10

704 17 0
                                    

RENA POV

Saat tau kalau mami menyuruh Stevano datang aku merasakan sesuatu yang aneh pada diriku. Bahagia yaa aku merasakan itu sekarang. Memang terkesan aneh karena selama ini aku sangat membencinya, jangankan melihat wajahnya, mendengar namanya saja aku tidak sudi.

Begitu bel rumah berbunyi aku langsung melonjak dan berjalan melihat keluar jendela karena kamar yang aku tempati berada dibawah dan dekat pintu.

Dari balik jendela aku melihat Stevano turun dari taxi. Wajahnya memperlihatkan kepedihan, badannya lebih kurus dari yang terakhir aku lihat, rambutnya mulai panjang, bulu halus diwajahnya tidak dicukur. Hatiku terenyuh sakit melihat pria itu seakan itu bukanlah dia yang aku kenal.

Saat dia memasuki rumah aku bisa mendengar suaranya dengan jelas. Terlebih saat berbicara dengan papi tampak nada menyesal. Seharusnya aku yang menyesal sudah berbuat jahat dan tidak adil pada pria yang menjadi suamiku itu.

Malamnya mami masuk kekamarku dan berbicara padaku.

"Kamu lihat dia kan? Bagaimana perasaanmu nak?"

"Rena bingung mi tapi yang jelas sekarang sangat menyesal, melihatnya dalam keadaan seperti itu. Rena bukan istri yang pantas untuk anak mami dan papi"

"Jangan bicara begitu kalau Vano dengar dia pasti marah. Nak... Masih ada waktu untuk memperbaiki hubungan kalian" kata mami menarikku dalam pelukannya

"Rena sudah menyia-nyiakan Vano dan tidak pernah bersikap baik mi"

"Tapi Vano sangat mencintaimu, ingat itu. Ya sudah kamu tidurlah semoga besok baik baik saja"

"Makasih ya mi"

Setelah mami keluar aku kembali duduk menyandar disandaran tempat tidur. Mengingat lagi semua perbuatan baiknya juga ketulusannya menerimaku dengan keadaan seperti ini.

Sudah lewat tengah malam tapi mataku tidak juga tidak mau terpejam. Aku memberanikan diri keluar dan membuka kamar Vano.

Aku masuk dan dengan perlahan berjalan mendekatinya yang sudah tertidur pulas. Kuamati dari dekat wajahnya. Dan untuk pertama kalinya aku menyentuh wajahnya, hidungnya dan bibir ini yang selalu memberikan senyum untukku setiap hari.

Cukup lama aku mengamati dalam diam bahkan pipiku sudah basah karena air mata yang jatuh dengan sendirinya.

"Jangan sakiti dia..........jangaaaaann" dia mengigau dalam tidurnya yang terlihat gusar dan berkeringat

Karena dia tidak tenang maka aku memberanikan diri memeluknnya supaya lebih tenang sedikit. Dan benar saja dia mulai kembali tenang.

Hatiku serasa teriris dan air mata ini semakin deras keluar. Tidak ingin dia tau aku segera keluar dari kamarnya dan kembali masuk kedalam kamarku dan menangis sejadi jadinya.

STEVANO POV

Pagi ini aku merasa malas sekali untuk bangun badanku mungkin terasa pegal. Sampai teriakan mami memaksaku bangun dan membersihkan badan ke kamar mandi.

Baru membuka pintu kamar sudah ada papi yang kebetulan lewat. Setelah aku menyapanya dan tidak ada tanggapan aku menghembuskan nafasku dan mencari mami ke dapur.

"Pagi mami"

"Pagi tampan,mau kopi?"

"Kopi manis ya mi, aku mau ke belakang dulu"

"Van sesudah sarapan kamu temui papimu diruang kerjanya"

"Huffff ya udah mi"

Setelah menikmati kopi dan membaca koran aku segera ke ruang kerja papi. Saat didepan pintu aku menghela nafas menerka nerka apa yang mau dibicarakan papi. Biasanya kalau papi sudah diam begini pasti ada masalah besar.

Loving You With All Of MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang