kok. Nanti juga kalo ada taxi, gue langsung pulang kok."
Entah kenapa berat sekali rasanya ingin mengeluarkan suara saja... Menahan air mata supaya tidak tumpah sesusah ini, ya. Aku tidak menyangka efeknya akan seperti ini. Ternyata begini rasanya harus berbicara dengan orang yang sudah menyebabkan hati kita sakit?
"Jangan! Gue anter lo sampe rumah aja. Via, lo bisa kan balik naik taxi?"
Haha. Kurang apa sih penderitaanku hari ini? Kurang sakit apa melihat semua kejadian itu dan sekarang dia akan meninggalkanku demi mengantarkan orang yang dia sayang selamat sampai rumah. Ini semua konyol. Otak pun tidak bisa diajak kerjasama. Semua organku melemah, apa begini rasanya sakit hati? Ternyata pria yang aku cintai selama bertahun-tahun ini mencintai sahabatku sendiri. Sahabat terdekatku. Mungkin sudah waktunya aku mengubur semua perasaan ini dalam-dalam.
"Iya, bisa kok."
KAMU SEDANG MEMBACA
Via's Story
ContoSaat kalian harus menjalani suatu hubungan karena keterpaksaan, akan kah bisa tumbuh rasa cinta pada akhirnya? -poster credit @ohkailu (twitter)-