4

555 19 0
                                    

Sebenarnya aku sangat senang dengan adanya mami dan papi disini, karena dengan begitu aku bisa berada lebih dekat dengan Rena tapi tidak dengan Rena. Dia merasa terpojok karena harus terlihat dekat dan terlihat baik baik saja. Padahal rumah tangga kami jauh dari kata harmonis.

Aku tertidur hanya sebentar karena posisi tidurku tidak enak disofa yang ukurannya kecil. Setelah itu aku berjalan pelan kesisi Rena berdiam dan memandangi wajahnya. Entahlah kenapa aku bisa mencintainya bahkan aku takut kehilangannya.

Saat aku sibuk memandangi wajahnya tiba tiba dia terbangun dan membuka mata membuatku salah tingkah.

"Apa?" tanya rena

"Ehh su sudah bangun aku aku mau bangunin km" jawabku kikuk

"Heeemm"

"Masih mual?"

"Mual, pusing"

"Ke dokter ya aku antar"

"Ga usah"

"Eeem aku turun dulu kalau begitu"

Aku langsung turun mencari mami karena panik Rena terus terusan mual dan pusing aku takut dia sakit, sedangkan dokter bilang ibu hamil tidak boleh sembarangan mengkonsumsi obat.

"Miiii mami" teriakku

"Kenapa? Papimu baru pulang sekarang dikamar"

"Miiiii aku bingung itu rena mual dan pusing, aduh gimana mi?"

"Ohh itu hal wajar sampai nanti lewat tiga bulan biasanya, ya sudah kamu tunggu disini mami buatkan teh mint dulu"

"Oooo begitu ya mi, makasih mami"

Setelah diberitahu beberapa hal oleh mami dan memperingatkan aku supaya lebih banyak waktu untuk rena. Aku kembali ke kamar membawa teh buatan mami.

"Ren.... Dimana?" aku membuka pintu tapi rena tidak ada ditempat tidur

"Heeemm" ternyata rena baru keluar dari kamar mandi dengan lemas

"Ini minum teh mami yang buat katanya bisa sedikit mengurangi rasa mual"

"Yaa" lalu diminum sedikit demi sedikit

"Makan malamnya aku bawa kekamar aja ya"

"Jangan, aku bisa turun"

"Tapi kamu lemas begini ren"

"Sudah aku bilang jangan mengasihaniku, aku ga butuh kamu"

"Oke oke terserah kamu" aku langsung melangkah ke balkon kamar dan mulai menghisap rokok

Hanya dengan begini aku bisa menenangkan diri dan meredam emosiku. Dari luar sini aku melihat rena yang sedikit memijit keningnya. Rasa khawatirku kemudian timbul dan kembali masuk kedalam kamar lalu mengambil kaos dari dalam lemari untuk ganti supaya tidak berbau rokok.

"Masih pusing? Aku harus gimana?" tanyaku berlutut disamping tempat tidur sedangkan Rena duduk bersender

"Aku pinjam mobilmu"

"Hahh mau pergi? Tapi kamu belum makan, aku antar ya"

"Ayo temani mami dan papi makan malam, aku pergi sendiri aja"

Aku hanya menuruti saja apa kemauannya karena kata mami emosi wanita hamil pasti berubah ubah. Kami berempat duduk dimeja makan aku disebelah rena sedangkan papi dan mami dihadapan kami. Aku merasa sangat bahagia bisa berkumpul bersama begini terlebih lagi bisa makan dengan rena. Aku mencuri pandang pada rena.

"Emm pi mi rena keluar dulu sebentar ya"

"Looh kamu nyetir sendiri Ren? Suruh Vano antar aja" kata mami

"Iya aku antar aja ya sekarang"

"Ya sudah rena pergi dulu pi mi"

"Aku juga hehehe"

Aku membuka pintu mobil untuk rena dikursi penumpang tapi dia malah membuka sendiri pintu depan. Sedari dulu kalau kami pergi pakai mobil rena tidak mau duduk didepan dan hanya menganggapku sopir. Aku sampai heran dibuatnya yang tiba tiba berubah.

Sejak pergi dari rumah tidak ada pembicaraan dari kami berdua. Sampai aku bertanya kemana arah tujuannya.

"Ren mau kemana ini sudah setengah jam belum juga kamu bilang"

"Pelan pelan aja aku lihat lihat"

"Ohh iya iya" jawabku heran

Tidak lama rena menyuruhku berhenti, aku menuruti dan menepikan mobilku. Aku mengikuti arah pandangannya ke salah satu cafe. Kemudian dia memintaku juga turun lalu aku mengikutinya dari belakang dan masuk ke dalam cafe.

"Selamat malam ini menunya silahkan" sapa pelayan yang datang ke meja kami

Rena memilih duduk di meja pojok mengarah keluar jadi terlihat orang berjalan kaki dan keramaian jalanan. Tak lama rena sudah memanggil pelayan tadi dan memesan.

"Sudah malam kenapa pesan ice cream?" tanyaku

"Aku mau"

"Kenapa ga bilang aja biar aku yang beli"

"Kamu pikir aku tidak punya uang?"

"Bukan begitu maksudku Ren aku cuma berniat baik"

"Sudah diam saja"

Pesanan kami akhirnya datang, aku melihat rena terlihat dari raut wajahnya begitu senang sambil memakan ice cream vanila. Tapi baru tiga suap sudah berhenti dan menyodorkannya didepanku.

"Kenapa?"

"Habisin"

"Hahh tap tapi aku ga suka rasa vanila"

"Ya udah ayo pulang"

"Oke oke aku yang habisin tunggu ya" aku memakan ice cream vanila pesanan rena sampai habis lalu meminum kopi hitam pesananku sendiri dan makanan ringan

"Ayo pulang" ajak rena setelah membayar

"Iya kita pulang, pelan pelan jalannya ingat kamu lagi hamil"

"Aku tau, sudah nyetir aja sana aku capek"

"Tidur aja nanti aku bangunkan kalau sudah sampai"

Satu jam kemudian kami sampai dirumah. Kulihat rena masih tidur jadi kesempatan untuk melihatnya lagi dari dekat, mendengar hembusan nafasnya.

"Jantungku berdetak seperti ini hanya saat aku bersamamu Rena sayang" ku ucapkan berbisik

Karena tidak tega membangungkannya aku memutuskan untuk langsung saja menggendongnya dengan perlahan dan hati hati, walaupun sedikit susah untuk membuka pintu. Mami kemudian membantu membuka pintu kamar.

"Rena kenapa?" tanya mami

"Mungkin kecapean mi" jawaku sambil merebahkan rena dikasur lalu menyelimutinya

"Kalian habis dari mana kok pulang larut begini?"

"Ke cafe mi dan rena makan ice cream, sampai perutku kepenuhan disuruh habiskan semuanya"

"Ooooh istrimu itu ngidam"

"Ngidam itu harus dituruti ya mi?"

"Ya kamu harus berusaha menuruti permintaannya, nikmati saja moment ngidamnya"

"Ya sudah mi, aku tidur dulu ya besok ada meeting penting"

"Perhatikan istrimu juga nak. Tidurlah selamat malam"

"Malam mi" aku masuk ke kamar mandi untuk mengganti baju lalu tidur disofa

Sudah berusaha tidur tapi tidak bisa karena kakiku tidak bisa lurus, akhirnya aku memutuskan tidur dilantai saja dengan alas karpet kamar. Sebelum tidur aku menyempatkan mencium kening rena dengan lembut.

______________________________________
To be continue..............

Loving You With All Of MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang