part 10

319 12 0
                                    

Maaf banget ya kalau cerita aku ini ngebosenin dan gak seru. Masih belajar nulis jugakok:)

***

Via POV

Ku hentikan langkah kaki-ku saat melihat sepasang kekasih dihadapanku berjalan mendekatiku.

"Selamat yaaa Via, kamu hebaaat bisa menang lomba cerdas cermat ini. Juara 1 se-provinsi kan? Kereeen! Sekali lagi selamat ya, Via!" Ternyata cewek yang sudah bertahun-tahun menjadi sahabatku menemuiku untuk mengucapkan selamat. Aku pikir dia ingin memamerkan hubungan barunya didepan mataku. Entahlah aku juga heran, semenjak mereka mempunyai hubungan yang jelas, aku selalu sebal saat melihat wajah Aulia.

"Weiyaaa si nenek pinter juga ya, congrast sobaaat! Traktir traktir bisa kaleee."

Seneng diucapin? Gak juga. Aku sudah mulai belajar menjauh dari Rega. Mungkin awalnya susah. Susah merelakan orang yang selama ini kita harapkan agar ia bisa menggenggam tangan kita. Tapi aku juga tidak mungkin ingin menghancurkan hubungan mereka demi mengobati luka hati ini, bukan? Jadi lebih baik aku melepasnya dan menjauh darinya, karena jujur saja, semakin aku dekat dengannya, semakin perasaan sayang ini menambah, dan semakin sakit pula rasanya.

"Hehee iyaa, makasih ya Aulia, Rega." saat Rega ingin berbicara, buru-buru aku memotong "Oiya gue harus cepet balik. Rama udah nungguin. Daah"

Saat aku berbalik badan dan siap akan berlari dari tempat itu, Rega memanggil namaku. Refleks badanku berputar kearahnya, "Iya? Kenapa lagi?"

"Sampai kapan lo mau ngehindar dari gue?"

***

"Congrast ya jelek, kamu hebat!" Sangat terlihat jelas di mata Rama bahwa ia begitu senang dan bangga kepadaku. Gara-gara perkataan Rega tadi, otak-ku sekarang rasanya lama sekali untuk digunakan. Seperti barang rongsok saja yang sudah tidak layak pakai. Oke, sepertinya aku berlebihan.

"Makasiiiih, kamu berlebihan wo."

"Haha ga salah pilih kan aku?"

"Apaansih gak jelas banget"

"Sekarang kita mau kemana? Langsung balik?"

"Iya langsung balik. Oiya besok bisa temenin aku ke cafe tanteku? Aku disuruh ngisi nyanyi disana soalnya yang biasa nyanyi di cafe itu abis kena musibah kecelakaan. Karena kata tanteku, suaraku lumayan, jadilah aku disuruh ngisi disana untuk besok aja sih."

"Gak ada alesan untuk gak bisa nemenin kamu kan?"

"Haha dasar, jam 5 aku tunggu ya."

"Okeee"

***

"Sampai kapan lo mau menghindar dari gue?"

Masih sangat teringat jelas pertanyaan Rega tadi. Setelah Rega berkata itu, aku hanya membalas "Gue gak menghindar." dengan senyum palsu dan langsung pergi meninggalkannya.

---

Untuk kamu yang tidak pernah peduli tentang rasaku ini.

Rasaku ini memang tidak semenarik seperti rasanya. Akhirnya kini aku menyerah. Aku mengalah. Aku melepasmu. Membiarkanmu memilihnya, sahabatku sendiri. Aku yang lebih dulu mengenalmu. Aku yang selalu ada untukmu. Aku yang ikut senang melihat kebahagiaanmu, dan aku juga lah yang sedih melihat kesedihanmu. Sedangkan dia? Dia hanya orang baru yang mengisi hidupmu. Tapi mengapa kamu lebih memilihnya? Lebih menyayanginya? Lebih menjaganya?

Aku tidak ingin merusak persahabatanku hanya karena masalah hati. Lalu, apa yang bisa aku perbuat ketika mata lebih menunjukkan kejujurannya?  Aku juga tidak ingin childish dan bersikap tidak dewasa seperti ini. Bukan keinginanku untuk menghindarimu. Tapi setiap aku dekat denganmu, aku selalu merasa ingin terus bersamamu, aku takut untuk kehilanganmu, aku semakin menyayangimu dan aku benci perasaan itu karena itu cuma perasaan tidak penting yang justru menyiksa diriku sendiri. Apalagi saat aku melihat kekasihmu, aku tidak membencinya. Tidak sama sekali. Mungkin waktunya saja belum tepat. Ya, mungkin aku butuh waktu untuk tidak bertemu kalian. Tolong beri aku waktu sampai aku kuat melihat kalian berdua.

Via's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang