"Sebab begitu takdir membawamu menujuku maka ada satu hal yang pasti: tak akan kubiarkan kau pergi"
Surabaya, 1999
"Ren! Mreneo!"Suara khas itu menggema dimana mana. Yang tidak lain merupakan suara seorang Naranta Pramudya. Naranta, lelaki yang memiliki garis keturunan pria Sunda dalam 1 minggu mampu mempelajari bahasa jawa khas Surabaya. Seperti contohnya ketika ia memanggil seorang laki laki yang ia kenal seminggu yang lalu di kelasnya, Narendra Cakra Aryatama. Narendra atau yang akrab dipanggil Rendra memiliki wajah khas pria Jawa. Kulit sawo matang dan mata yang dilengkapi kacamata. Namun tidak menghilangkan kesan menarik dari wajahnya. Meskipun terlihat sangat cuek, Rendra merupakan laki laki yang sangat baik dan memiliki jiwa sosial yang sangat tinggi.
Yang dipanggil menoleh. Senyumnya merekah. Dilihatnya laki laki yang memanggilnya. Ia tertawa kecil. Laki laki itu sudah membiasakan diri berbahasa jawa khas Surabaya. Padahal sebelumnya yang Rendra tau sahabatnya itu hanya berbicara Indonesia baku, karena kalau ia berbicara bahasa sunda seperti yang terbiasa ia lakukan di Bandung dahulu, siapa yang akan mengerti?
"Leh leh, wes isok rek saiki" Rendra tertawa dan segera merangkul sahabatnya.
"Yo isok rek, Masa saya harus berbicara bahasa baku seperti ini terus. Saya juga harus membiasakan diri"
"Nyatanya kamu belum membiasakan dirimu, Naranta. Pada kalimat terakhir kamu masih menggunakan bahasa baku. Dan ingat hanya pada teman sebaya saja kamu bisa berbahasa seperti ini. Pada orang yang lebih tua berbeda lagi kosakatanya dan bahasa jawa memiliki aturan aturan tersendiri pada setiap kosakatanya atau yang biasanya disebut unggah ungguh pada orang tua lah, Nar"
"Oh ya ya, i'm understand about it. So, nanti ajarin saya lagi. Saya malu bicara sama temen lain masih pake bahasa baku. Kesannya saya jadi kelihatan kuper dan kikuk didepan mereka semua" Naranta tertawa, setelah itu menunjukkan mimik berharap pada Narendra supaya sahabatnya itu mengajarinya bahasa jawa.
"Yo lek iku gampang, ayo mlebu kelas. Iki arep mlebu lo" Mereka berdua berjalan menuju kelasnya. Tak lama setelah mereka duduk di mejanya. Pak Ario datang, menyuruh sang ketua kelas, Naranta Pramudya memimpin doa dan mengucapkan salam pada Pak Ario.
***
3 jam pelajaran kimia yang melelahkan akhirnya berakhir juga. Narendra melihat sahabatnya, Naranta sedari tadi tersenyum sendiri. Ada apa dengan sahabatnya itu? Ketika hendak menanyakan ada apa, yang hendak ia tanyakan tersadar dari lamunannya. Segera membereskan buku bukunya kemudian berlari keluar kelas. Dasar Naranta, Aneh bin Ajaib itu ya kamu. Kata Narendra dalam hati.
Diam diam Narendra mengikuti kemana perginya Naranta. Ternyata ia menuju kelas disampingnya, X Ipa 2. Narendra tau apa tujuan Naranta kesana. Yang tidak lain adalah melihat seorang gadis rupawan bernama Alisha Zhafira.
Dilihatnya 2 insan tersebut, saling tertawa lepas dan bercengkrama. Dalam hati seorang Narendra ada yang mengganjal ketika melihat pemandangan itu. Ternyata ia kalah cepat dengan sahabatnya itu. Mau tak mau ia harus merelakannya. Walaupun dari awal ia tahu ia sudah jatuh cinta dengan Alisha.
Ia berjalan mundur, padahal sebelumnya ia ingin menemui sahabatnya dan mengajaknya ke kantin. Dan juga perempuan yang ia kagumi ikut, juga boleh.
"Ren, Rendra! Sini gabung" Naranta menyadari kehadirannya. Padahal saat ini Narendra ingin sendiri. Meruntukki kesalahannya yang baru mengetahui seorang Naranta juga menyukai seorang gadis yang sama dengan dia. Ia berbeda dengan Naranta. Narendra jauh lebih tertutup tentang persoalan itu. Sedangkan Naranta dari awal saja sudah menyamarkan nama orang yang ia sukai padahal orang itu tau mana ada siswi bernama Alikha pada kelasnya. Dan ia sudah menyadari bahwa kepada Alisha lah Naranta berlabuh untuk yang pertama kalinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Now and Then
Fiksi RemajaDia. Laki laki yang pertama kali kutemui di depan gerbang sekolahku. Ketika itu kami masih berseragam SMA. Dia, laki laki bertubuh gagah. Ber alis tebal. Dan memiliki rahang yang kokoh. Dia adalah dia. Akan selalu menjadi dia yang kucintai. Dia ada...