CIE ft mgc

Enbel

Because waiting for you is like waiting for rain in this drought. Useless and disappointing – A Cinderella Story

Michael beda.

Beda banget. Dia lebih pendiam, nggak urakan kayak biasanya. Dia bahkan merhatiin pelajaran. Well, untuk ukuran Michael, itu perubahan yang bener-bener drastis. Dia sebelumnya jarang banget merhatiin pelajaran dan lebih milih buat main game di hapenya. Sekarang? Dia fokus banget merhatiin Mr. Donovich yang lagi nerangin pelajaran di depan kelas. Bahkan gue dicuekin. Sakit sih.

"Ellen!"

"Eh iya pak?" tanya gue otomatis, karena, yeah, gue itu termasuk anak kesayangannya Mr. Donovich. Note the sarcasm.

Dia ngebenerin kacamatanya. "Kamu kalau mau ngelamun pulang aja sana!"

Gue ngehela napas. "Iya pak," gumam gue. Mr. Donovich ngangkat alisnya. "Iya apa? Iya kamu mau pulang?"

Gue natap Mr. Donovich sebel. "Iya saya nggak akan ngelamun lagi di pelajaran bapak. Ngelamun sih tanggung ya pak, sekalian aja tidur. Lebih enak lagi kalo sama bapak dikasih ijin ke UKS—"

"Kamu ini ngomong apa sih?"

Gue ngangkat bahu. "Saya bahkan nggak tahu saya ngomong apa."

Kelas hening, dan gue tahu kalau semua mata tertuju pada gue. Tapi gue ga peduli. Gue bener-bener nggak peduli. Bahkan, Michael yang dari tadi nyuekin gue kali ini natap gue tapi gue nggak berani ngebales pandangannya.

Kita udah jauh. Nggak tahu kenapa. Semenjak Luke dan gue date waktu itu, Michael jadi semakin diem dan pelan-pelan menjauh dari gue. Gue tahu, kalau lama-lama kita bakalan jadi Strangers. Terus gue bakalan galauin Michael sambil nyanyi lagunya Charlie Puth sama Selena Gomez yang We Don't Talk Anymore.

Enggak lah. Michael sama gue itu dari kecil sahabat dan nggak mungkin kita pisah gara-gara masalah kecil kayak gini.

Semoga aja.

Sekedar pemberitahuan, gue bakalan update terus hari ini. Karena apa? Karena gue mau ss ini cepet selesai. Walaupun ga ada yang baca sih ya, whatever.

Mungkin di chapter 20 atau 20 an awal gue bakalan end ss ini.

Dan kalo chapter ini tijel banget, I'm so sorry.

Love,

Abby