1

1.1K 29 1
                                    

Hidup ini memang sungguh teka teki tidak ada yang tau apa yang terjadi diwaktu mendatang. Hidup itu untuk memperjuangkan apa yang layak diperjuangkan dan mempertahankan apa yang layak dipertahankan.

Hati ini masih hampa dan kosong entah sampai kapan hanya kesepian yang menemaniku dengan setia.

Aahh ya setia, satu kata itu ingin sekali aku merasakannya dari orang yang sudah hampir tiga tahun ini hidup bersama denganku dengan ikatan pernikahan. Bolehkah aku memintanya untuk setia? Bahkan menganggapku ada saja tidak bagaimana aku memintanya untuk setia.

Kalian mau tau kisahku? Kisah bahagia atau sedihku?

Baiklah pertama tama perkenalkan dulu namaku Stevano Alexanio, saat ini aku berusia 28 tahun bekerja diperusahaan yang sangat besar dan terkenal diAsia sebagai CEO. Perusahaan ini adalah milik kedua orang tuaku yang mereka bangun sampai sebesar ini. Aku lulusan salah satu universitas terkenal di Swiss dan dari sanalah kisahku ini dimulai.

Statusku saat ini adalah seorang suami dari seorang wanita perparas cantik, tubuh proporsional dan tentunya incaran bayak lelaki. Dan ingat hanya sebuah "status" karena pernikahan ini terjadi tidak dengan kemauan kami sendiri alias dipaksa oleh orang tua kami. Tetapi biar bagaimanapun aku selalu berusaha melakukan dan memberikan yang terbaik untuknya karena dia adalah istriku jadi sudah seharusnya aku melakukan itu.

Semua usaha yang aku lakukan tidak pernah dianggap bahkan aku sendiri pun dilihatnya saja tidak, miris sekali kan padahal diluar sana begitu banyak wanita yang dengan sukarela menyodorkan dirinya.

"Selamat pagi Ren" sapaku saat menyiapkan segelas teh hangat untukknya

"Hmmm" hanya itu jawaban yang aku dengar setiap harinya sejak hari pertama pernikahan kami

"Sarapan dulu baru berangkat kerja" kataku lagi sambil melanjutkan aktifitasku membereskan meja bekas makanan Rena semalam

Lucu bukan dirumah aku menjadi seorang suami yang terlihat takut istri, sedangkan jika diluar rumah aku adalah seorang CEO yang terkenal dingin dan angkuh.

Hari ini aktifitasku tidak begitu padat jadi aku bisa makan siang diluar bersama temanku.

"Hai bro maaf telat mendadak ada urusan tadi" itu suara Reo si biang telat

"Ya yaaa sudah biasa harusnya aku juga tidak terlalu cepat"

"Hehehe ya begitulah, ehh udah pesen belum? Cuma kita berdua aja nih?" tanya Reo

"Tunggu Via dulu aja dia otw kok"

"Aduuuh sorry guys lama yah abisnya tuan CEO ini mendadak banget sih ngajakinnya" itu suara Via

"Okeeeehh pesen dulu aja hari ini aku yang traktir" kataku

Setelah memesan dan mengobrol akhirnya makanan kami tersaji juga. Kami langsung menikmati makanan kami sebelum melanjutkan obrolan lagi.

"Lohh itu itu bukannya Rena?" kata Via menunjuk kebelakangku

"Iya itu beneran Rena istrimu kan? Kok bisa sama cowok mesra begitu?" tanya Reo

"Itu temen kerjanya kok kalian biasa aja mukanya" jawabku sesantai mungkin padahal dadaku sudah bergemuruh menahan sesak

"Jangan bilang kalau sampe sekarang Rena masih ga anggap kamu?" tanya Via

"Yaa begitulah" jawabku

"Dasar bodoh bodoh apa isi otak kamu Van, kamu itu laki laki idaman mana ada perempuan yang nolak kamu??" kata Reo yang meledak ledak

"Ada kok yang nolak, itu yang kalian bicarakan dan sedang kalian pandangi" kataku

"Arrgghhh gilaaaaa" kata Via melengking sontak pengunjung jadi melihat kearah meja kami termasuk Rena dan pria itu

Aku melihat Rena pergi dengan terburu buru dan menarik tangan pria yang bersamanya setelah pandangan kami sempat bertemu. Aku hanya menghela nafas pelan dengan perilakunya. Sebenci itukah bahkan melihatku saja sepertinya jijik dan dosa besar.

Hari sudah larut malam aku melihat jam yang melingkar dipergelangan tanganku sudah menunjukkan pukul 23.10 jadi aku masuk dengan perlahan. Ku amati lampu tengah menyala berarti Rena sudah ada dirumah. Ingin rasanya aku masuk ke kamarnya tapi lagi lagi aku mengurungkan niatku. Karena seminggu lalu dia marah besar dan melempar botol parfum ke arah wajahku beruntung aku bisa menghindar waktu itu. Akhirnya aku hanya memeriksa meja ruang tengah kalau ada bungkus makanan berarti dia sudah makan malam. Biasanya aku selalu pulang lebih dulu untuk memasak makanan, walaupun selalu berakhir ditempat sampah.

Saat ini aku sedang didapur membuatkan segelas cokelat hangat untuk Rena karena dia biasa tidur sangat larut bahkan menjelang pagi. Bagaimana aku bisa tau tentu saja karena suara televisi terdengar keras sampai kamarku. Kalian benar walaupun sudah sah kami tidur dikamar berbeda dan hingga saat ini aku tidak pernah menyentuhnya kecuali mencium keningnya saat pernikahan dulu.

"Ren aku buatkan cokelat hangat ini dimeja kamu belum tidur kan" kataku mengetuk pintu kamarnya setelah itu aku melangkah masuk kamarku yang berada tepat disamping kamarnya.

Kamar kami memang sengaja bersebelahan untuk mengantisupasi kalau keluarga kami datang tiba tiba, maka kami akan berperan menjadi sepasang suami istri yang harmonis. Bahkan kamar kami sengaja aku lengkapi dengan konekting door untuk memudahkan tapi pintu itu selalu terkunci.

Sekarang aku sedang berdiri dibalkon kamarku menikmati dinginnya angin malam yang berhembus. Dari sini aku bisa melihat kedalam kamar Rena karena jendelanya selalu dibiarkan terbuka setiap saat. Memperhatikan dari jauh tanpa bisa menyentuhnya bisa membuatku tenang karena dia dalam keadaan baik baik saja. Beberapa saat kemudian aku tersenyum melihatnya meminum coklat hangat buatanku.

Hatiku yang terasa sedikit menghangat biarpun sikapnya acuh didepanku tapi setidaknya dia masih berada didekatku walaupun bukan disisiku.

Dengan sangat yakin aku mencintaimu istriku, bukalah sedikit hatimu untukku.

Akan selalu ada cinta yang aku berikan untukmu dan hanya untukmu.

______________________________________
To be continue.....

Loving You With All Of MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang