Surabaya, 2009
Aku yang sekarang...
5 tahun berlalu begitu cepat sekali...
Kini aku telah menjadi seorang istri Arghya Dirgantara. Yang dahulu tidak pernah terbayangkan bisa bersamanya. Aku hanya berfikir bahwa cinta pada masa lalu adalah segala sesuatu yang pantas untuk dilupakan. Sesuatu yang bagiku tidak penting untuk diingat ingat kembali. Toh pada akhirnya juga belum tentu seseorang yang memiliki kenangan indah bersama kita akan mengingat kita. Aku fikir kedatangan Arghya hanya singgah sembari melanjutkan perjalanan cinta nya. Dan aku lah pelabuhan, terminal, stasiun, bandara, serta segala hal yang di datangi hanya untuk singgah sebentar saja sebelum melanjutkan perjalanan ke suatu tempat. Suatu tempat inilah yang kudefinisikan sebagai hati orang lain.
Aku tidak pernah menyangka bahwa Arghya begitu berjuang mati-matian terhadap apa yang ia inginkan. Seperti yang apa ia lakukan terhadap Vandra dahulu. Vandra yang memilih seseorang lebih tua setahun diatasnya. Arghya memilih mundur dan menyadari bahwa yang sepenuhnya ia cintai adalah aku. Yang tulus ia cintai adalah diriku. Bukan Vandra.
Kini aku telah menjadi seorang Ibu dari kedua anak-anakku. Aku memilih 2 orang anak. Putra pertama ku adalah Vanov. Saat ini ia telah berusia 4 Tahun. Dan putri kedua ku adalah Keisha. Ia telah berusia 1 Tahun saat ini. Mereka tumbuh dengan sangat baik. Aku merasa sangat senang, beginikah rasanya menjadi seorang Ibu? Benar benar tak mampu kudefinisikan dengan kata-kata apapun.
Arghya, kabarnya baik baik saja. Ia masih tetap mencintaiku seperti saat dahulu. Ia menjagaku dari apapun, dan Ia telah bersumpah bahwa ia akan selalu bersamaku. Aku tidak tahu bagaimana berterima kasih kepada Tuhan yang telah menganugerah kan Arghya kepadaku. Ia laki laki hebat. Ia adalah suami dan ayah terbaik bagi kedua buah hati ku.
Oh ya, 3 bulan yang lalu acara Reuni SMA dilaksanakan. Aku bertemu dengan Narendra. Ia jauh terlihat lebih tampan dan gagah dari yang aku temui terakhir. Ia telah menjadi seorang dokter yang sukses. Kami berbincang bincang sejenak. Namun ada satu hal yang membuatku terkejut. Yang membuatku tidak enak hati terhadapnya.
Begini kuberikan tulisan percakapan singkat antara aku dan Narendra.
"Lish, apa kabar?"
"Kabarku? Seperti yang kamu lihat saat ini"
"Kamu terlihat bahagia, senyum mu yang menarik itu tidak pernah berubah semenjak terakhir kita bertemu"
"Bisa saja, Oh ya bagaimana karir mu saat ini? Kudengar nama mu sudah terkenal dimana-mana. Selamat ya"
"Haha, biasa saja. Terima kasih ya. Kapan kapan main ke praktik saya. Sudah lama saya nggak ketemu kamu"
"Iya terakhir saat saya nggak diterima jalur undangan ya"
"Haha iya"
"Ngomong-ngomong, istri dan anak-anak kamu nggak diajak? Sayang looh nggak diajak kesini"
"Istri? Anak? Saya bahkan belum married saat ini. Saya masih single"
"Oh maaf, saya nggak tahu Ren"
"It's okay. Santai aja sama saya"
"Kenapa belum married,Ren? Bukankah karir mu yang cemerlang, ketampananmu, kecerdasanmu mampu memikat banyak kaum hawa?"
"Iya memang, banyak wanita yang terang - terangan berkata bahwa tertarik kepada saya. Namun masalahnya satu, saya masih menunggu seseorang. Saya masih memiliki perasaan kepada seseorang di masa lalu saya"
"Mengapa tidak kamu katakan saja pada dia?"
"Saya sudah pernah menyatakan kepadanya. Tapi saya tidak yakin bahwa saya mampu mengatakannya lagi. Saya hanya menyukai suasana ketika saya diam-diam mencari informasinya saat ini. Dan saya lebih suka mencintainya diam-diam. Tanpa seseorang tahu"
"Sebaiknya, jangan kamu pendam seperti itu. Itu akan membuatmu sakit sendiri"
"Lalu kalau tidak saya pendam, saya harus bagaimana?"
"Katakanlah yang sejujurnya, bahwa kamu memang mencintainya sedari dulu"
"Aku hendak mengatakan kepadanya, dan aku berterima kasih karena ia berada disini, di hadapan ku"
Sontak aku merasa seperti membeku. Badanku terasa sangat susah digerakkan. Aliran darahku seperti berhenti selama beberapa menit sebelum akhirnya mengalir secara perlahan. Nyatanya Narendra masih mencintaiku. Ia tidak benar-benar menghapus perasaannya kepadaku. Aku merasa bingung apa yang harus kukatakan lagi kepadanya, karena memang yang harus kulakukan saat ini adalah menolaknya kembali. Saat aku masih bersama dengan Naranta.
"Alisha, aku sudah siap. Aku siap menjadi imam mu. Aku siap menjadi suami dari anak-anakmu. Dan aku siap untuk menafkahimu secara lahir dan batin, jadi maukah kamu menjadi pendamping hidupku untuk selama lamanya?"
"Narendra, maafkan aku untuk kedua kalinya. Maafkan kesalahanku. Maafkan aku yang harus menjelaskan yang sejujurnya kepadamu. Aku hanya ingin tidak ada salah paham diantara diriku dan dirimu. Sebenarnya aku telah menikah bersama seorang laki laki 5 tahun yang lalu. Saat itu aku bertemu kembali dengannya. Dia adalah seorang laki laki yang hadir pada masa laluku. Dan Naranta? Kau tahu, aku sudah lama tidak bersamanya kembali. Ia telah meninggalkan kita bersama dahulu. Ia pergi untuk selama-lamanya. Ia meninggalkan diriku dan berbagai pertanyaan yang siap keluar dari bibirku ini. Saat ini suami dan anak-anak ku juga hadir disini. Ia berdiri di dekat kolam ikan. Dan itu Keisha serta Vanov, kedua buah hati ku. Maafkan diriku, Narendra. Maafkan aku yang lagi-lagi harus meruntuhkan segala harapan-harapanmu. Memang ia hadir lebih awal daripada kamu. Cinta mu datang terlambat kepadaku. Dan saat ini aku tidak bisa berbuat apa-apa. Karena memang aku telah bahagia bersama keluarga kecilku. Semoga kamu pun bahagia, bersama dengan wanita lain." Aku tersenyum menatap wajahnya. Raut wajah kecewa benar-benar tampak sekali. Sebenarnya aku merasa bersalah terhadapnya, namun inilah satu-satunya cara yang kulakukan agar aku tak memberikan harapan kepadanya. Agar aku tak kembali membuatnya sakit lagi.
"Begitu? Kau sudah menikah? Oh selamat, rupanya kau sudah terlebih dahulu menemukan dan tengah berbahagia. Baiklah, aku pamit dahulu. Ada beberapa pekerjaan yang harus ku kerjakan saat ini. Terima kasih atas pembicaraan singkat ini. Mungkin di lain waktu kita bisa menyambungnya kembali. Saya duluan, Alisha. Semoga keluarga kecil kamu selalu bahagia dan dilindungi oleh Tuha. Sampaikan salam saya kepada suami kamu dan anak-anak kamu. Bilang bahwa lain kali saya akan bermain ke rumah kamu untuk bersilahturahmi dengan mereka"
"Siap pak dokter, saya akan sampaikan pesan pak dokter"
Ia tersenyum kepadaku. Walau yang kulihat adalah kesedihan yang tidak bisa ditahan. Ia benar-benar kecewa kepadaku. Kuharap suatu saat ada wanita yang mampu menjaganya dan merawatnya. Dan itu bukanlah aku.
Arghya mengajakku untuk pulang. Katanya Keisha sedari tadi rewel dan menangis terus. Akhirnya kuputuskan berpamitan dengan teman-teman semasa SMA-ku. Meski sebentar, yang terpenting adalah aku mampu menyempatkan hadir di sela-sela kesibukan ku.
Bagaimana dengan kabarmu saat ini, Naranta Pramudya?
Apakah kamu juga bahagia disana? Kuyakin sekali disana kamu telah mendapatkan seorang bidadari surga. Kamu memang baik dan pantas mendapatkannya.
Kini aku telah berbahagia bersama Arghya Dirgantara. Laki laki itu selalu saja membuatku bahagia dengan caranya sendiri.
***
Terima kasih untuk Arghya telah hadir walau sejenak kau pergi. Namun tak apa-apa, setelah itu pun kau juga akhirnya kembali lagi.
Terima kasih kepada kalian karena telah mendengarku dalam memeluk masa laluku. Memeluk kisah cinta yang begitu membekas dalam ingatan ini.
Terima kasih juga kepada Naranta yang kini telah berbahagia di Surga.
Karena-mu, Naranta, aku belajar perihal mencintai.
Karena-mu pula aku diajarkan untuk mencintai dengan tulus, serta ikhlas ketika ditinggalkan.
Aku percaya bahwa semua akan indah pada waktunya. Kita hanya perlu bersabar atas semuanya.
***
Now and Then.
Kisah ini adalah kisahku semasa aku duduk di bangku Sekolah Menengah Atas. Dalam rangka diriku yang tengah memeluk masa laluku kembali.
- Dari Alisha Zhafira Dirgantara -
Selasa yang tenang, 11 Juni 2009. Pukul 11:45. Surabaya, Kota Kenangan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Now and Then
Novela JuvenilDia. Laki laki yang pertama kali kutemui di depan gerbang sekolahku. Ketika itu kami masih berseragam SMA. Dia, laki laki bertubuh gagah. Ber alis tebal. Dan memiliki rahang yang kokoh. Dia adalah dia. Akan selalu menjadi dia yang kucintai. Dia ada...