11

812 18 0
                                    

"Sayaaang......" hanya itu yang sanggup aku ucapkan pertama kali saat melihatnya

"Kamu udah sadar aku panggil dokter dulu" kata Rena beranjak pergi

Dokter kemuadian datang dan mengecek semuanya juga lukaku yang terbuka lagi. Semua dikatakan dalam keadaan baik dan tidak boleh banyak bergerak selama masa penyembuhan. Aku kemudian dipindahkan ke kamar perawatan.

"Maafkan papi ya" kata papi nada menyesal

"Aku emang salah pi, maafkan aku ya pi mi, papa mama, maaf sudah membohongi kalian selama ini" jawabku

"Heii sudah sudah jangan dibahas lagi kami semua ada disini bukan untuk mendengar kamu minta maaf" kata papa Rena

"Bisa ceritakan kenapa kamu bisa mendapat luka itu sebelumnya?" lanjut papi

"Eee ini waktu aku berkelahi dengan Mario pi, aku udah ketemu tapi sekarang kabur lagi"

"Apa?? Mario yang kamu maksud itu anaknya Wicaksana?" tanya papi

"Iya pi dia Mario Wicaksana"

"Papi keluar dulu ya ada urusan" kata papi langsung pergi

"Piiiiii........ arrghh....." aku mencoba bangun

"Jangan banyak gerak Van" kata mami

"Mi aku mau bicara sama papi sekarang" kataku memaksa

"Papimu pasti baik baik aja, percayalah papi tidak mungkin melakukan tindakan yang merugikan" kata mami mengelus kepalaku

Jelas saja aku merasa tidak tenang karena aku tau kalau papi sudah emosi papi akan melakukan segala cara untuk mengatasinya.

Sekarang dikamar hanya ada aku dan Rena yang duduk tenang melihat kearahku. Orang tua kami sudah pamit pulang beberapa saat yang lalu.

Bisa terlihat jelas dari raut wajahnya yang sendu dan memikirkan sesuatu.

"Kenapa diam disitu? Sini dekat aku" pintaku dengan memberikan senyum

"Aku aku minta maaf..." katanya yang sudah berlinang air mata

"Maaf buat apa? Kamu ga berbuat salah sayang"

"Gara gara aku kamu jadi begini kan, seandainya bukan aku yang jadi istrimu, seandainyai aku ga hamil, ........" kata Rena

"Heehhhh aku mau tidur" ucapku karena tidak suka dengan perkataan Rena

Aku mendengar isak tangis Rena, walaupun sudah ditahan tapi masih bisa terdengar. Akhirnya aku paksakan untuk duduk dan melepas selang infus, lalu berjalan perlahan ke sofa yang diduduki Rena.

Kupeluk tubuhnya yang bergetar karena menangis. Aku merasakan bajuku basah karena air matanya.

Kutangkup kedua pipinya untuk melihatku.

"Aku sangat mencintaimu sayang" ucapku

"................" tidak ada jawaban hanya air matanya yang masih mengalir

"Ini.... Aku benci ini... Mulai sekarang jangan pernah lagi keluarkan ini. Selama ini aku berusaha dengan keras mendapat sebuah senyuman dari istriku, tolong jangan mempersulit usahaku ya" kataku sambil menyeka air matanya

"Beri aku waktu untuk mencintaimu"

"Seumur hidupku ini adalah milikmu sayang" mencium pucuk kepalanya

Hari ini setelah empat hari dirawat aku sudah diperbolehkan pulang.

Sesampainya dirumah sudah disambut para orang tua kami yang menatap dengan raut wajah senang. Aku pun memeluk mereka satu persatu bergantian.

Loving You With All Of MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang