Delbel

1.3K 282 27
                                    

Maybe we just made all the wrong moves, maybe, this whole time, we've been focusing on the wrong stuff, and now it's just too late – How To Be Single




Kadang, lo bisa ngeliat sesuatu yang jauh, sesuatu yang nggak bisa lo genggam, tapi lo buta dengan apa yang ada di hadapan lo selama ini, nunggu lo buat sadar keberadaannya.

Kadang, lo terlalu fokus dengan apa yang lo cari, sampai kadang lo nggak sadar kalau apa yang lo cari itu ada di depan lo.

Dan kadang, kita semua terlalu bego untuk mengakui hal itu.

"Ngapain lo?" tanya bang Sammy tiba-tiba. Gue noleh ke belakang, dan ngeliat bang Sammy ngehampirin gue kemudian duduk di samping gue di tepi kolam renang.

Gue ngangkat bahu. "Nggak ngapa-ngapain. Lah abang sendiri ngapain?"

"Sama. Gue gabut."

"Oh,"

Sesuatu menangkap perhatian gue, dan gue noleh ke arah kamarnya Michael yang lampunya lagi nyala. Gue senyum-senyum sendiri waktu gue inget gimana konyolnya Michael.

"Lo sebenernya suka sama siapa sih Len? Kadang lo deket sama Lucas—"

"—Luke," gue ngoreksi bang Sammy otomatis. Dia muter matanya. "Sama aja lah. Lucas kek, Luke kek, biarin. Gue nggak peduli. Intinya, lo suka sama siapa?"

Gue natap bang Sammy tanpa ekspresi. Sedangkan bang Sammy ngangkat alisnya nunggu gue jawab. "Seriusan deh bang," tukas gue. "Emang gue sukanya sama siapa lagi?" tanya gue sambil mendongak.

"Michael."

"Kita cuma sahabat kali bang," tukas gue pelan, dan nyapuin tangan gue di atas air. Bang Sammy ketawa kecil dan nyenggol gue. "Serius? Gue liat cara lo ngeliat dia, Len. Damnit, gue bahkan kadang ngerasa ada getaran-getaran sensual—"

"Abang!" sergah gue jengah. Yakali gitu, abang lo ngomongin hal begituan tentang lo dan sahabat lo terus lo nggak jengah?

Bang Sammy ketawa ngakak. Yeu, dasar orang nggak bener. Dosa apa sih gue bisa punya saudara kayak gitu. "Oke, pokoknya lo ngerti lah gue ngomongin apaan ya," katanya. Gue ngangguk sambil muter mata. "Terus?"

"Tapi, masalahnya, gue juga ngeliat gimana lo ngeliat Luke. Lo ngeliat dia dengan cara yang hampir sama kayak lo ngeliat Michael."

Gue nelengin kepala, dan natap ke arah kamarnya Michael yang sekarang udah mati lagi. Kemudian gue ngehela napas. "Is it good or bad?"

Bang Sammy ngangkat bahunya. "I don't know. Personally, gue nggak pernah yang namanya suka sama dua orang sekaligus." ucap bang Sammy. Dia kemudian ngelus kepala gue. "Sekarang gue tanya, lo lebih suka sama siapa?"

Gue ngehela napas. "Bang, gue aja nggak tahu gue suka sama Michael atau nggak."

"Kok bisa? Bukannya lo dulu suka sama Michael ya?"

"Itu dulu," gumam gue pelan. "Dulu, pas SMP," gue ngaku. Kemudian gue ngedongak.

"Sekarang udah enggak?"

Gue ngegeleng. "Gue nggak tahu, bang. Rumit, rasanya rumit."

Hening. Bang Sammy nggak ngomong apapun, begitupun gue. Gue lagi natap kamarnya Michael, berharap seandainya aja dia ngerasain hal yang sama—wait. Gue natap bang Sammy. "Gue suka sama Michael."

Bang Sammy cuma ngangkat alisnya doang. "Sama Luke juga?"

"Yeah,"

"Lo lebih suka sama siapa?" tanya bang Sammy lagi. Gue narik kaki gue yang basah dari kolam renang dan naruh dagu di atas lutut, natap air kolam. "Rasanya tuh beda, bang. Kalo gue sama Michael, gue kadang nggak mau ada urusan sama Luke. Like, gue bener-bener fokus ke Michael. Tapi kalo sama Luke..."

Kalimat gue terhenti. Bang Sammy ngangkat alisnya. "Kalo sama Luke... apa?" tanyanya.

Gue ngegeleng. "Michael."

Bang Sammy ngerutin dahinya. "Michael?" tanyanya bingung.

Gue nggak ngejawab.

Man, gue ternyata suka sama Michael.




Honestly? This is a CRAP and idk kenapa gue nulis ini. Ini cuma chapter penjelas aja kok, walaupun absurd, terus tijel, bla bla bla.

Oke, gue juga udah bilang kalo gue bakalan ngebut update, TAPI, ada tapinya, gue kan udah selesai UAS ya*hore* dan gue pengen ngabisin waktu bebas UAS gue itu buat nonton film. Eh eh udah nonton Civil War kan? wkwkwk.

Kalo ini dapet respon yang memuaskan gue update lagi malem ini wkwk.

Love,

Abby

CIE ft mgcTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang